Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Hakikat Kematian Menurut Al-Quran

Kematian adalah salah satu pertanyaan mendasar yang menarik perhatian manusia. Bagi kita sebagai Muslim, kita mencari jawabannya dari Al-Quran. Al-Quran menggambarkan kematian sebagai tawaffa, yang berarti diterima secara utuh, menunjukkan bahwa kematian bukanlah akhir atau kehancuran, melainkan perpindahan dari satu dunia ke dunia lain di bawah penjagaan Allah.

Ada beberapa poin penting dari pandangan Al-Quran ini:

  1. Kematian bukan kehancuran, melainkan transisi dari satu tahap kehidupan ke tahap berikutnya, dengan bentuk yang berbeda.
  2. Identitas manusia bukanlah tubuh fisiknya, melainkan jiwanya, yang tetap hidup meski tubuhnya rusak.
  3. Roh manusia tidak mati dan berada di dimensi yang melampaui materi. Setelah mati, roh berada dalam penjagaan para malaikat, sebagaimana dinyatakan dalam kisah penciptaan Adam.

Ajaran Islam sangat menekankan keberlanjutan roh setelah kematian, sebagai dasar nilai-nilai kemanusiaan sejati. Ayat-ayat Al-Quran yang membahas kehidupan setelah mati memperkuat bahwa roh manusia adalah entitas yang tetap ada meskipun tubuh telah sirna.

Sebagian orang beranggapan bahwa manusia tak memiliki jiwa atau roh, sehingga setelah mati, ia tak lagi memiliki kesadaran atau perasaan. Kehidupan baru, menurut mereka, hanya terjadi saat kebangkitan. Namun, pandangan ini bertentangan dengan ayat-ayat Al-Quran yang menyebutkan kehidupan setelah mati. Para pendukung teori ini salah mengira bahwa kepercayaan akan eksistensi roh hanya didasarkan pada ayat “Roh itu adalah urusan Tuhanku” (QS. Al-Isra: 55), dan menganggap bahwa “roh” berbeda dari “jiwa.” Namun, sebenarnya, kepercayaan pada eksistensi roh didukung oleh sekitar 20 ayat lain yang secara jelas menyebut roh dalam berbagai ungkapan, seperti “roh Kami,” “roh-Ku,” dan “roh suci,” yang menunjukkan bahwa roh manusia adalah realitas yang lebih tinggi dan diberi oleh Allah.

Banyak ayat dan riwayat hadis memperkuat bahwa roh manusia memiliki eksistensi mandiri. Pandangan ini juga didukung oleh banyak hadis mutawatir, perkataan Ali dalam Nahj al-Balaghah dan doa para Imam suci.

Faktanya adalah bahwa pengingkaran terhadap eksistensi roh merupakan pikiran kotor Barat yang diilhami oleh materialisme Barat. Sayangnya, ada sebagian pengikut Al-Quran yang berpikiran seperti ini.

Al-Quran menggunakan kata “tawaffa” untuk menggambarkan kematian, yang berarti “menerima sepenuhnya,” bukan sekadar kemusnahan atau akhir. Ini menunjukkan bahwa manusia tetap memiliki kesadaran setelah mati, tidak lenyap begitu saja. Berikut ini adalah beberapa ayat yang menunjukkan bahwa kematian adalah transisi dari satu keadaan hidup ke keadaan hidup lain, di mana manusia masih memiliki kesadaran dan interaksi, bahkan setelah tubuh fisiknya mati.

1. QS. al-Nisa: 97 – Ayat ini bercerita tentang orang-orang yang meninggal dalam keadaan teraniaya karena memilih tinggal di lingkungan yang buruk dan tidak mendukung. Ketika mereka mati, malaikat bertanya mengapa mereka tidak meninggalkan tempat itu jika merasa tertekan. Para malaikat menegaskan bahwa alasan mereka tidak dapat diterima karena mereka seharusnya mencoba berhijrah ke lingkungan yang lebih baik. Dialog ini menunjukkan bahwa mereka yang telah meninggal masih dapat berinteraksi dan berbicara dengan malaikat, yang menandakan bahwa kesadaran dan identitas mereka tidak berakhir dengan kematian. Dengan kata lain, kematian hanya menandai perpindahan manusia dari dunia fisik ke alam yang lebih tinggi, di mana ia tetap hidup dalam penjagaan malaikat.

2. QS. al-Sajdah: 10 – Di sini, orang-orang yang meragukan kebangkitan bertanya bagaimana mungkin mereka akan dihidupkan kembali padahal tubuh mereka sudah hancur di dalam tanah. Al-Quran menjawab bahwa keraguan ini hanyalah dalih untuk menutupi sikap keras kepala mereka terhadap akhirat. Sebenarnya, “diri” atau “personalitas” sejati manusia bukanlah partikel-partikel tubuh fisiknya, melainkan sesuatu yang lebih dalam. Malaikat Maut telah mengumpulkan seluruh “diri” manusia saat kematian, bukan sekadar jasadnya. Ini menunjukkan bahwa meski tubuh fisik mereka hancur, esensi diri manusia atau identitas sejatinya tetap hidup. Al-Quran mengajarkan bahwa kekuatan Allah yang Mahakuasa dapat menghidupkan kembali manusia dalam wujudnya yang baru, karena bagi Allah, mengumpulkan kembali personalitas seseorang bukanlah sesuatu yang mustahil.

3. QS. al-Zumar: 42 – Ayat ini menjelaskan bahwa Allah menahan jiwa manusia saat kematian dan saat tidur. Jiwa seseorang yang ditetapkan mati tidak dikembalikan, sementara jiwa yang hanya tertidur dikembalikan ke tubuhnya hingga waktu yang ditentukan. Ayat ini menggarisbawahi kesamaan spiritual antara tidur dan mati; tidur dianggap sebagai bentuk “kematian sementara” di mana jiwa sejenak berpindah ke alam yang lain sebelum akhirnya kembali. Sementara dalam kematian sejati, jiwa berpindah secara permanen ke alam lain dan berada di luar jangkauan fisik manusia. Ini menunjukkan bahwa, dari perspektif spiritual, tidur dan mati hanyalah bentuk transisi ke dimensi lain, meskipun manusia tidak sepenuhnya menyadari perpindahan tersebut saat tidur.

Dari ketiga ayat ini, Al-Quran menegaskan bahwa kematian bukanlah akhir atau kehancuran mutlak, melainkan suatu proses peralihan dari satu keadaan hidup ke keadaan lain. Realitas manusia tidak musnah ketika tubuhnya hancur, karena personalitas sejatinya berada di dalam jiwanya, bukan pada jasadnya. Al-Quran juga menekankan bahwa manusia, dalam keadaan ini, tetap dapat berinteraksi dengan makhluk-makhluk yang tidak kasat mata seperti malaikat, yang menegaskan keberlanjutan eksistensinya.

Dengan demikian, Al-Quran menunjukkan bahwa karakter hakiki kematian mirip dengan tidur, yaitu peralihan menuju dimensi yang berbeda, di mana jiwa manusia tetap berada dalam penjagaan Allah. Meskipun secara fisik kematian terlihat sebagai akhir, dari perspektif spiritual, kematian merupakan langkah menuju kehidupan yang berbeda, dan esensi spiritual manusia tetap ada dan tidak musnah.

*Disarikan dari buku Tafsir Holistik – Murtadha Muthahhari

Share Post
No comments

Sorry, the comment form is closed at this time.