Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Kepribadian Menonjol Imam Hasan Askari

Imam Abu Muhammad Hasan Askari as adalah teladan luar biasa dalam Islam. Beliau dikenal karena akhlak mulianya, baik terhadap teman maupun musuh. Sifat luhur ini diwarisinya dari ayah dan kakek-kakeknya. Begitu besar pengaruh kebaikannya, bahkan orang-orang yang awalnya membenci beliau akhirnya merasa hormat dan penuh kasih terhadapnya.

Menurut sejarawan, Khalifah Mutawwakil, yang sangat membenci keluarga Ahlulbait as, memerintahkan penangkapan Imam Hasan Askari as. Namun, ketika berada di penjara, Imam justru membuat para tahanan lainnya sangat terkesan dengan sikap dan budi pekertinya. Banyak dari mereka yang bertobat dan mengikuti ajarannya. Wibawa Imam begitu besar sehingga para tahanan tidak berani menatapnya langsung sebagai tanda hormat mereka.

Kedermawanan Imam Hasan Askari as

Sejarawan mencatat banyak kisah kebaikan dan kedermawanan Imam Hasan Askari as. Berikut beberapa di antaranya:

Imam pernah membantu Muhammad bin Ali dan ayahnya yang sedang mengalami kesulitan. Mereka pergi menemui Imam, berharap bantuan. Ayah Muhammad membutuhkan 500 dirham untuk membayar utang, membeli pakaian, dan kebutuhan sehari-hari. Sedangkan Muhammad berharap mendapat 300 dirham. Ketika mereka sampai di rumah Imam, mereka diterima dan diberikan uang sesuai kebutuhan mereka. Imam juga memberikan nasihat kepada Muhammad yang diikutinya. Beberapa waktu kemudian, Imam mengirim lagi 1.000 dinar kepada Muhammad.

Abu Hasyim al-Ja’fari pernah mengeluh kepada Imam tentang penderitaannya di penjara. Imam mengirim surat yang mengatakan bahwa ia akan shalat zuhur di rumahnya sendiri. Benar saja, Abu Hasyim dibebaskan tepat waktu. Dalam kesempatan lain, saat Abu Hasyim mengalami kesulitan keuangan, Imam mengirimkan 100 dinar dan surat yang menegaskan bahwa ia selalu siap membantu jika dibutuhkan.

Ismail bin Muhammad juga pernah mengadu kepada Imam tentang kesulitan hidupnya dan bahkan bersumpah tidak memiliki uang. Imam mengatakan bahwa ia telah menyimpan 200 dinar dan memberi Ismail 100 dinar. Seperti yang dikatakan Imam, uang yang disimpan Ismail kemudian diambil oleh anaknya, dan Ismail tidak bisa memanfaatkannya. Imam Hasan Askari as adalah contoh nyata kedermawanan dan kepedulian pada sesama.

Zuhud dan Ibadah Imam as

Pada masanya, Imam Hasan Askari as dikenal sebagai sosok yang sangat rajin beribadah, baik di kalangan masyarakat umum maupun di kalangan khusus. Bahkan ketika beliau dipenjara bersama Ali bin Narmus, seorang musuh dan pembenci Ahlulbait as, Imam tetap konsisten dalam ibadahnya. Beberapa hari kemudian, Ali bin Narmus berubah menjadi seorang yang mencintai Ahlulbait dan sangat menghormati Imam Hasan Askari as. Setelah keluar dari penjara, ia menjadi pribadi yang lebih baik dan berakhlak mulia.

Ketika Imam Hasan Askari as dipenjara oleh Mu’tamad, penguasa saat itu, dia menanyakan tentang Imam kepada Ali bin Jarin, seorang tahanan lain. Ali bin Jarin menjawab, “Imam selalu berpuasa di siang hari dan beribadah di malam hari.”

Ada juga kisah dari sekelompok orang Bani Abbas yang pergi menemui Shalih bin Washif, sipir penjara Imam Hasan Askari as. Mereka meminta agar Shalih memperberat penderitaan Imam. Shalih menjawab, “Apa yang bisa saya lakukan? Saya telah menempatkan dua penjahat besar di sel yang sama dengan Imam, tapi beberapa hari kemudian keduanya berubah menjadi ahli ibadah dan rajin berpuasa.” Ketika ditanya apa yang terjadi, kedua penjahat itu menjawab, “Apa yang bisa kami lakukan terhadap seseorang yang selalu berpuasa di siang hari dan beribadah di malam hari? Hanya melihatnya saja membuat kami gemetar dan merasa tidak berdaya.”

Selain di penjara, rumah Imam sering digeledah oleh polisi istana pada malam hari, namun mereka selalu menemukan Imam dalam keadaan beribadah dan bertasbih kepada Allah SWT.

Ketaatan Imam Hasan Askari as kepada Allah, serta berbagai keajaiban yang muncul darinya, menunjukkan tingginya martabat beliau di sisi Allah SWT, sekaligus menjadi bukti akan keimamahan beliau.

Keilmuan dan Tanda-tanda Keimaman Imam Hasan Askari as

Imam Hasan Askari as dikenal memiliki ilmu yang luas dan berbagai tanda keimaman yang membuktikan kedudukannya sebagai pemimpin umat. Salah satu kisah yang terkenal adalah ketika Abu Hamzah Nasrulkhadim menyaksikan Imam berbicara dengan anak-anak kecil dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Turki, Romawi, dan Shagalabah. Abu Hamzah terkejut karena Imam lahir di Madinah dan tidak pernah diajari bahasa-bahasa tersebut. Imam kemudian menjelaskan bahwa Allah telah menganugerahkan kepada para hujah-Nya (pemimpin yang diangkat Allah) kemampuan untuk memahami segala ilmu, termasuk bahasa, sebab akibat, dan pengetahuan tentang ajal dan peristiwa. Pengetahuan ini diberikan langsung oleh Allah, membedakan hujah-Nya dari manusia biasa.

Dalam kisah lain, Hasan bin Zharif ingin bertanya dua hal kepada Imam melalui surat: kapan al-Qaim al-Mahdi akan muncul dan obat untuk demam yang pernah ia ketahui namun lupa. Imam menjawab bahwa pengetahuan tentang munculnya al-Qaim tidak berbeda dengan pengetahuan yang dimiliki Nabi Dawud. Imam juga memberinya cara untuk menyembuhkan demam dengan menuliskan ayat dari surah al-Anbiya: “Hai api, jadilah dingin dan menenteramkan buat Ibrahim,” dan meletakkannya pada bagian yang sakit. Hasan bin Zharif mengikuti petunjuk Imam, dan orang yang sakit itu sembuh.

Syekh Mufid juga menceritakan kisah tentang Imam yang menulis surat kepada Abul-Qasim Ishaq bin Ja’far Zubairi, memperingatkan agar ia tetap tinggal di rumah sebelum adanya kejadian besar. Tak lama setelah itu, terjadi pembunuhan terhadap Khalifah Mu’taz. Imam juga mengisyaratkan adanya kekacauan yang mungkin terjadi setelah kematian Mu’taz, yang merupakan salah satu tanda keimamannya dalam memprediksi kejadian besar.

Ada juga kisah seorang ahli bekam Nasrani yang diperintahkan Imam untuk melakukan bekam pada waktu yang tidak biasa. Sang ahli bekam heran karena darah yang keluar berwarna putih seperti garam. Ia merasa sangat bingung karena belum pernah menemui kejadian seperti ini. Setelah kejadian itu, ia menemui seorang tabib terkenal, Bakhtisyu, yang juga heran dengan cerita tersebut. Tabib itu akhirnya menemui Imam dan, setelah melihat keajaiban-keajaiban yang terjadi, ia masuk Islam dan mengabdikan dirinya kepada Imam hingga akhir hayatnya.

Sebuah kisah lain dari Abu Ali Muthahhari, yang khawatir akan kehausan saat pergi haji, menunjukkan keimanan Imam. Ketika Abu Ali mengutarakan kekhawatirannya, Imam meyakinkannya untuk pergi tanpa rasa takut. Abu Ali pun berangkat dengan tenang dan berhasil menyelesaikan perjalanan hajinya tanpa merasa haus, seperti yang dijanjikan Imam.

Kisah-kisah ini memperlihatkan keluasaan ilmu Imam Hasan Askari as dan tanda-tanda keimamannya yang menegaskan posisinya sebagai pemimpin yang diberkati oleh Allah. Keajaiban-keajaiban dan petunjuk yang diberikan Imam menjadi bukti nyata atas kedekatannya dengan Allah dan kemampuannya untuk membimbing umat.

*Disarikan dari buku Biografi Imam Hasan Askari as – Tim Alhuda

Share Post
No comments

LEAVE A COMMENT