Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Konsep Mencintai (Tawalli) dan Memusuhi (Tabarri) dalam Al-Quran

Dalam ajaran Islam, mencintai (tawalli) dan memusuhi (tabarri) adalah konsep mendasar yang terkait dengan ketegasan iman seseorang terhadap Allah SWT dan ajaran-Nya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

“Engkau (Muhammad) tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya, atau keluarganya. Mereka itulah orang-orang yang di dalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari Dia, lalu dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Merekalah golongan Allah. Ingatlah, sesungguhnya golongan Allah itulah yang beruntung.” (QS. al-Mujadalah: 22)

Ayat ini menegaskan bahwa seorang Muslim yang sejati, yang memiliki keimanan mendalam, tidak akan mungkin merasa cinta atau simpati kepada mereka yang menentang Allah dan Rasul-Nya, meskipun orang tersebut adalah keluarga atau kerabat dekat. Iman dan loyalitas kepada Allah SWT menjadi landasan yang tidak bisa dikompromikan.

Dalam surah Al-Mujadalah, Allah SWT menyebutkan berkali-kali pentingnya mencintai para kekasih-Nya dan menjauhi musuh-musuh-Nya. Misalnya, dalam ayat 14 disebutkan:

“Tidakkah engkau perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang telah dimurkai Allah sebagai sahabat?” (QS. al-Mujadalah [58]: 14)

Ayat ini mengingatkan kaum Muslimin untuk berhati-hati dalam memilih sahabat dan pergaulan. Mengasihi kekasih Allah (tawalli) dan berlepas diri dari musuh-musuh-Nya (tabarri) adalah bagian dari iman yang akan memurnikan hati dan menguatkan kedekatan kita dengan Allah SWT.

Imam Ali Ridha as, menyatakan bahwa kesempurnaan agama hanya dapat dicapai dengan menerima kepemimpinan para wali Allah dan dengan tegas menjauhkan diri dari musuh-musuh mereka. Ketika seseorang mempertahankan cinta dan keteguhan kepada para kekasih Allah, ia akan dilimpahi kekuatan iman yang mendalam dan mendapatkan kemuliaan di hadapan Allah.

Pentingnya Tabarri dalam Kehidupan Sehari-hari

Imam Ja’far Shadiq as menekankan sikap tabarri sebagai wujud ketulusan cinta terhadap Allah SWT.

Ketika beberapa orang datang kepada Imam Ja’far Shadiq as dan berkata bahwa ada seseorang yang mengaku mencintai beliau tetapi ragu untuk berlepas diri dari musuh-musuhnya, Imam Ja’far Shadiq as menjawab, “Dia bohong. Sesungguhnya orang yang mencintai kami tentu akan menjauhi musuh kami.” (Bihar al-Anwar, jil. 27, hal. 58).

Pernyataan Imam Ja’far Shadiq ini menunjukkan bahwa cinta yang sejati kepada para kekasih Allah menuntut sikap yang jelas terhadap musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya. Seorang Muslim yang mencintai Allah tidak hanya akan meniru kebajikan orang-orang beriman, tetapi juga akan menghindari perilaku dan cara hidup yang identik dengan mereka yang memusuhi Allah.

Dalam sebuah hadis lain, Imam Ja’far Shadiq as berkata,

“Allah SWT menurunkan wahyu kepada salah seorang dari para nabi-Nya, Katakanlah kepada orang-orang mukmin, Jangan kalian berpakaian seperti musuh-musuh-Ku. Jangan kalian makan seperti makanan musuh-musuh-Ku. Jangan kalian berperilaku seperti perilaku musuh-musuh-Ku. Karena jika kalian lakukan itu maka kalian menjadi musuh-Ku, sebagaimana mereka menjadi musuh-Ku.” (Wasa’il al-Syi’ah, jil. 3, hal. 279)

Imam Ja’far Shadiq as juga pernah mengatakan,

“Tidaklah agama itu kecuali mencintai dan membenci.” (Bihar al-Anwar, jil. 65, hal. 63).

Ini menggambarkan bagaimana cinta (tawalli) dan permusuhan (tabarri) adalah komponen yang tak terpisahkan dari agama. Seseorang yang mencintai Allah SWT akan mencintai semua yang diridai oleh-Nya, dan secara alami akan membenci segala yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya.

Menjaga keseimbangan antara mencintai dan memusuhi ini juga mengarahkan pada keteguhan dan ketulusan iman. Dalam perspektif Islam, agama tidak hanya soal menjalankan ibadah ritual tetapi juga mencakup aspek sosial yang menunjukkan keberpihakan yang jelas. Rasulullah saw sendiri adalah sosok yang penuh kasih sayang, tetapi beliau tegas terhadap mereka yang memusuhi Allah dan ajaran-Nya.

Kesimpulan: Memperkokoh Iman Melalui Tawalli dan Tabarri

Mencintai (tawalli) dan memusuhi (tabarri) adalah dua prinsip yang menjadikan seorang Muslim semakin dekat dengan Allah SWT dan Rasul-Nya. Dengan tawalli, seorang Muslim akan mendapatkan cahaya iman yang membawa ketenangan dan keberkahan. Sedangkan dengan tabarri, seorang Muslim menjaga dirinya dari pengaruh yang dapat melemahkan iman.

Ketika seorang Muslim memahami dan menerapkan prinsip tawalli dan tabarri dalam kehidupannya, ia akan menjadi bagian dari “golongan Allah” yang disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai golongan yang beruntung.

*Dielaburasi dari buku Poin-poin Penting Al-Quran – Ayatullah Muhsin Qiraati

Share Post
No comments

LEAVE A COMMENT