Pendahuluan: Gema Nasihat yang Abadi
Imam Ja’far al-Shadiq (AS), mercusuar bimbingan spiritual, meninggalkan warisan mendalam melalui pesan terakhirnya: “Syafaat kami (Ahlulbait) tak akan menyentuh orang yang meremehkan shalat.”
Pernyataan ini melampaui sekadar ketaatan ritual, mendorong umat untuk menghayati kesucian shalat. “Meremehkan” di sini bersifat halus—bukan meninggalkan, tetapi mengabaikan kehormatannya.
- Makna Tersirat dari Meremehkannya
Meremehkan shalat bukan hanya tidak mengerjakannya, tetapi merusak niat, ketepatan, dan kesungguhan. Al-Quran menekankan pentingnya waktu shalat: “Peliharalah semua shalat dan shalat wustha (tengah), serta berdirilah untuk Allah dengan khusyuk.” (QS. Al-Baqarah: 238).
Imam Shadiq menyoroti empat bentuk kelalaian kritis:
A. Menunda Shalat Meski Ada Waktu Luang
Menunda shalat padahal tidak ada hal mendesak mencerminkan prioritas yang keliru. Rasulullah (SAW) bersabda: “Amal pertama yang dihisab dari seorang hamba adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, seluruh amalnya baik.” (HR. Tirmidzi).
Menunda shalat berarti merendahkan dialog dengan Sang Pencipta.
Langkah Praktis: Pasang pengingat waktu shalat di ponsel atau jam. Perlakukan waktu shalat seperti janji penting yang tak boleh diabaikan.
B. Mengucapkan Lafal-lafal secara salah
Melafalkan ayat dengan salah karena menganggapnya tidak penting merusak hakikat shalat. Al-Quran disebut sebagai bacaan dalam bahasa Arab yang jelas (QS. Yusuf: 2), menuntut penghormatan pada pelafalannya.
Langkah Praktis: Pelajari dasar-dasar Tajwid atau konsultasi dengan guru untuk memperbaiki pengucapan.
C. Menumpuk Hutang Qadha
Menunda penggantian shalat yang terlewat berisiko menciptakan “hutang spiritual” yang tak terkelola. Imam Ali (AS) mengingatkan: “Menunda tobat adalah penipuan diri.”
Langkah Praktis: Catat shalat qadha menggunakan aplikasi atau buku khusus, dan alokasikan waktu mingguan untuk menunaikannya.
D. Menunda Shalat demi Menunggu Masjid
Menunda shalat dengan alasan ingin berjamaah di masjid bertentangan dengan sabda Nabi (SAW): “Seluruh bumi adalah masjid, kecuali kuburan dan kamar mandi.(HR. Ibnu Majah).
Langkah Praktis: Utamakan ketepatan waktu. Shalatlah di mana pun berada, meski sendirian. Shalat berjamaah di masjid adalah keutamaan, tetapi jangan sampai mengorbankan waktu!
- Dampak Meremehkan Shalat
Kelalaian mengikis keterhubungan spiritual. Al-Quran mengaitkan shalat dengan kekuatan moral: “Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.”* (QS. Al-Ankabut: 45).
Peringatan Imam Shadiq tentang hilangnya syafaat menegaskan bahwa keselamatan bergantung pada keselarasan antara amal dan cinta kepada Allah. Syafaat Ahlulbait adalah tali penyelamat, tetapi hanya untuk mereka yang memegang teguh janji dengan-Nya.
Penutup: Jembatan Menuju Kedekatan Ilahi
Pesan terakhir Imam Shadiq adalah seruan untuk bangkit. Shalat adalah “mi’raj-nya orang beriman” pendakian spiritual harian. Mari hormati warisan Ahlulbait dengan menjadikan shalat sebagai praktik hidup yang penuh keikhlasan. Sebagaimana sabda Rasulullah (SAW): “Shalatlah seolah itu shalat terakhirmu.”
Dalam keseimbangan antara cinta kepada para Imam dan kesetiaan pada ajaran merekal adalah kunci rahmat abadi.
Ustadz Muhsin Labib