Imam Khamenei, Pemimpin Revolusi Islam, menyambut ribuan perempuan dari berbagai penjuru Iran pada Selasa, 17 Desember 2024, di Hussainiyah Imam Khomeini. Pertemuan ini digelar untuk memperingati hari kelahiran Sayidah Fatimah Zahra as, putri Rasulullah SAW yang dikenal dengan keagungan spiritual dan teladannya yang tak tertandingi.
Dalam pidatonya, Imam Khamenei memaparkan beberapa dimensi luar biasa dari pribadi Sayidah Fatimah as. “Sungguh menakjubkan bahwa seorang wanita muda mampu mencapai kedudukan spiritual dan surgawi yang begitu tinggi. Sebagaimana diriwayatkan baik oleh Syiah maupun Sunni, amarahnya mencerminkan amarah Tuhan, dan keridhaannya mencerminkan keridhaan-Nya,” ungkap beliau.
Lebih lanjut, Imam Khamenei menjelaskan kualitas istimewa Sayidah Fatimah as, mulai dari perannya sebagai penenang hati Rasulullah SAW di saat-saat sulit, kesetiaannya dalam menemani Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib dalam jihad, hingga ibadahnya yang memukau para malaikat. Ia juga dikenal karena pidatonya yang fasih, penuh makna, dan membakar semangat, serta perannya sebagai ibu yang membesarkan tokoh-tokoh agung seperti Imam Hassan, Imam Hussain, dan Sayidah Zainab. Menurut Imam Khamenei, perjalanan hidup Sayidah Fatimah as—dari masa kecil hingga kehidupan pernikahannya—merupakan teladan sempurna dan indah bagi setiap perempuan Muslim.
Peran Wanita dalam Islam
Imam Khamenei menguraikan pandangan mendalam terkait wanita dalam Islam serta prinsip-prinsip yang diatur dalam Piagam Islam. Beliau menekankan pentingnya pernikahan sebagai landasan utama dalam piagam ini, sebagaimana ditegaskan oleh banyak ayat Al-Quran yang menyatakan bahwa pria dan wanita memiliki esensi yang sama dan diciptakan untuk saling melengkapi sebagai pasangan hidup.
“Keluarga adalah hasil dari kesatuan antara pria dan wanita, yang kemudian membentuk sebuah unit baru bernama keluarga,” jelas Imam Khamenei. Beliau juga menggarisbawahi nilai spiritual yang terkandung dalam peran keibuan, serta kehormatan besar yang menyertai tugas mulia membesarkan generasi manusia.
Namun, Imam Khamenei mengingatkan adanya upaya dari segelintir pihak yang dipengaruhi oleh agenda kapitalis dan kolonialis untuk merendahkan citra keibuan. “Mereka mencoba menggambarkan keibuan secara negatif, padahal tugas ini adalah salah satu kehormatan terbesar yang dimiliki manusia,” tegas beliau.
Pandangan ini menggambarkan visi Islam yang menempatkan wanita pada posisi terhormat, baik dalam perannya sebagai istri, ibu, maupun pendukung dalam membangun masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai luhur.
Kritik Terhadap Kapitalisme dan Imperialisme Barat
Imam Khamenei menyampaikan kritik tajam terhadap sistem kapitalisme dan para politisi yang mendukungnya. Beliau menyoroti bagaimana kapitalisme global memanfaatkan kendali atas media-media berpengaruh untuk menyebarkan kebohongan yang menutupi motif kriminal dan korup. “Mereka menggunakan dalih teori filosofis dan kemanusiaan untuk membenarkan intervensi serta manipulasi terhadap urusan wanita di seluruh dunia demi keuntungan yang tidak sah,” tegasnya.
Lebih lanjut, Imam Khamenei mengungkap bahwa ketidakjujuran dan kemunafikan telah menjadi senjata klasik yang terus digunakan oleh imperialis dan kapitalis Barat. Salah satu contohnya adalah perekrutan besar-besaran wanita untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja murah di pabrik-pabrik. Ironisnya, tindakan tersebut dibungkus dengan slogan kebebasan dan kemandirian wanita, padahal kenyataannya hanya bertujuan memaksimalkan keuntungan industri.
Semangat Perjuangan yang Terus Berkobar
Imam Khamenei juga membahas situasi regional, termasuk upaya perlawanan dan kondisi di Suriah. Ia menegaskan bahwa tindakan yang diambil di Suriah, bersama dengan kejahatan rezim Zionis dan Amerika Serikat yang didukung oleh entitas lain, membuat musuh salah mengira bahwa Gerakan Perlawanan telah dikalahkan. Namun, ia menekankan bahwa kesalahan besar tersebut berada di pihak mereka.
“Kami akan terus berdiri teguh bersama para Mujahidin Palestina dan Hizbullah, dengan komitmen untuk memberikan dukungan dan bantuan tanpa henti. Kami berharap suatu hari nanti para pejuang ini akan menyaksikan musuh-musuh keji mereka tumbang dan terinjak di bawah kaki mereka,” ujar Rahbar.
Imam Khamenei menegaskan bahwa semangat perjuangan Sayyid Hassan Nasrallah dan Yahya Sinwar tetap hidup. “Meskipun mereka telah gugur, kemartiran tidak menghapus keberadaan mereka. Gagasan dan semangat mereka terus menginspirasi, dan jalan perjuangan mereka tetap berlanjut,” ujarnya.
Imam Khamenei memuji keteguhan Gaza dalam menghadapi serangan terus-menerus Zionis serta perlawanan yang terus berlanjut di Lebanon. Beliau menyatakan, “Rezim Zionis mengira mereka tengah memanfaatkan situasi di Suriah untuk mengepung dan menghancurkan Hizbullah di Lebanon. Namun kenyataannya, Israel sendirilah yang akan tercabut hingga ke akarnya.”
Ancaman dan Konspirasi yang Terus Mengintai
Di penghujung pidatonya, Imam Khamenei mengingatkan bahwa musuh tidak pernah berhenti merancang strategi untuk melemahkan Revolusi Islam. “Mereka telah menyadari bahwa mengalahkan Revolusi melalui kekerasan, seperti perang, pemboman, atau pemecahbelahan etnis, adalah mustahil. Oleh karena itu, mereka beralih ke taktik lunak—propaganda, godaan, dan slogan-slogan yang penuh tipu daya,” tegasnya.
Dengan keyakinan yang kuat, Imam Khamenei kembali menegaskan komitmennya untuk terus mendukung perlawanan, memperjuangkan nilai-nilai Islam, dan memperkokoh peran wanita sebagai pilar penting dalam menjaga stabilitas bangsa dan kawasan.
Sumber: Khamenei.ir