Nabi Muhammad saw. bersabda, “Fatimah adalah belahan jiwaku. Barangsiapa mencintainya, ia mencintaiku dan barangsiapa yang mencintaiku, ia mencintai Allah swt.”
Surga menjadi dambaan setiap hamba. Surga dapat diraih dengan cinta, yaitu cinta kepada Sayyidah Fatimah a.s., ayahandanya Muhammad Al-Mustafa, dan keluarga tercintanya.
Tentu saja seorang pencinta sejati tidak hanya sekedar berbicara, tapi ia akan membuktikan cintanya dengan cara berusaha untuk meneladani dan mengikuti orang yang dicintainya.
Dalam sebuah riwayat dikisahkan, “Seorang lelaki berkata kepada isterinya, “Pergi dan temuilah Sayyidah Fatimah. Lalu tanyakanlah apakah beliau menerima diriku sebagai pengikut setianya?” (Baca: Mengapa Imam Mahdi Menjadikan Fatimah Sebagai Teladannya?)
Sang isteri berangkat menemui Sayyidah Fatimah Zahra. Setelah bertemu, ia pun meyampaikan pesan suaminya. Sayyidah Fatimah a.s. menjawab, “Sampaikan kepada suamimu bahwa jika ia mengamalkan apa yang telah kami perintahkan dan meninggalkan apa yang kami larang, ia adalah pengikut setia kami. Namun jika tidak, ia bukan pengikut setia kami.”
Sang isteri pulang menemui suaminya dan menyampaikan jawaban dari Sayyidah Fatimah Zahra. Begitu mendengar jawaban itu, sang suami merasa sedih dan menjerit, “Celakalah aku yang telah berlumur dosa! Kalau tidak segera menyucikan diri dari dosa, aku bukanlah seorang pengikut setia. Dan kalau aku bukan pengikut setia, aku akan kekal di dalam neraka. Celakalah aku!”
Melihat kondisi suaminya yang hanyut dalam kesedihan semacam itu, sang isteri segera kembali menemui Sayyidah Fatimah a.s. dan menceritakan peristiwa yang disaksikannya.
Sayyidah Fatimah berkata kepada wanita itu, “Katakan kepada suamimu! Tidak seperti yang engkau bayangkan, para pengikut setia kami adalah orang-orang baik dan penghuni surga. Namun jika mereka berdosa, berbagai bencana dan musibah yang menimpa, kesulitan yang dihadapi di padang Mahsyar, di hari kiamat, akan menghapus dosa-dosa itu. Tatkala mereka masih berada di atas api neraka, dosa-dosa mereka akan berguguran. Karenanya, mereka akan dibersihkan dan disucikan dari berbagai dosa. Setelah itu, kami akan menyelamatkan mereka dari api neraka dan membawa mereka ke surga.””
Muhammad bin Muslim Tsaqafi dalam sebuah riwayat menyebutkan bahwa ia mendengar Imam Muhammad Baqir a.s. berkata, “Pada hari kiamat kelak, Sayyidah Fatimah Az-Zahra a.s. akan berdiri di pintu gerbang neraka. Beliau memperhatikan setiap orang yang akan memasuki neraka. Ketika mata beliau tertuju kepada pencintanya yang berlumuran dosa dan dibawa oleh malaikat untuk dimasukkan ke dalam neraka, beliau akan menghentikannya dan memohon kepada Allah swt., “Wahai Tuhanku, bukankah Engkau memberiku nama Fatimah supaya umatku dan para pencintaku serta keturunanku akan terselamatkan dari panas api neraka? Aku tahu Engkau tidak akan pernah melanggar janji-Mu.””
Dengan syafaat dan pertolongan Sayyidah Fathimah as umat ayahandanya yang berdosa akan terselamatkan dari api neraka. (Baca: Syiah Tidak Akan Disentuh Api Neraka, meskipun Pendosa, Benarkah?!)
Salman Al-Farisi berkata kepada Nabi saw., “Wahai junjunganku! Aku mohon Anda memberitahukan kepadaku tentang keutamaan-keutamaan Fatimah a.s. di hari kiamat!”
Dengan wajah berseri-seri, Nabi saw. memandang kepada Salman dan bersabda, “Demi Tuhan yang jiwaku dalam genggaman-Nya! Fatimah akan berlalu di padang mahsyar nanti dengan menunggangi seekor unta. Kepalanya menandakan ketundukan kepada Allah swt dan matanya memancarkan cahaya Ilahi.”
Kemudian Nabi saw. melanjutkan, “Saat itu, Jibril berjalan di sisi kanan unta, Mikail di sebelah kiri, Ali bin Abi Thalib di depan, Hasan dan Husain di belakang. Allah swt. menjadi penjaganya. Ketika ingin melalui mahsyar, terdengar suara, “Wahai seluruh makhluk! Tundukkan kepala dan mata kalian, karena Fatimah, putri nabi kalian, isteri Ali imam kalian, ibu Hasan dan Husain akan lewat.”
Ketika Fatimah memasuki surga dan menyaksikan seluruh kenikmanatan dan anugerah yang telah disiapkan oleh Allah swt., beliau berkata:
“بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ … اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ ۖ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ * الَّذِي أَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِن فَضْلِهِ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلَا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ”
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang … Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penerima Syukur. * Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu.” (QS. Fathir [35]: 34 – 35)
Nabi saw. melanjutkan, “Kemudian Allah swt. menyampaikan kepada Fatimah, “Wahai Fatimah! Mintalah apapun yang engkau inginkan dari-Ku, niscaya Aku berikan sehingga engkau puas.”
Fatimah a.s. berkata, “Ya Allah! Engkaulah harapanku, bahkan lebih tinggi dari harapan, aku memohon dari keharibaan-Mu supaya jangan Engkau azab para pencintaku dan pencinta anak cucuku dalam api neraka.”
Allah swt. menjawab, “Wahai Fatimah! Demi kemuliaan dan keagungan-Ku, dua ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi, Aku telah bersumpah untuk tidak mengazab para pencintamu dan pencinta keluargamu dengan api neraka.””[*]
Baca: “Sayidah Fatimah Harus Diagungkan dan Diteladani“