Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Imam Muhammad al-Jawad: Hikmah, Ilmu, dan Kepemimpinan Sejak Usia Dini

Imam Muhammad al-Jawad a.s., yang juga dikenal sebagai Abu Ja’far, merupakan salah satu figur yang penuh keajaiban dalam sejarah Islam. Keistimewaannya sudah tampak sejak saat kelahirannya, memberikan pelajaran penting tentang kebijaksanaan dan kepemimpinan ilahi, bahkan di usia yang sangat muda. Berikut adalah rangkuman perjalanan luar biasa Imam Jawad a.s. berdasarkan berbagai riwayat.

Kelahiran yang Luar Biasa

Imam Muhammad al-Jawad a.s. lahir dengan tanda-tanda keajaiban. Menurut riwayat Hakimah, putri Imam Musa al-Kazhim a.s., Imam Jawad mengucapkan dua kalimat syahadat segera setelah dilahirkan. Ia bersaksi: “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.” Tidak hanya itu, pada hari ketiga setelah kelahirannya, bayi suci ini memuji Allah Swt dan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW serta para imam a.s.

Hakimah juga menceritakan bahwa saat ibu Imam Jawad, Sabikah, melahirkan, lentera yang sebelumnya menerangi ruangan mendadak padam. Namun, sinar yang memancar dari tubuh Imam Jawad menerangi seluruh ruangan. Sebuah pakaian tipis bercahaya tampak melekat pada tubuhnya, menambah kesan luar biasa atas kelahirannya.

Keajaiban di Usia Belia

Imam Muhammad al-Jawad a.s. menunjukkan tanda-tanda kecerdasan dan hikmah sejak usia sangat muda. Kehendak Allah SWT menjadikannya imam bagi seluruh makhluk-Nya, meskipun ia masih kanak-kanak. Kejadian ini mengingatkan pada kisah Nabi Isa a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. yang juga mendapatkan hikmah ilahi di usia belia.

Ketika orang-orang mempertanyakan usianya yang masih muda, Imam Jawad memberikan penjelasan dengan hikmah dan penuh keyakinan. Dalam sebuah riwayat, beliau berkata, “Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Daud a.s. untuk mengangkat Sulaiman a.s. sebagai khalifah, meskipun usianya masih terlalu muda untuk menggembala domba. Namun, tongkat Sulaiman yang berdaun dan berbuah menjadi bukti kepemimpinannya yang telah ditentukan Allah Swt.”

Kepemimpinan di Usia Muda

Imam Jawad sering menghadapi pertanyaan dari para pengikut yang meragukan kemampuan seorang imam muda. Salah seorang perawi, Ali bin Asbath, bahkan sengaja menatap Imam Jawad dari kepala hingga kaki untuk membuktikan dirinya kepada rekan-rekan di Mesir. Menanggapi hal ini, Imam Jawad berkata, “Allah berhujah dalam imamah sebagaimana Dia berhujah dalam nubuwah. Hikmah bisa dianugerahkan kepada seseorang, baik saat ia masih kecil maupun saat telah berusia 40 tahun.”

Selain itu, Imam Jawad mengingatkan umatnya tentang kisah Nabi Muhammad SAW yang menerima wahyu ilahi di usia muda. Beliau menegaskan, “Ali a.s. mengikutinya (agama Allah) pada usia sembilan tahun, sedangkan aku saat ini juga berusia sembilan tahun.”

Ilmu Imam Jawad a.s.

Seorang imam harus memiliki ilmu dan makrifat yang luas. Imam Jawad adalah orang yang paling alim pada masanya dan paling memahami urusan syariat, politik, manajemen, serta kebutuhan umat manusia. Imam Muhammad al-Jawad a.s. membuktikan semua itu sejak usia belia. Banyak ulama dan tokoh besar bertanya kepadanya tentang berbagai masalah syariat dan ilmiah. Imam Jawad menjawab setiap pertanyaan dengan sempurna dan akurat, sehingga membuat para ulama dan fuqaha mengakui kebenaran imamahnya.

Berbicara mengenai ilmu Imam Jawad, penting untuk memahami bahwa sumber ilmu rabbani yang dimiliki Ahlulbait a.s. adalah keistimewaan khusus. Mas’udi meriwayatkan dari Abdurrahman bin Muhammad bin Kultsum bin Imran, yang berkata: “Aku berkata kepada Imam Ridha a.s., ‘Anda mencintai anak-anak. Berdoalah kepada Allah semoga Dia mengaruniakan Anda seorang anak.’ Beliau menjawab, ‘Aku akan dikaruniai seorang anak yang akan mewarisiku.’

Ketika Imam Jawad lahir, Imam Ridha a.s. berbicara dengannya dengan lembut setiap malam. Ketika hal ini berlangsung beberapa malam, aku berkata, ‘Tuanku! Banyak anak Adam lahir sebelumnya. Apa yang Anda lakukan ini seperti membacakan mantra kepadanya!’ Beliau menjawab, ‘Celaka kamu! Ini bukan mantra, melainkan mengajarkan ilmu kepadanya.’”

Diriwayatkan bahwa Imam Jawad a.s. berkata: “Para washi adalah mereka yang diajak bicara oleh Ruh Qudus.” Dalam sebuah kejadian, Imam Jawad yang masih kecil dihadirkan ke Masjid Rasulullah SAW setelah kesyahidan ayahnya. Ia berjalan menuju mimbar, menaiki tangganya, lalu berbicara:

“Aku adalah Muhammad bin Ali Ridha. Aku adalah Jawad. Aku mengetahui nasab manusia di dalam sulbi-sulbi. Aku lebih mengetahui rahasia dan apa yang tampak pada diri kalian, yang kalian sendiri tidak dapat mencapainya. Yang dikaruniakan kepada kami adalah ilmu sejak sebelum Allah menciptakan seluruh makhluk, hingga setelah langit dan bumi lenyap. Seandainya ahli kebatilan tidak muncul, ahli kesesatan tidak memerintah, dan ahli keraguan tidak bertingkah, maka telah kulontarkan perkataan yang akan mengherankan kaum terdahulu dan kaum akhir zaman.”

Kemudian beliau menutup perkataannya dengan menyentuh mulutnya sendiri dan berkata, “Diamlah, wahai Muhammad (Imam Jawad), sebagaimana sebelumnya ayah-ayahmu diam.”

Riwayat ini menunjukkan keluasan ilmu dan kedalaman hikmah yang dimiliki oleh Imam Muhammad al-Jawad a.s., meskipun usianya masih sangat muda. Dengan karunia Allah Swt, Imam Jawad menjadi sosok yang mampu memberikan bimbingan dan menjawab persoalan-persoalan kompleks umat.

Sumber: Biografi Imam Muhammad Jawad – Tim Al-Huda

Share Post
No comments

LEAVE A COMMENT