Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Dewan Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Anak: Cermin Cinta dan Kasih Allah di Dunia

Setiap kelahiran anak adalah tanda kasih Allah kepada manusia. Dari tangisan pertama seorang bayi hingga langkah kecilnya menapaki kehidupan, tersimpan rahasia ilahi yang mendalam. Anak bukan sekadar pelanjut keturunan, tetapi juga amanah dan ujian, sumber kebahagiaan sekaligus tanggung jawab spiritual. Dalam pandangan Islam, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dan para Imam Ahlulbait ‘alaihimussalam, anak saleh adalah cahaya kehidupan dan wewangian surga yang dititipkan ke dunia.

Rasulullah ﷺ bersabda,

“Sesungguhnya anak saleh adalah wewangian yang Allah tebarkan di antara hamba-hamba-Nya. Wewangianku di dunia ini adalah Hasan dan Husain. Aku beri nama keduanya sesuai dengan dua keturunan Bani Israil: Syabar dan Syubair.”
(Bihar al-Anwar, jilid 43, hlm. 261)

Dalam sabda lain beliau bersabda, “Anak saleh merupakan kebahagiaan bagi setiap orang.”
(Tuhaf al-‘Uqul, hlm. 24)

Kebahagiaan yang dimaksud bukan semata karena tawa atau kehadiran fisik sang anak, melainkan karena ia menjadi perpanjangan amal kebaikan orang tuanya. Ketika anak tumbuh dalam iman, akhlak, dan cinta kepada Ahlulbait, maka sesungguhnya ia menjadi jembatan pahala yang terus mengalir bahkan setelah orang tuanya tiada.

Rasulullah ﷺ juga bersabda,

“Karunia yang diberikan Allah kepada seseorang adalah anak yang menyerupainya.”
(Kanz al-‘Ummal, hadis 45415)

Imam Muhammad al-Baqir as menegaskan,

“Memiliki anak yang menyerupai dirinya dari perangai, bentuk, dan wataknya merupakan kebahagiaan sejati.”
(al-Kafi, jilid 6, hlm. 3)


Kelahiran yang Disyukuri

Dalam al-Kafi diriwayatkan bahwa ketika Imam Ali Zainal Abidin as menerima kabar gembira tentang kelahiran anaknya, beliau tidak bertanya apakah anak itu laki-laki atau perempuan. Pertanyaan pertama beliau adalah, “Apakah anak itu sempurna?”
Jika dijawab bahwa anak tersebut sempurna, Imam berkata,

“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan dari diriku sesuatu yang tidak cacat.”
(al-Kafi, jilid 6, hlm. 3)

Inilah bentuk kesyukuran yang dalam — bukan pada jenis kelamin, melainkan pada kesempurnaan ciptaan Allah.


Kebersamaan Keturunan Mukmin di Surga

Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an:

“Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak-cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak-cucu mereka dengan mereka, dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala dari amal mereka.” (QS. At-Thur: 21)

Imam Ja‘far Shadiq as menafsirkan ayat ini dengan berkata:

“Perbuatan anak berada di bawah perbuatan orang tua. Maka anak akan bergabung dengan orang tuanya agar pandangan mereka saling menyenangkan di surga.”
(Tafsir al-‘Ayyashi, jilid 2, hlm. 290)


Kesabaran atas Gangguan Anak

Mendidik anak bukanlah perjalanan tanpa ujian. Dalam al-Kafi, diriwayatkan kisah Yunus bin Ya‘qub yang mengadu kepada Imam Ja‘far Shadiq as karena kelelahan menghadapi anaknya. Imam as lalu mengisahkan sabda Rasulullah ﷺ:

“Jibril mendatangiku ketika aku keletihan karena tangisan Hasan dan Husain. Ia berkata, ‘Wahai Muhammad, jangan bersedih. Kelak dari keturunan kalian akan muncul para pengikut yang jika salah satu anak mereka menangis, maka tangis itu adalah dzikir Laa ilaaha illallah selama tujuh tahun. Bila telah berlalu tujuh tahun, tangisan mereka menjadi pengampunan bagi kedua orang tuanya hingga masa balig.’”
(al-Kafi, jilid 6, hlm. 49)

Begitulah kasih Ilahi: setiap tangis anak bisa menjadi sebab ampunan bagi orang tuanya, selama mereka bersabar dan mendidik dengan cinta.


Anjuran Memiliki Banyak Anak

Rasulullah ﷺ mendorong umatnya untuk memiliki keturunan yang banyak dan saleh. Beliau bersabda,

“Nikahilah wanita yang penyayang dan subur, karena aku akan berbangga dengan banyaknya jumlah kalian di Hari Kiamat.”
(Sunan Ibn Majah, hadis 1845; juga al-Kafi, jilid 5, hlm. 331)

Imam Ja‘far Shadiq as menambahkan,

“Ketika Nabi Yusuf as bertemu saudaranya, ia berkata: ‘Ayahku memerintahkanku untuk menikah dan memiliki keturunan agar bumi dipenuhi dengan tasbih kepada Allah.’”
(al-Kafi, jilid 5, hlm. 332)


Keutamaan Anak Perempuan

Dalam pandangan Islam sejati, anak perempuan bukan beban, melainkan berkah yang agung. Rasulullah ﷺ bersabda,

“Keberkahan seorang wanita adalah ketika anak pertamanya perempuan.”
(Bihar al-Anwar, jilid 103, hlm. 234)

Beliau juga bersabda,

“Wangi anak adalah bagian dari wewangian surga. Tidak mencintai anak perempuan kecuali orang mukmin.”
(Man La Yahdhuruhul Faqih, jilid 3, hlm. 483)

Imam Ja‘far Shadiq as menjelaskan:

“Anak laki-laki adalah kenikmatan, dan anak perempuan adalah kebaikan. Allah akan menanyakan tentang kenikmatan, tetapi menetapkan pahala atas kebaikan.”
(al-Kafi, jilid 6, hlm. 6)


Mendidik Anak Perempuan

Rasulullah ﷺ bersabda,

“Sebaik-baik anak adalah anak perempuan yang menjaga dirinya. Jika memiliki satu anak perempuan, Allah jadikan dia pelindung dari neraka. Jika dua, Allah masukkan ke surga karena keduanya. Jika tiga atau lebih, Allah catat baginya pahala jihad dan sedekah.”
(al-Kafi, jilid 6, hlm. 6; Bihar al-Anwar, jilid 104, hlm. 98)

Beliau juga bersabda,

“Siapa yang membesarkan dua anak perempuan hingga dewasa, kelak di surga dia bersamaku seperti ini.” (Beliau mengisyaratkan jari telunjuk dan tengah berdampingan.)
(Bihar al-Anwar, jilid 103, hlm. 242)

Dan dalam hadis lain,

“Siapa yang membesarkan tiga anak perempuan hingga menikah, mereka akan menjadi pelindung baginya dari neraka.”
(Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid 6, hlm. 442)


Perhatian dan Kasih kepada Anak Perempuan

Rasulullah ﷺ bersabda,

“Siapa yang membawa buah dari pasar untuk keluarganya, bagaikan orang yang membawa sedekah bagi yang membutuhkan. Berikanlah pertama kali kepada anak perempuan, lalu anak laki-laki. Siapa yang membahagiakan anak perempuan, seolah telah membebaskan budak dari keturunan Ismail.”
(Man La Yahdhuruhul Faqih, jilid 3, hlm. 484)

Ketika beliau diberitahu tentang kelahiran anak perempuan dan para sahabat tampak murung, Nabi ﷺ bersabda,

“Mengapa kalian berwajah murung? Anak perempuan adalah bunga yang aku cium, dan rezekinya berada di tangan Allah.”
(Bihar al-Anwar, jilid 103, hlm. 240)

Dalam al-Kafi, Imam Ja‘far Shadiq as menegur seorang sahabat yang kecewa karena istrinya melahirkan anak perempuan. Beliau berkata,

“Anak perempuan adalah bunga yang harus kau cium dan rezekinya telah dicukupkan oleh Allah. Rasulullah adalah ayah dari anak-anak perempuan.”
(al-Kafi, jilid 6, hlm. 6)

Bahkan Imam Ali al-Hadi as menulis surat kepada seseorang yang memohon doa agar dikaruniai anak laki-laki. Beliau menjawab,

“Sepertinya anak perempuan lebih baik bagimu.”
Dan benar, Allah menganugerahkan kepadanya anak perempuan.
(Kasyful Ghummah, jilid 2, hlm. 374)


Anak-anak adalah amanah Allah — bukan milik mutlak orang tua, tetapi titipan yang harus dijaga dengan cinta dan kesabaran. Anak saleh akan menjadi penolong di akhirat, anak perempuan adalah taman kasih di dunia. Tidak ada kelahiran yang sia-sia di sisi Allah, karena setiap jiwa membawa hikmah dan jalan menuju rahmat-Nya.

Rasulullah ﷺ bersabda,

“Janganlah kalian membenci anak perempuan, karena mereka adalah harta yang sangat berharga.”
(Bihar al-Anwar, jilid 103, hlm. 237)

Maka, siapa pun yang dikaruniai anak — laki-laki atau perempuan — hendaklah memandang mereka dengan mata syukur, membesarkannya dengan iman, dan mendidiknya dalam cinta kepada Ahlulbait. Sebab, di tangan merekalah kelanjutan doa, amal, dan nama kita akan hidup abadi.


Disarikan dari buku Anak di Mata Nabi – Ayatullah Muhammad Reisyahri

Share Post
No comments

LEAVE A COMMENT