Dalam semesta ajaran Ahlulbait as, Arbain bukanlah sekadar hari ke-40 pasca kesyahidan Imam Husain as. Ia adalah simbol abadi: cinta yang tak padam, luka yang tetap menyala, dan kesadaran yang membangkitkan. Di balik jutaan langkah kaki menuju Karbala, terdapat gema sejarah, budaya, politik, dan spiritualitas yang menyatu dalam satu visi besar: tegaknya nilai-nilai Husaini di hadapan tirani dunia.
Dalam pandangan Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei, prosesi Arbain adalah fenomena unik yang menyatukan umat manusia lintas negara, mazhab, dan ras, dalam ikatan cinta dan kesetiaan kepada Imam Husain as.
1. Arbain: Penanda Sejarah dan Iman
Imam Ja’far Shadiq as menyebut ziarah Arbain sebagai salah satu tanda orang beriman. Bukan tanpa alasan. Arbain adalah bentuk nyata keberpihakan kepada Ahlulbait Nabi. Dalam doa ziarahnya, kita membaca: “Husain bin Ali mengorbankan darahnya untuk-Mu demi menyelamatkan hamba-hamba-Mu dari kebodohan dan kesesatan.”
Arbain mencatat dua peristiwa agung: kembalinya kafilah tawanan Ahlulbait ke Madinah dan ziarah Jabir bin Abdullah al-Anshari ke makam Imam Husain — ziarah pertama dalam sejarah Islam. Dari sinilah sejarah tidak hanya diingat, tetapi juga dihidupkan kembali sebagai narasi pembebasan.
2. Arbain sebagai Gerakan Budaya Umat
Dalam prosesi Arbain, jutaan manusia dari berbagai latar belakang melangkah dalam satu irama, satu duka, dan satu cinta. Karbala, yang dahulu adalah arena pengorbanan, kini menjadi simpul budaya global Syiah. Bukan sekadar ritual tahunan, melainkan ajang pembentukan solidaritas spiritual dan sosial. Di sepanjang jalan, nilai-nilai keramahan, pengorbanan, dan ukhuwah ditanamkan tanpa batas.
“Arbain adalah manifestasi budaya tertinggi umat Syiah,” ujar Imam Khamenei. Ia bukan hanya peringatan duka, tapi juga deklarasi peradaban: bahwa dunia bisa bersatu dalam cinta kepada kebenaran.
3. Arbain: Simbol Politik Perlawanan
Arbain adalah deklarasi politik terhadap kezaliman. Ia bukan sekadar peziarahan, tapi juga perlawanan. Dalam jejak-jejak langkah para peziarah, ada pesan tajam: kebenaran tidak akan pernah tunduk kepada kekuasaan tirani.
Menurut Imam Khamenei, Arbain adalah bentuk nyata dari jihad tabyiin — jihad klarifikasi dan pencerdasan. Di saat musuh berupaya memalsukan identitas umat dengan propaganda dan distorsi sejarah, Arbain menjadi alat klarifikasi ideologis bahwa “umat Islam menolak penindasan, di manapun dan oleh siapapun.”
4. Arbain: Media Hidup Peristiwa Asyura
Selama 40 hari antara Asyura hingga Arbain, dunia menjadi saksi dua model kepemimpinan: Yazid yang zalim dan Husain yang syahid. Namun perlawanan tidak berhenti di Karbala. Zainab as dan Imam Ali Zainal Abidin as meneruskan perjuangan itu dengan “media” paling kuat: kata-kata yang membongkar kedok kezaliman.
Menurut Imam Khamenei, inilah media sejati: bukan saluran televisi atau koran, tapi suara kebenaran yang keluar dari hati yang terbakar oleh cinta ilahi. Arbain menjadi panggung untuk menyampaikan pesan Asyura kepada dunia.
5. Arbain: Jalan Menuju Revolusi Spiritual dan Sosial
Sejarah mencatat bahwa gerakan Tawwabin dan revolusi Mukhtar adalah buah dari getaran jiwa pasca Arbain. Gerakan itu tidak lahir dari kalkulasi politik, tetapi dari bara penyesalan mendalam dan tekad spiritual untuk menebus kelalaian dalam memenuhi kewajiban membela Imam Husain as di saat paling genting.
Bahkan gerakan besar Syiah dalam sejarah Abbasiyah, seperti revolusi Ibnu Tabataba, bermula dari sumpah setia di Karbala. Ini membuktikan bahwa Arbain adalah titik awal bagi setiap kebangkitan besar dalam sejarah Syiah — kebangkitan yang lahir dari kesadaran, kecintaan, dan komitmen terhadap jalan Ahlulbait as.
6. Arbain: Simbol Transnasional Identitas Islam
Hari ini, Arbain telah menjelma sebagai manifestasi identitas Islam yang lintas batas. Tak peduli bangsa, warna kulit, atau bahasa — semua menuju satu tujuan: Husain. Inilah wajah Islam otentik yang ingin dihapus oleh musuh: Islam yang membela mustadh’afin dan menolak kompromi dengan kebatilan.
Menurut Imam Khamenei, musuh berusaha mengganti identitas ini dengan identitas palsu — Islam sekuler, Islam pasif, atau Islam yang tunduk pada Barat. Namun Arbain membungkam semua itu dengan fakta: bahwa Islam sejati masih hidup, berjalan di atas debu Karbala.
7. Arbain dan Peran Sentral Generasi Muda
“Alhamdulillah, generasi muda kita menemukan jalannya,” ucap Imam Khamenei penuh syukur. Dalam prosesi Arbain, anak-anak muda rela berjalan ratusan kilometer hanya untuk satu hal: mengungkap cinta kepada Imam Husain. Gerakan ini adalah anugerah ilahi, karunia tak ternilai yang tak dimiliki oleh siapapun selain pecinta Husain. Dan ini bukan gerakan emosional semata, tapi gerakan yang mencetak kader perlawanan global. Dari sinilah lahir para muqawamah — mereka yang siap membela nilai-nilai Husain hingga titik darah penghabisan.
8. Arbain: Puncak Kehormatan Islam
Bagi dunia Islam, prosesi Arbain adalah bukti kekuatan yang tidak bisa diabaikan. Jutaan umat Islam, bergerak tanpa dikomando, tanpa sponsor, tanpa pamrih, demi satu cinta: Husain. Dunia takjub, media dunia tercengang, dan musuh gentar. “Jika bangsa-bangsa Islam menyadari kekuatan ini,” kata Imam Khamenei, “mereka akan mencapai kemuliaan dan kemenangan di setiap bidang.”
Jalan Arbain, Jalan Menuju Imam Mahdi afs
Arbain adalah warisan spiritual dan ideologis yang akan terus menuntun umat menuju kemenangan hakiki. Ia bukan hanya kenangan masa lalu, tapi peta jalan masa depan. Jalan ini akan membawa kita kepada sang Penegak Keadilan sejati — Imam Mahdi afs.
Di balik setiap langkah di jalan Karbala, ada langkah menuju zuhur. Di balik setiap air mata untuk Imam Husain, ada tekad untuk membela kebenaran. Dan di balik setiap ziarah Arbain, ada janji: kami bersamamu, wahai cucu Rasulullah.
Arbain bukan hanya milik Syiah. Ia adalah panggilan bagi setiap hati yang mencintai kebenaran. Ia adalah medan ujian iman, panggung cinta dan perlawanan, serta titik temu antara sejarah dan masa depan. Sebagaimana Imam Khamenei katakan, “Gerakan besar ini adalah simbol kehadiran para pengikut Ahlulbait. Dan itu bukan milik kita — itu anugerah dari Allah SWT.”
Sumber: Khamenei.ir