Prediksi Awal Ramadan & Syawal 1446H
Jujur aja, setiap kali mendekati Ramadan atau Idul Fitri, pasti muncul perdebatan seputar kapan sebenarnya awal bulan hijriah dimulai. Saya sendiri dulu sering bingung, kenapa sih kita nggak bisa punya satu tanggal yang pasti untuk awal Ramadan dan Syawal? Kenapa setiap tahun ada potensi perbedaan? Sampai akhirnya saya mulai membaca lebih dalam tentang metode rukyat (pengamatan hilal) dan hisab (perhitungan astronomi), dan ternyata, topik ini jauh lebih menarik dari yang saya kira!
Mengapa Hilal Begitu Penting dalam Penentuan Ramadan & Syawal?
Dalam kalender Islam, penentuan awal bulan hijriah sangat bergantung pada keberadaan hilal atau bulan sabit pertama yang terlihat setelah matahari terbenam di akhir bulan sebelumnya. Nah, masalahnya, hilal ini nggak selalu mudah dilihat. Kadang posisinya terlalu rendah, kadang iluminasi (cahaya yang dipantulkan) terlalu kecil, dan bahkan di beberapa kasus, faktor cuaca juga bikin pengamatan makin sulit.
Contohnya nih, dalam prediksi awal Ramadan 1446H, hasil perhitungan astronomi menunjukkan bahwa pada 28 Februari 2025, posisi hilal masih sangat rendah dengan iluminasi antara 0,18% hingga 0,31%. Artinya, meskipun secara hitungan sudah masuk awal bulan, peluang untuk melihat hilal dengan mata telanjang (atau bahkan dengan alat optik) sangat kecil.
Dari situ bisa disimpulkan kalau kemungkinan besar awal Ramadan jatuh pada Minggu, 2 Maret 2025, karena bulan Syakban akan digenapkan menjadi 30 hari (istikmal).
Pengalaman Menyaksikan Rukyat Hilal Secara Langsung
Saya masih ingat pengalaman pertama kali ikut rukyat hilal beberapa puluh tahun lalu. Waktu itu saya pertama kali menjadi anggota Tim Rukyah Hilal ABI. Kita pergi ke daerah pantai di selatan Malang, Jawa timur, lokasi yang dianggap ideal untuk melihat hilal karena minim polusi cahaya dan punya cakrawala yang luas.
Jujur, awalnya saya pikir ini bakal jadi pengalaman yang gampang: dateng, lihat hilal, pulang. Tapi ternyata, butuh kesabaran luar biasa! Kami berdiri berjam-jam menunggu sunset, mengarahkan teleskop ke titik yang tepat, dan tetap saja… tidak ada tanda-tanda hilal.
Bagi pemula seperti saya saat itu, melihat hilal dengan mata telanjang adalah sesuatu yang hampir mustahil. Teman-teman yang lebih berpengalaman pun bilang, meskipun menggunakan alat optik, posisi hilal sering kali sulit dideteksi karena faktor atmosfer. Makanya nggak heran kalau dalam banyak kasus, keputusan akhir tetap menggunakan metode istikmal.
Apa Itu Imkanur Rukyat dan Mengapa Ini Jadi Patokan?*
Di Indonesia, Kementerian Agama menerapkan kriteria imkanur rukyat MABIMS (Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura), yang menggunakan batas minimal:
- Tinggi hilal: 2°
- Jarak sudut Matahari-Bulan: 3°
- Usia hilal: 8 jam
Tapi menariknya, para ahli astronomi sering menyebut bahwa batas ini terlalu rendah dibandingkan standar visibilitas hilal global. Bahkan, ada yang bilang kalau syarat ini masih dalam “zona rawan” karena bisa menyebabkan kesaksian hilal yang dianggap janggal.
Nah, sejak Februari 2022 pemerintah menerapkan kriteria MABIMS yang baru menjadi batas minimal tinggi hilal 3° dan elongasi 6.4°, walau telah melewati “zona rawan” sebenarnya batas minimal kriteria ini masih jauh dari limit danjon (elongasi 7°)
Limit Danjon adalah batas teoretis visibilitas hilal (bulan sabit muda) yang menyatakan bahwa bulan tidak akan terlihat jika sudut elongasinya kurang dari sekitar 7 derajat dari matahari. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh André-Louis Danjon, seorang astronom Prancis, yang meneliti batas minimal yang memungkinkan bulan terlihat setelah matahari terbenam. Dan yang patut di garis bawahi elongasi 7 derajat ini batas minimal hilal terlihat dengan alat optik
Prediksi Awal Syawal 1446H: Apakah Idul Fitri Jatuh Serentak?
Sama seperti awal Ramadan, penentuan awal Syawal 1446H juga bergantung pada keberadaan hilal. Berdasarkan perhitungan astronomi, ijtima’ akhir Ramadan akan terjadi pada 29 Maret 2025 pukul 17:57 WIB.
Jika awal Ramadan Pemerintah jatuh pada 1 Maret 2025, maka rukyat awal Syawal dilakukan pada 29 Maret 2025, namun hilal mustahil dirukyat karena ijtimak terjadi setelah sunset untuk seluruh wilayah Indonesia kecuali Sumatra (moonset mendahului sunset). Apa yang akan di rukyah coba jika di tanggal itu (29 Maret) hilal sudah di bawah ufuk saat matahari terbenam???
Nah, kalau awal Ramadan jatuh pada 2 Maret 2025, maka pengamatan hilal Syawal dilakukan pada 30 Maret 2025. Dan kabar baiknya, pada tanggal tersebut, usia hilal sudah lebih dari 21 jam, dengan iluminasi sekitar 1,29% hingga 1,67%. Artinya, hilal lebih besar dan lebih terang, sehingga peluang untuk terlihat sangat tinggi.
maka Idul Fitri 1446H akan jatuh pada Senin, 31 Maret 2025, dan kemungkinan besar akan dirayakan serentak oleh seluruh umat Islam di Indonesia.
Pelajaran yang Bisa Diambil dari Proses Penentuan Hilal
Setelah mendalami soal ini, saya jadi sadar kalau penentuan awal bulan hijriah itu bukan sekadar urusan melihat bulan di langit, tapi ada banyak faktor ilmiah dan syar’i yang perlu dipertimbangkan.
Berikut beberapa pelajaran yang saya petik dari pengalaman dan penelitian ini:
- Ilmu Astronomi Itu Penting
Kadang kita terlalu fokus pada aspek ibadahnya saja tanpa memahami dasar ilmiahnya. Padahal, dengan memahami bagaimana pergerakan bulan dan matahari, kita bisa lebih mengapresiasi keputusan yang dibuat. - Kesabaran dan Kejujuran dalam Rukyat
Saya jadi paham kenapa dalam Islam, kesaksian dalam rukyat itu harus benar-benar jujur dan terpercaya. Karena kalau seseorang mengaku melihat hilal padahal belum waktunya, itu bisa berpengaruh besar pada jutaan orang yang mengikuti keputusan tersebut. - Perbedaan Itu Bukan untuk Diperdebatkan
Dulu saya sering heran kenapa setiap tahun selalu ada perbedaan penetapan Ramadan dan Idul Fitri. Tapi sekarang saya sadar kalau ini bukan sekadar perbedaan pendapat, melainkan hasil dari metode yang berbeda. Jadi daripada memperdebatkan, lebih baik kita saling menghormati dan mengikuti keputusan yang kita percayai, tentunya dengan ilmu yang memadai dan terpercaya ya..
Kesimpulan: Siapkah Kita Menyambut Ramadan & Idul Fitri 1446H?
Dari prediksi yang ada, sepertinya Ramadan 1446H akan dimulai pada 2 Maret 2025, dan Idul Fitri akan jatuh pada 31 Maret 2025. Tapi tentu saja, keputusan final tetap ada pada pemerintah dan organisasi keagamaan masing-masing.
Buat saya pribadi, memahami proses ini bikin saya lebih menghargai betapa kompleksnya perhitungan waktu dalam Islam. Dan yang paling penting, Ramadan bukan hanya tentang kapan kita mulai puasa, tapi bagaimana kita mempersiapkan diri untuk menjalani ibadah dengan maksimal.
Jadi, sambil menunggu pengumuman resmi nanti, nggak ada salahnya kita mulai mempersiapkan diri dari sekarang. Karena pada akhirnya, Ramadan adalah tentang perjalanan spiritual kita, bukan sekadar tanggal di kalender.
Silakan merujuk ke Falak ABI dengan klik judul berikut: PREDIKSI AWAL RAMADAN & SYAWAL 1446
Penulis : Anggota Tim Rukyah Hilal ABI