Selama sembilan bulan terakhir, serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 300 atlet Palestina. Salah satu korban adalah Mohammed Barakat, pesepak bola terkenal Palestina, yang tewas dalam serangan udara di Khan Yunis pada 11 Maret 2024. Sebelum tewas, Barakat sempat mengunggah video di media sosial, menyampaikan pesan terakhirnya di tengah suara ledakan.
Pembunuhan atlet Palestina seperti Shadi Abu al-Araj, penjaga gawang Klub Pemuda Khan Yunis, menunjukkan bagaimana Israel menargetkan komunitas olahraga di Gaza. Selain pembunuhan dan penangkapan atlet, Israel juga menghancurkan 90% infrastruktur olahraga di Gaza sejak awal perang.
Pemimpin Revolusi Islam Ayatullah Khamenei sering mengkritik standar ganda badan olahraga internasional yang melarang partisipasi negara tertentu dengan alasan politik, tetapi menutup mata terhadap kejahatan Israel terhadap warga Palestina. Menurutnya, kekuatan kolonialis berada di balik pusat-pusat internasional dan mempolitisasi olahraga sesuai kepentingan mereka sendiri.
Seruan publik untuk mengecualikan atlet Israel dari Olimpiade Paris juga muncul di Prancis. Pengunjuk rasa berkumpul di depan markas besar Olimpiade di Paris, meneriakkan slogan-slogan untuk mencegah Israel berpartisipasi. Olivia Zemor, kepala Asosiasi Aktivis Eropa untuk Palestina, menyebutkan bahwa menjadi tuan rumah atlet Israel adalah hal yang memalukan, mengingat warga Palestina menjadi korban genosida setiap hari oleh pasukan pendudukan.
Kampanye Dukungan Boikot Israel di Lebanon, yang didirikan pada 2002 oleh aktivis hak asasi manusia, juga menyatakan perlunya mencegah Israel berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Panas Paris. Mereka menyatakan, “Penjahat perang tidak pantas di Olimpiade. Kita harus menggunakan semua kapasitas yang tersedia untuk mengisolasi Israel atas genosida terhadap rakyat Gaza.”
Mereka menambahkan, “Setelah upaya luas untuk melarang Israel berpartisipasi dalam Olimpiade Paris, kami diberitahu bahwa mereka tidak berniat mencampurkan politik dengan olahraga. Namun, melarang Rusia dan Belarus berpartisipasi dalam Olimpiade Paris adalah bentuk politisasi olahraga.”
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron berusaha menggambarkan Israel sebagai negara cinta damai. Dia berkata, “Israel tidak memulai perang. Israel sendiri adalah korban! Atlet Israel membawa bendera perdamaian dan harus bersaing dengan atlet lain selama Olimpiade.” Pernyataan ini bertolak belakang dengan kenyataan di lapangan, di mana serangan Israel telah menewaskan hampir 150.000 orang di Gaza, termasuk wanita dan anak-anak.
Sumber: Khamenei.ir