Imam Muhammad Taqi Al-Jawad a.s., yang dikenal dengan kebijaksanaan dan ketakwaannya, memberikan petunjuk yang berharga kepada umat manusia. Berikut adalah 14 hadis dari beliau yang penuh hikmah:
1. “Barang siapa yang berpegang teguh kepada Allah akan selalu bahagia. Yang bertawakal kepada Allah SWT akan merasa cukup. Percaya dan berpegang teguh kepada Allah adalah benteng yang tidak berlindung di dalamnya kecuali seorang mukmin yang jujur. Dan berserah diri kepada Allah merupakan keselamatan dari segala kejahatan dan benteng dari para musuh. Agama adalah kemuliaan dan ilmu itu kekayaan. Diam adalah cahaya dan puncak dari zuhud adalah wara’ (tidak rakus). Tidak ada penghancur agama yang melebihi perbuatan bid’ah serta tidak ada perusak bagi seseorang yang melebihi sifat kerakusannya. Seorang pemimpin harus bisa menentramkan rakyatnya, sedang doa adalah penangkal dari segala musibah.”
- Sumber: A’yan Al-Syiah, Juz 2, Hal. 35.
2. “Barang siapa yang berharap sesuatu dari seorang fajir (pendosa yang berdusta), maka siksa yang teringan baginya adalah tidak akan mendapatkan sesuatu.”
- Sumber: Ikhqok Al-Haq, Juz 12, Hal. 436.
3. “Allah mewahyukan kepada seorang nabi-Nya: Bahwa kezuhudanmu dari dunia akan membawa ketenangan bagimu. Dan pemutusan hubungan dengan semua makhluk (atas segala keperluan), selain dengan-Ku, akan membawa kemuliaan dan kejayaan bagimu. Akan tetapi sudahkah engkau memusuhi seorang musuh karena-Ku dan mencintai seorang wali juga karena-Ku?”
- Sumber: Tuhaf Al-‘Uqul, Hal. 456.
4. “Barang siapa yang menyaksikan suatu perkara kemudian mengingkarinya, maka terhitung sama dengan yang tidak menyaksikan. Dan barang siapa yang tidak menyaksikan suatu perkara lalu membenarkannya, maka ia terhitung sama dengan orang yang menyaksikannya.”
- Sumber: Tuhaf Al-‘Uqul, Hal. 456.
5. “Andai orang yang bodoh diam, tentu manusia tidak akan berpecah-belah/berselisih.”
- Sumber: Ikhqok Al-Haq, Juz 12, Hal. 432.
6. “Seseorang sudah dapat dinamakan pengkhianat, jika menjadi kaki tangan para pengkhianat.”
- Sumber: A’yan Al-Syiah, Cetakan Baru, Juz 2, Hal. 36.
7. “Barang siapa yang condong kepada seorang pembicara, maka dia telah menyembahnya. Jika pembicaraannya atas nama Allah (sesuai dengan perintah Allah), maka ia telah menyembah-Nya. Dan jika si pembicara itu mewakili iblis, maka pendengarnya telah menyembah iblis.”
- Sumber: Tuhaf Al-‘Uqul, Hal. 456.
8. “Mengakhirkan taubat termasuk tipu daya setan. Menunda-nunda (pekerjaan baik) adalah kebingungan. Menjadikan (takdir) Allah sebagai alasan pelanggaran-pelanggaran adalah kebinasaan. Terus-menerus melakukan dosa akan menyebabkan merasa aman dari siksa Allah. Dan tidak merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.”
- Sumber: Tuhaf Al-‘Uqul, Hal. 456.
9. “Semakin besar nikmat Allah kepada seseorang, semakin besar kepentingan (kebutuhan) manusia kepadanya. Dan barang siapa yang tidak mampu menanggung pemberian bantuan itu berarti ia melebarkan jalan untuk sirnanya nikmat itu.”
- Sumber: Ikhqok Al-Haq, Juz 12, Hal. 428.
10. “Empat perkara yang membantu manusia dalam beramal: kesehatan, kekayaan, pengetahuan, dan taufiq.”
- Sumber: Ikhqok Al-Haq, Juz 12, Hal. 436.
11. “Sadarlah bahwa dirimu tidak pernah lepas dari pandangan Allah, maka dari itu perhatikanlah bagaimana perbuatanmu.”
- Sumber: Tuhaf Al-‘Uqul, Hal. 455.
12. “Pelaku kezaliman, yang membantunya, serta yang rela atas perbuatannya, sama-sama dalam keburukan.”
- Sumber: Ikhqok Al-Haq, Juz 12, Hal. 432.
13. “Barang siapa yang merasa telah cukup dengan Allah, maka manusia akan butuh kepadanya. Dan barang siapa yang takut kepada Allah, maka manusia akan mencintainya.”
- Sumber: Ikhqok Al-Haq, Juz 12, Hal. 429.
14. “Balasan dari manusia akan didapatkan setelah mendapatkan balasan dari Allah. Demikian pula kerelaan manusia akan didapatkan setelah kerelaan Allah.”
- Sumber: Bihar Al-Anwar, Juz 78, Hal. 360.