Nabi Muhammad ﷺ adalah manusia yang tak pernah belajar membaca atau menulis, namun beliau membawa wahyu yang mengubah dunia. Dalam QS Al-A’raf [7]: 157, Allah berfirman, “Yaitu orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka. Dia menyuruh mereka kepada yang ma’ruf dan melarang mereka dari yang mungkar…”
Rasulullah ﷺ dilahirkan di tengah masyarakat jahiliah yang penuh dengan kebodohan dan penyembahan berhala, namun melalui wahyu yang diterima dari Allah, beliau membimbing masyarakat tersebut menjadi sebuah peradaban yang luhur dan berlandaskan ilmu.
Rasulullah ﷺ digambarkan sebagai seseorang yang gigih melawan kebodohan dan syirik. Beliau datang dengan membawa agama yang lurus, menghapuskan kekufuran dan memerangi segala bentuk penyimpangan dari ajaran tauhid. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah, disebutkan, “Akhlak Rasulullah ﷺ adalah Al-Qur’an.” (HR Muslim). Ini menunjukkan betapa Nabi ﷺ adalah wujud nyata dari implementasi Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Nabi Muhammad ﷺ, meskipun ummi, dikenal sebagai pemimpin yang mencerdaskan umat. Beliau menjadikan ilmu sebagai fondasi utama dalam mengembangkan peradaban Islam. Dalam QS Al-Baqarah [2]: 151, Allah berfirman, “Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu seorang rasul dari kalanganmu yang membacakan ayat-ayat Kami kepadamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Hikmah, serta mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui.”
Rasulullah ﷺ adalah hamba Allah yang paling sempurna dalam hal ibadah. Salah satu ciri utama beliau adalah kecintaan yang mendalam terhadap salat. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah ﷺ bersabda, “Kebahagiaanku terwujud dalam salat.” Kegigihan beliau dalam menjalankan salat bahkan sampai membuat kaki beliau bengkak karena terlalu lama berdiri dalam salat malam. Ketika ditanya oleh Aisyah mengapa beliau beribadah begitu keras, padahal semua dosa beliau telah diampuni, Rasulullah ﷺ menjawab, *“Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur?”* (HR Bukhari).
Selain salat, beliau juga sangat rajin berpuasa. Nabi ﷺ berpuasa pada bulan Sya’ban dan Ramadan, serta berpuasa tiga hari setiap bulan (Ayyamul Bidh). Aisyah juga meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ sangat khusyuk dalam berdoa. Beliau sering menangis dalam salatnya, bahkan pernah menangis hingga tanah tempat sujudnya basah. Ini menunjukkan betapa besar rasa takut dan cinta Nabi ﷺ kepada Allah.
Percaya Mutlak kepada Allah Swt
Rasulullah ﷺ memiliki keyakinan yang kokoh terhadap Allah. Dalam suatu peristiwa, seorang musyrik pernah mengancam beliau dengan pedang dan bertanya, “Siapa yang bisa menyelamatkanmu dariku sekarang?” Nabi ﷺ dengan tenang menjawab, “Allah,” dan seketika itu pedang jatuh dari tangan musyrik tersebut. Nabi ﷺ kemudian mengampuninya, dan lelaki itu berkata, “Demi Allah, engkau adalah sebaik-baiknya manusia yang pernah aku temui.” (HR Bukhari).
Hadis ini menunjukkan betapa kuatnya keimanan Rasulullah ﷺ kepada Allah, serta betapa lembutnya hati beliau. Meskipun berada dalam bahaya, Nabi ﷺ tetap mengampuni musuhnya dan memberikan teladan kebaikan yang tak tertandingi.
Keberanian yang Mengagumkan
Keberanian Rasulullah ﷺ adalah sesuatu yang diakui oleh para sahabatnya. Dalam medan pertempuran, beliau selalu berada di garis terdepan. Imam Ali bin Abi Thalib AS berkata, “Ketika perang memuncak dan pertempuran sengit terjadi, kami berlindung di belakang Rasulullah ﷺ, dan tidak ada seorang pun yang lebih berani dari beliau.”
Rasulullah ﷺ juga dikenal sebagai seorang yang sangat tenang dalam menghadapi bahaya. Ketika terjadi Perang Hunain, pasukan Muslim sempat terpecah akibat serangan mendadak, namun Rasulullah ﷺ tetap berada di tengah medan pertempuran, dengan tenang memanggil pasukannya untuk kembali berkumpul. Tindakannya yang penuh keteguhan dan keberanian ini berhasil membalikkan situasi dan memenangkan pertempuran.
Zuhud yang Tak Terbandingi
Meskipun Allah memberi Rasulullah ﷺ berbagai kemuliaan dan kemewahan dunia yang bisa beliau nikmati, beliau memilih hidup sederhana dan zuhud. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, disebutkan bahwa Allah pernah menawarkan kepada Nabi ﷺ untuk menjadikan tanah Mekkah sebagai emas, namun beliau menolaknya. Rasulullah ﷺ juga tidur di atas tikar kasar yang meninggalkan bekas di tubuhnya.
Aisyah meriwayatkan bahwa di rumah Rasulullah ﷺ, kadang-kadang tidak ada makanan yang dimasak selama berhari-hari, dan mereka hanya hidup dengan kurma dan air. Ini menunjukkan betapa rendah hatinya Nabi ﷺ, dan betapa beliau tidak pernah terikat dengan kemewahan dunia.
Kedermawanan dan Kelembutan
Rasulullah ﷺ adalah pribadi yang sangat dermawan, terutama di bulan Ramadan. Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA bahwa “Rasulullah ﷺ adalah manusia yang paling dermawan, dan lebih dermawan lagi pada bulan Ramadan saat Jibril menemuinya untuk mengajarkan Al-Qur’an.” Beliau tidak pernah menolak permintaan siapa pun, dan selalu siap memberi bantuan. Jabir RA meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah memberikan pakaian baru yang dibelinya kepada seseorang yang memintanya, tanpa berpikir panjang.
Selain kedermawanannya, kelembutan hati Rasulullah ﷺ juga tampak dalam sikap beliau kepada semua orang. Diriwayatkan bahwa ketika seorang budak wanita kehilangan uangnya dan meminta bantuan Nabi ﷺ, beliau langsung menyusuri jalan-jalan Madinah untuk membantunya. Bahkan, Rasulullah ﷺ memaafkan musuh-musuh yang pernah memeranginya, seperti saat Fathu Mekkah, ketika beliau memaafkan penduduk Mekkah yang dulu memusuhinya. Rasulullah ﷺ bersabda, “Hari ini aku tidak menyalahkan kalian, pergilah, kalian bebas.”
Rasa Malu dan Kerendahan Hati
Rasa malu adalah sifat yang sangat menonjol dalam diri Rasulullah ﷺ. Beliau memiliki rasa malu yang lebih tinggi dibandingkan dengan gadis perawan yang belum pernah menikah. Diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudri RA, “Rasulullah ﷺ lebih pemalu daripada seorang gadis di balik tabir.” Namun, meskipun beliau memiliki rasa malu yang tinggi, beliau tidak pernah ragu untuk menyampaikan kebenaran dan membela hak-hak Allah.
Kerendahan hati Nabi ﷺ juga sangat luar biasa. Meskipun beliau adalah seorang nabi dan pemimpin umat, Rasulullah ﷺ menjalani hidup dengan sangat sederhana dan tidak membedakan dirinya dari orang lain. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA, disebutkan bahwa “Rasulullah ﷺ selalu makan bersama para budak, duduk bersama orang miskin, dan menjawab salam anak-anak kecil.” Ini menunjukkan betapa rendah hatinya Nabi ﷺ, serta betapa beliau menghargai setiap individu tanpa memandang status sosial.
Kesimpulan
Kepribadian Nabi Muhammad ﷺ adalah perpaduan antara kekuatan, kelembutan, keimanan, dan akhlak yang luhur. Beliau adalah teladan sempurna dalam segala aspek kehidupan, dari ibadah hingga interaksi sosial. Hadis-hadis di atas memperkuat gambaran tentang betapa mulianya sifat-sifat Nabi ﷺ, yang patut dijadikan teladan oleh seluruh umat manusia sepanjang zaman.
*Disarikan dari buku Biografi Nabi Muhammad SAW, Sang Adi Insan – Tim Al-Huda