Imam Keduabelas adalah figur penting dalam keyakinan Syiah yang menjadi subjek berbagai pandangan dan narasi terkait keberadaannya selama masa ghaibah. Tempat tinggal beliau tetap menjadi misteri, dengan beragam riwayat yang berkembang di kalangan umat. Artikel ini mengupas beberapa pandangan tersebut secara kritis.
Keberadaan Imam di Tengah Umat
Sebagian riwayat menyebut Imam Keduabelas hidup di antara manusia tanpa dikenali. Beliau berinteraksi dengan orang-orang, menjalani kehidupan sehari-hari, bahkan hadir di Makkah selama musim haji. Dalam hadis Sadir ash-Sairafi, Imam Ja’far ash-Shadiq a.s. mengatakan bahwa keberadaan Imam Keduabelas mirip dengan Nabi Yusuf a.s., yang tidak dikenali oleh saudara-saudaranya meskipun berada dekat.
Riwayat ini menggambarkan Imam a.s. sebagai sosok yang mungkin berjalan di pasar-pasar atau duduk bersama masyarakat tanpa diketahui identitasnya. Keyakinan ini menegaskan kuasa Allah SWT dalam menyembunyikan Hujjah-Nya hingga waktu yang ditentukan. Ada pula yang berpendapat bahwa Imam tinggal di tempat tertentu seperti Samarra, namun klaim ini sering dikritik karena kurangnya dasar dalam riwayat Syiah.
Cerita tentang tempat seperti “Pulau Hijau” atau kota-kota seperti Jabulqa dan Jabursa juga muncul, tetapi sering dianggap lemah oleh para ulama Syiah karena sumbernya yang tidak jelas dan penuh ketidakkonsistenan.
Kapan Imam Zaman Muncul?
Kemunculan Imam al-Mahdi a.s. adalah isu yang tidak dapat dipastikan waktunya. Para Imam a.s. menegaskan bahwa siapa pun yang menetapkan waktu adalah pembohong. Dalam sebuah riwayat, Fudhail bertanya kepada Imam al-Baqir a.s. tentang waktu kemunculan Imam Mahdi. Imam menjawab, “Siapa saja yang menentukan waktu kemunculannya, maka ia sedang mengatakan kebohongan.”
Imam ash-Shadiq a.s. juga menegaskan bahwa tergesa-gesa dalam urusan ini akan menghancurkan diri sendiri, sementara kesabaran akan membawa kemenangan. Muhammad bin Muslim, sahabat terpercaya Imam Ja’far ash-Shadiq a.s., diwanti-wanti untuk tidak mempercayai siapa pun yang memastikan waktu kemunculan al-Mahdi.
Hadis-hadis ini menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW dan para Imam a.s. tidak pernah menetapkan waktu pasti. Jika ada hadis yang menyebut waktu, hadis tersebut harus ditafsirkan ulang atau dianggap tidak sahih.
Tanda-Tanda Kehadiran Imam Mahdi
Tanda-tanda kehadiran Imam Mahdi dikelompokkan menjadi dua:
- Tanda pasti: Tanda-tanda ini harus terjadi sebelum kemunculan al-Mahdi dan tidak dapat dihindari.
- Tanda tidak pasti: Peristiwa ini mungkin terjadi, tetapi tidak secara mutlak menunjukkan kemunculan Imam Mahdi.
Beberapa tanda mungkin berupa mukjizat, seperti perubahan fenomena alam. Namun, tanda-tanda ini harus dipahami dengan hati-hati, terutama jika berasal dari hadis dengan sanad diragukan. Contohnya, beberapa riwayat menyebut matahari terbit dari barat atau gerhana bulan dan matahari di bulan Ramadhan, tetapi riwayat-riwayat ini sering berasal dari periode Bani Umayyah atau Abbasiyyah dan dianggap dibuat untuk menghalangi dukungan kepada gerakan Alawiyyin.
Kisah Sufyani
Hadis-hadis menyebutkan munculnya sosok bernama Sufyani, keturunan Abu Sufyan, sebelum kemunculan Imam Mahdi. Ia digambarkan sebagai orang saleh secara lahiriah tetapi sangat jahat. Sufyani akan menguasai lima wilayah (Damaskus, Hims, Palestina, Yordania, dan Qinnasrin), memerangi kaum Syiah, dan mengirim pasukan melawan Imam Mahdi yang akan dihancurkan sebelum mencapai tujuannya.
Ada perdebatan mengenai keabsahan riwayat tentang Sufyani. Beberapa sejarawan menyatakan hadis ini mungkin berasal dari Khalid bin Yazid bin Mu’awiyyah untuk memperkuat klaim Bani Umayyah. Namun, para ulama Sunni dan Syiah menganggap hadis tentang Sufyani termasuk mutawatir, sehingga tidak sepenuhnya dapat dianggap palsu.
Kemunculan Dajjal
Dajjal dianggap sebagai salah satu tanda akan datangnya Imam Mahdi. Dalam hadis, Dajjal digambarkan sebagai sosok kafir dengan satu mata di dahinya yang bersinar seperti bintang, dan tulisan “Dia orang kafir” di dahinya. Dajjal dikenal sebagai penipu besar, mirip dengan konsep antikristus dalam tradisi Kristen.
Dalam Injil, antikristus digambarkan sebagai pendusta yang menyangkal Yesus sebagai Kristus dan Bapa maupun Anak. Tradisi Kristen dan Islam sama-sama memandang Dajjal sebagai sosok yang memperdaya umat manusia dengan kemampuan luar biasa. Nabi Muhammad SAW memperingatkan bahwa semua nabi setelah Nabi Nuh a.s. selalu mengingatkan umat mereka tentang bahaya Dajjal.
Hadis-hadis menyebutkan bahwa sebelum Hari Pembalasan akan muncul 30 Dajjal yang mengaku nabi, dan lebih dari 70 Dajjal sebelum kebangkitan Dajjal yang sebenarnya. Namun, detail mengenai ciri-ciri fisik dan kemampuan Dajjal sering dianggap tidak autentik karena banyak riwayat berasal dari perawi tidak dikenal. Dalam Islam, Dajjal dipahami sebagai penipu besar yang akan menyesatkan manusia dengan kemampuan luar biasa. Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa Dajjal tidak akan bisa memasuki Makkah dan Madinah.
Kesimpulan
Cerita tentang Dajjal menunjukkan adanya persamaan antara tradisi Kristen dan Islam mengenai penipu besar di akhir zaman. Dalam Injil, antikristus melawan Kristus, sementara dalam Islam, Dajjal adalah penipu besar yang menyesatkan manusia. Walaupun detail tentang Dajjal sering dicampur dengan cerita fiktif, ajaran tentang Dajjal tetap relevan sebagai peringatan agar umat tidak terpedaya kebohongan di akhir zaman.
Pemahaman tentang Imam Mahdi dan Dajjal menekankan pentingnya kesabaran, kewaspadaan, dan teguh dalam iman saat menanti keadilan Ilahi yang akan ditegakkan oleh Imam Mahdi. Umat Islam diajak untuk tidak tergesa-gesa dan tetap teguh menghadapi fitnah menjelang akhir zaman.
Sumber: Imam Mahdi Penerus Kepemimpinan Ilahi – Ayatullah Ibrahim Amini