Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Mengapa Peringatan Syahadah Imam Husein Melebihi Peringatan Syahadah Tokoh Lain?

Sering kali muncul keberatan-keberatan dengan nada keras dan memaksa seperti di bawah ini:

  1. Mengapa Syiah selalu menghidupkan peringatan revolusi dan syahadah Imam Husein melebihi para syuhada lainnya?
  2. Tragedi Imam Husein terjadi 14 abad yang lalu, tetapi mengapa peringatan mengenainya selalu diulang dan diperbaharui setiap tahun dengan begitu semangat?

Jawaban atas keberatan-keberatan itu adalah: karena kebangkitan Imam Husein merupakan tolok ukur yang jelas bagi revolusi kemerdekaan di sepanjang sejarah, dan kesyahidannya adalah lambang yang hidup bagi pejuang di jalan Allah Swt dalam rangka menunaikan kewajiban Islam yang paling agung, yaitu menganjurkan kebajikan dan mencegah kemungkaran.

Imam Husein as menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran dengan prinsip yang tegas, menunjukkan sistem hebat yang ditempatkan pada kedudukan tinggi sehingga Allah Swt menjaga peringatan Al-Husein agar selalu menjadi bukti bagi seluruh manusia dan teladan bagi umat Islam tentang pengorbanan yang luar biasa demi agama.

Mengenai Amar Ma’ruf Nahi Munkar, kewajiban ini sangat penting bagi umat Islam, sebagaimana dijelaskan dalam hadis-hadis Nabi Saw dan nas-nas terpercaya dari para Imam Ma’shum.

Rasulullah SAW bersabda: “Umatku akan senantiasa dalam keadaan baik (selamat) selama mereka menyuruh kebajikan dan melarang kemungkaran. Jika mereka meninggalkan hal itu, Allah akan memberikan kekuasaan kepada orang-orang yang paling jahat di antara mereka; kemudian bila mereka berdoa, tidak akan dikabulkan doanya.”

Imam Ali as menasihati putranya, Imam Hasan, “Anjurkanlah kebaikan maka kamu termasuk pemiliknya, dan tolaklah kemungkaran dengan tangan dan lidahmu, serta cegahlah orang yang melakukan kemungkaran dengan kekuatanmu, dan tariklah kelompok yang bingung menuju kebenaran di jalan Allah tanpa takut pada cemoohan pencaci.”

Imam Muhammad Al-Baqir as bersabda, “Di akhir zaman akan datang manusia-manusia dungu yang tidak tanggap terhadap perintah berbuat kebajikan dan larangan berbuat kemungkaran kecuali jika merasa aman. Mereka melaksanakan salat dan puasa tanpa beban, tetapi ketika mengetahui bahwa salat juga menuntut pengorbanan harta dan raga, mereka akan meninggalkannya, sebagaimana mereka meninggalkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar.”

Allah Swt berfirman:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang munkar dan beriman kepada Allah.” (Q.S. Ali-Imran: 110)

“Demi masa, sesungguhnya manusia dalam keadaan rugi, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan, dan saling berpesan dengan kebenaran dan kesabaran.” (Q.S. Al-‘Ashr: 1-3)

Allah juga menjelaskan sebab-sebab kesengsaraan umat terdahulu: “Mereka tidak saling mencegah kemungkaran yang mereka lakukan.” (Q.S. Al-Maidah: 79)

Kesimpulannya, menyuruh kebajikan adalah kewajiban utama dalam Islam karena terlaksananya syariat secara keseluruhan tergantung pada kewajiban ini. Stabilitas amal (syariat) akan terwujud di tengah masyarakat karena seorang Muslim atau Muslimah berkewajiban menegakkan kebenaran di segala bidang. Orang yang tidak peduli pada kebenaran bagaikan setan. Para nabi, pewarisnya, sahabat, ulama, tabi’in, dan orang-orang beriman telah melaksanakan kewajiban agung ini sesuai situasi dan waktunya.

Imam Husein menegakkan kewajiban ini dalam situasi sulit yang belum pernah dialami orang lain. Pengorbanan beliau tidak tertandingi: enam atau tujuh saudaranya, tiga putranya (dua di antaranya masih menyusu), 17 putra sepupunya dan keponakan-keponakannya, serta lebih dari tujuh puluh sahabatnya yang saleh, dan akhirnya dirinya sendiri, keluarga, istri, tempat tinggal, harta benda, dan segala yang dimilikinya dalam waktu yang sangat singkat.

Pengorbanan besar ini menunjukkan bahwa Imam Husein adalah teladan utama bagi para penganjur kebajikan dan pejuang kebenaran. Tidak mengherankan jika umat Islam, khususnya Syiah, memperingati syahidnya Imam Husein dan menyebarkan nilai revolusinya. Imam Husein adalah penyeru teragung terhadap jihad di jalan Allah, teladan nyata untuk prinsip dan istiqamah, serta lambang tanggung jawab.

Jika patung dan berhala tidak dilarang dalam Islam, yang paling pantas adalah patung-patung Imam Husein sebagai pengingat akan Allah, agama, kebenaran, keadilan, dan teladan umat manusia. Lupa dan lalai terhadap perjuangan Imam Husein akan mengacaukan sistem kebenaran dan menghilangkan standar kemanusiaan dalam memilah antara kebenaran dan kebatilan, yang dapat berakibat fatal. Sebagaimana diungkapkan dalam Hadis Nabi Saw: “Bagaimana dengan kalian, apabila melihat kebajikan dianggap kemungkaran dan kemungkaran dianggap kebajikan?”

Tragedi Imam Husein terjadi 14 abad lalu, tetapi mengapa peringatannya selalu diulang setiap tahun dengan semangat tinggi?

Tidak benar bahwa semua kejadian berpengaruh dan peninggalan penting akan hilang atau terlipat oleh waktu. Kejadian besar, seperti Revolusi Prancis, terus dirayakan sepanjang zaman. Sejarah hidup seseorang seperti Al-Masih putra Maryam a.s. juga dirayakan setiap tahun sejak dua ribu tahun lalu. Keabadian suatu peristiwa atau tokoh tergantung pada peninggalan dan perannya, bukan pada perubahan zaman.

Bagi yang berpengetahuan, Revolusi Imam Husein melawan pemerintahan Yazid bin Muawiyah lebih dari sekadar peristiwa sejarah. Revolusi ini mengubah dan mempengaruhi sejarah umat Islam, menjaga syariat dari ancaman perubahan, dan mempertahankan eksistensi umat Islam.

Melupakan Imam Husein berarti kehilangan contoh teladan di setiap zaman; melupakan revolusinya berarti kehilangan pelajaran penting tentang kebebasan, kemuliaan, dan perjuangan suci. Peringatan ini terus hidup karena peran dan pengorbanan Imam Husein yang abadi.

*Disarikan dari buku Asyura dalam Perspektif Islam – Al-Khatib Syeikh Abdul Wahab AI-Kasyi

Share Post
No comments

LEAVE A COMMENT