Keyakinan terhadap Ma’ad (kehidupan setelah mati) adalah salah satu prinsip utama dalam agama samawi. Para nabi selalu menekankan pentingnya Ma’ad, meskipun menghadapi banyak tantangan. Al-Qur’an menempatkan keyakinan terhadap Ma’ad sejajar dengan keyakinan terhadap Tauhid, dengan lebih dari dua puluh ayat yang menyebutkan Allah dan Hari Akhir bersama-sama. Dalam banyak ayat, Al-Qur’an membahas berbagai keadaan akhirat, menggambarkan kehidupan abadi yang akan dialami manusia setelah mati. Pemahaman tentang Ma’ad berkaitan dengan pengenalan ruh, yang kekal setelah tubuh hancur. Hal ini membuktikan bahwa yang mati di dunia ini akan dibangkitkan dan hidup kembali di akhirat.
Dalil Hikmah
Penciptaan manusia dan alam semesta tidaklah sia-sia. Allah menciptakan makhluk dengan tujuan yang jelas, berdasarkan pada sifat dzatiyah-Nya yang mencintai kebaikan dan kesempurnaan. Alam semesta diciptakan dengan tatanan yang sangat teratur, memungkinkan adanya kehidupan, termasuk manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Kehidupan dunia, yang penuh dengan berbagai kesusahan dan keterbatasan, tidak dapat dibandingkan dengan potensi kekekalan manusia. Jika kehidupan manusia hanya terbatas pada dunia ini, maka itu akan bertentangan dengan Hikmah Ilahiyah, yaitu kebijaksanaan Tuhan yang menghendaki kesempurnaan bagi makhluk-Nya.
Salah satu kecenderungan manusia yang paling mendalam adalah keinginan untuk hidup kekal, yang mencerminkan fitrah manusia sebagai makhluk yang diciptakan untuk hidup abadi. Keinginan ini menuntut adanya kehidupan setelah dunia ini, sebuah kehidupan yang tidak dibatasi oleh waktu, ruang, dan segala keterbatasan duniawi. Keinginan untuk hidup kekal inilah yang menunjukkan bahwa kehidupan setelah mati adalah suatu keniscayaan.
Dengan memadukan konsep Hikmah Ilahiyah dengan kecenderungan manusia untuk kekal, kita dapat sampai pada kesimpulan bahwa kehidupan abadi bagi manusia adalah suatu keniscayaan. Hal ini sesuai dengan Hikmah Ilahiyah yang menghendaki kehidupan setelah dunia ini. Kehidupan abadi tersebut tidak mungkin hanya terjadi di dunia materi ini, yang dipenuhi dengan kesulitan dan keterbatasan, melainkan di kehidupan yang berbeda, kehidupan yang lebih sempurna dan kekal.
Dalil Keadilan
Manusia diberi kebebasan untuk memilih perbuatan baik atau buruk di dunia ini. Kehidupan dunia adalah tempat ujian, namun kenyataannya, orang baik dan buruk sering tidak mendapatkan balasan yang setimpal di dunia. Banyak orang jahat yang tidak mendapatkan hukuman yang sesuai, sementara orang baik tidak selalu mendapatkan pahala yang layak. Oleh karena itu, perlu adanya kehidupan setelah mati sebagai tempat pembalasan bagi setiap amal perbuatan. Di akhirat, setiap orang akan menerima balasan yang sesuai dengan perbuatannya, mewujudkan Keadilan Ilahi yang sesungguhnya.
Ma’ad dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an membahas Ma’ad dalam lima kelompok ayat yang memiliki peran tertentu:
- Ayat-ayat yang menegaskan tidak ada satu dalil pun yang menafikan Ma’ad
Kelompok ini bertujuan untuk melucuti senjata para pengingkar Ma’ad dengan menegaskan bahwa tidak ada dalil yang menentang keberadaan Ma’ad. Ayat-ayat ini berfungsi sebagai bantahan terhadap orang-orang yang menyangkal Ma’ad. - Ayat-ayat yang mengisyaratkan adanya fenomena alam yang mirip dengan terjadinya Ma’ad
Kelompok ini mengungkapkan fenomena alam yang menunjukkan kemungkinan Ma’ad dengan menegaskan bahwa alam dapat memberi petunjuk tentang kehidupan setelah kematian. Fenomena alam ini menjelaskan bahwa Ma’ad bukanlah hal yang mustahil. - Ayat-ayat yang menyanggah keraguan pengingkar Ma’ad dan membuktikan kemungkinan kejadiannya
Dalam kelompok ini, Al-Qur’an menjawab keraguan pengingkar Ma’ad dengan mengajukan bukti-bukti dan argumen yang menegaskan bahwa Ma’ad adalah suatu kenyataan yang bisa terjadi. - Ayat-ayat yang menekankan bahwa Ma’ad adalah janji Allah yang pasti terjadi
Kelompok ini menegaskan bahwa Ma’ad adalah janji Allah yang pasti dan tidak bisa diragukan. Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Allah berjanji akan menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati. - Ayat-ayat yang menunjukkan dalil akal atas pentingnya Ma’ad
Kelompok ini menggunakan dalil akal untuk memperjelas bahwa Ma’ad adalah suatu hal yang sangat penting dan pasti terjadi. Al-Qur’an memberikan penjelasan logis mengenai kenyataan bahwa kehidupan setelah mati adalah suatu keniscayaan.
Pengingkaran Buta terhadap Ma’ad
Dalam berdialog dengan pengingkar Ma’ad, Al-Qur’an sering menggunakan metode yang meminta mereka untuk membuktikan pendapat mereka. Al-Qur’an menantang pengingkar Ma’ad dengan ungkapan seperti “Tunjukkanlah bukti kalian.” Hal ini menekankan bahwa pengingkar Ma’ad tidak memiliki dasar yang kuat untuk keyakinannya. Mereka hanya berpegang pada dugaan dan pengetahuan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Sebagai contoh, mereka mengatakan bahwa kehidupan hanya ada di dunia dan bahwa setelah mati tidak ada kehidupan lain. Namun, Al-Qur’an menegaskan bahwa mereka hanya menduga-duga dan tidak tahu kebenarannya (QS. Al-Jatsiyah: 24).
Fenomena Alam yang Mirip dengan Ma’ad
- Keluarnya Tumbuh-tumbuhan dari Bumi
Salah satu fenomena yang sering terjadi adalah tumbuhnya tanaman dari tanah yang mati, yang mirip dengan kehidupan setelah kematian. Setiap kali kita melihat tanaman tumbuh dari tanah yang kering, kita diberi pelajaran tentang kehidupan yang bisa muncul kembali setelah kematian. Al-Qur’an mengingatkan kita bahwa Allah yang menghidupkan kembali bumi yang mati juga dapat menghidupkan orang-orang yang sudah mati (Qs. Ar-Rum: 50). - Tidurnya Ashhabul Kahfi
Kisah Ashhabul Kahfi yang tidur selama 300 tahun menunjukkan bahwa kehidupan yang kembali setelah tidur mirip dengan kehidupan setelah mati. Tidur, meskipun mirip dengan mati, tidak membunuh tubuh karena organ-organ tubuh tetap berfungsi. Namun, tidur yang berlangsung begitu lama seperti yang dialami oleh Ashhabul Kahfi (300 tahun) mengingatkan kita bahwa kehidupan setelah mati adalah mungkin terjadi. Hal ini menguatkan keyakinan bahwa Ma’ad dan kehidupan setelah mati bukanlah sesuatu yang mustahil (QS. Al-Kahfi: 21). - Hidup-Kembalinya Hewan
Dalam Al-Qur’an, ada kisah Nabi Ibrahim yang menghidupkan kembali empat burung yang mati. Kejadian ini mengajarkan kita bahwa menghidupkan kembali makhluk hidup bukan hal yang mustahil. Jika Allah mampu menghidupkan kembali hewan yang mati, tentu menghidupkan kembali manusia tidaklah sulit bagi-Nya. Kisah ini memberi keyakinan bahwa kehidupan setelah mati mungkin terjadi. - Hidupnya Kembali Manusia di Dunia
Salah satu kisah yang sangat mengesankan adalah kisah seseorang yang melewati negeri yang telah hancur dan berfikir tentang bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri tersebut. Allah kemudian mematikannya selama 100 tahun dan menghidupkannya kembali. Ketika dia bangun, Allah menunjukkan padanya bahwa tubuhnya telah berubah, namun makanan dan minumannya tetap utuh. Hal ini menunjukkan bahwa hidup kembali setelah mati bukanlah hal yang mustahil. Kisah ini menguatkan argumen bahwa kehidupan setelah mati adalah nyata dan pasti terjadi (QS. Al-Baqarah: 259).
Selain itu, Al-Qur’an juga menceritakan bagaimana Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, seperti pada peristiwa di zaman Nabi Musa (QS. Al-Baqarah: 55-56). Kejadian ini menegaskan bahwa Allah berkuasa menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati.
Kesimpulan
Al-Qur’an mengajarkan bahwa Ma’ad, atau kehidupan setelah mati, adalah suatu kenyataan yang pasti terjadi sesuai dengan janji Allah. Melalui berbagai fenomena alam, mukjizat, dan kisah-kisah nyata yang diceritakan dalam Al-Qur’an, kita dapat memahami bahwa Ma’ad adalah hal yang mungkin dan pasti terjadi. Allah yang menghidupkan kembali bumi yang mati, menghidupkan kembali orang-orang yang mati, dan menunjukkan berbagai tanda kekuasaan-Nya, memberi bukti yang jelas bahwa kehidupan setelah mati adalah suatu kenyataan yang tak dapat diragukan lagi.
Sumber: Akidah Islam, Pandangan Dunia Ilahi – Ayatullah Taqi Misbah Yazdi