Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Dewan Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Kemenangan Republik Islam dan Runtuhnya Mitos Keperkasaan Zionis

Tanggal 24 Juni 2025 akan dikenang sebagai hari ketika satu mitos besar runtuh: mitos keperkasaan militer Zionis yang tak tergoyahkan. Dalam dua belas hari perang yang mengguncang dunia, Republik Islam Iran tidak hanya bertahan dari agresi militer paling ganas sejak awal abad ini, tetapi justru memaksa entitas penjajah untuk mundur dan memohon gencatan senjata. Dunia menyaksikan dengan takjub, dan para pendukung kebenaran bersujud syukur. Perang dua belas hari itu bukan sekadar peristiwa militer, melainkan momentum kebangkitan spiritual, kebangkitan harga diri umat, dan kebangkitan satu bangsa yang berakar pada nilai-nilai Qur’ani.

Awal Mula: Arogansi yang Terbantahkan

Segalanya bermula pada 13 Juni 2025, ketika entitas Zionis meluncurkan agresi ke Iran. Tanpa deklarasi perang, mereka menggempur wilayah sipil, membunuh ilmuwan dan pejabat negara, dan melancarkan serangan ke fasilitas nuklir yang sah secara hukum internasional.

Tujuan mereka terang: mematikan program nuklir Iran, menjatuhkan pemerintahan, serta menanam benih kekacauan dari dalam melalui propaganda dan infiltrasi.

Namun rezim Zionis lupa satu hal: ini bukan Suriah, bukan Lebanon. Ini adalah Iran—tanah para syuhada dan pewaris revolusi Islam. Mereka lupa bahwa serangan terhadap Iran berarti menyerang kehormatan seluruh poros perlawanan.

Jawaban Iran: Operasi Janji Sejati III

Serangan brutal itu tidak membungkam Iran, tetapi membakar semangatnya. Dalam waktu singkat, IRGC dan angkatan bersenjata Iran meluncurkan Operasi Janji Sejati III—serangkaian serangan balasan dengan rudal, drone, dan serangan siber yang mengguncang jantung entitas Zionis dari selatan ke utara.

Untuk pertama kalinya, dunia menyaksikan penggunaan rudal multi-hulu ledak Kheibar Shekan yang mampu menghancurkan blok kota, rudal hipersonik Fattah-1 yang melewati sistem pertahanan modern, serta manuver kompleks dari rudal Sejjil yang menghindari radar.

Sasaran serangan pun strategis: fasilitas militer, laboratorium senjata, pusat teknologi milik perusahaan-perusahaan pendukung penjajahan seperti Microsoft, hingga infrastruktur listrik yang membuat jutaan pemukim Zionis lari ke tempat perlindungan berkali-kali dalam sehari.

Sistem pertahanan canggih seperti Iron Dome, David’s Sling, dan THAAD dibuat tidak berdaya. Interceptor mereka kehabisan stok. Menurut Wall Street Journal, biaya harian pertahanan mereka mencapai $10–200 juta. Hanya dalam waktu sepekan, anggaran militer mereka mulai keropos.

Kekalahan Zionis: Dari Udara hingga Dalam Tanah

Zionis mengira bisa menang dari udara. Tapi mereka tidak memperhitungkan semangat rakyat Iran dan kecanggihan keamanan dalam negeri. Mereka mengaktifkan jaringan mata-mata dan teroris bayaran untuk menyerang dari dalam—menyabotase radar, peluncur rudal, dan menimbulkan kekacauan sipil.

Namun seperti akar yang tumbuh di bawah batu, kesadaran rakyat Iran jauh lebih dalam dari yang mereka kira. Ratusan agen ditangkap, gudang drone ditemukan, dan jaringan Mossad terbongkar. Kekuatan intelijen Iran, dengan bantuan masyarakat, menunjukkan bahwa keamanan bukan hanya urusan negara, tapi kehormatan kolektif umat.

Kehancuran Ekonomi dan Psikologis

Tak hanya di medan perang, kekalahan Zionis menjalar ke ranah ekonomi. Pelabuhan seperti Haifa lumpuh. Perusahaan pelayaran seperti Maersk menghentikan operasional. Penerbangan internasional ke Tel Aviv dibatalkan. Sistem kereta api di selatan berhenti total. Investor hengkang.

Sementara itu, rakyat Iran justru turun ke jalan, tidak dalam ketakutan, tapi dalam sujud syukur. Universitas, hauzah, masjid, dan jalan-jalan kota dipenuhi lautan manusia yang membawa satu pesan: “Kami tidak gentar.”

Gencatan Senjata: Siapa yang Menyerah?

Pada 24 Juni, gencatan senjata diumumkan melalui mediasi AS dan Qatar. Tapi mari kita jujur: bukan Iran yang memohon. Justru Benjamin Netanyahu, sang agresor, yang memohon penghentian pertempuran.

Gencatan ini belum tertulis, dan siapa pun tahu rezim Zionis tak pernah bisa dipercaya. Tapi realitas tak bisa disembunyikan: Iran tak kehilangan satu pun tujuan strategisnya. Program nuklir tetap berjalan. Pemerintahan tetap kokoh. Rakyat tetap bersatu.

Sementara itu, Netanyahu dihujani protes oleh rakyatnya sendiri, mempertanyakan mengapa serangan mereka justru membuka luka baru yang lebih dalam.

Masa Depan: Tanda Kemenangan Bagi Umat

Kini, setelah langit mereda, Iran bergerak cepat: memperkuat pertahanan, membasmi sisa infiltrator, dan mengembangkan sistem rudal generasi baru. Tapi lebih dari itu, mereka telah membuka jalan baru: bahwa melawan penjajah bisa dimenangkan, bahwa kekuatan batin dan tekad bisa menumbangkan keangkuhan teknologi.

Dunia Islam pun kini bangkit menatap harapan baru. Di Gaza, Lebanon, Yaman, dan Irak, para pejuang poros perlawanan bersorak. Bahwa kekuatan pusat Zionisme telah dipukul balik. Bahwa perlawanan bukan sekadar mungkin, tapi efektif.

Di dunia Sunni dan Syiah, mulai dari ulama Al-Azhar hingga Hauzah Qom, suara bersatu menyerukan bahwa penjajahan harus diakhiri. Palestina bukan hanya amanat Arab, tapi amanat Islam. Kini, umat tidak lagi menunggu konferensi damai atau resolusi PBB. Umat mulai percaya pada kekuatannya sendiri.

Gemerlap Masa Depan Dunia Islam

Apa makna semua ini bagi masa depan dunia Islam? Ini bukan sekadar kemenangan militer. Ini adalah kemenangan visi.

Dunia Islam yang selama ini dilanda perpecahan, kini memiliki satu arah: poros perlawanan. Perlawanan terhadap penjajah. Perlawanan terhadap kapitalisme rakus. Perlawanan terhadap sekularisme yang melucuti ruh umat.

Kemenangan Iran menandai lahirnya generasi baru: anak-anak Muslim yang tumbuh tidak dengan rasa minder, tapi dengan rasa percaya diri. Mereka tahu bahwa kiblat peradaban bukan lagi Barat. Mereka tahu bahwa ilmu, teknologi, dan spiritualitas bisa bersatu di bawah panji Islam.

Hawzah dan universitas Islam kini akan menarik generasi muda yang ingin belajar bukan hanya fikih, tapi juga fisika dan pertahanan. Di balik setiap rudal, ada insinyur yang berwudhu. Di balik setiap radar, ada doa yang dipanjatkan. Dunia Islam masa depan akan lahir dari kombinasi antara ilm dan ikhlaq, antara kecerdasan dan ketaatan.

Satu Langkah, Seribu Harapan

Dua belas hari. Itu saja yang dibutuhkan untuk meruntuhkan mitos yang dibangun selama 70 tahun. Dunia yang menyaksikan kini sedang menggugat narasi lama. Siapa penjajah? Siapa teroris? Siapa pembela kemanusiaan sejati?

Hari ini, kita semua tahu jawabannya.

Dan jika masih ada yang ragu siapa pemenangnya, lihatlah Tel Aviv yang gelap dan panik—sementara Teheran terang dan bergemuruh dengan takbir kemenangan.


Sumber: Press TV

Share Post
No comments

Sorry, the comment form is closed at this time.