Dan katakanlah: “Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku”. (QS al-Mukminin: 97-98)
Salah satu persoalan penting yang termaktub dalam Al-Quran dan hadis Ahlulbait as adalah istiadzah (a’udzu billahi minasysyaitha nirrajim) atau memohon perlindungan kepada Allah Swt dari segenap kejahatan setan yang terkutuk. Istiadzah memiliki nilai yang sangat penting sebagaimana dinyatakan oleh Al-Quran, “Apabila kamu membaca Al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk” (QS an-Nahl: 98). Setan merupakan musuh tak kasat mata yang bercokol dalam batin, yang bermaksud menjerumuskan hati manusia ke dalam jurang kemaksiatan.
Istiadzah dalam Peribadahan
Membaca istiadzah ketika hendak beramal ibadah atau melakukan pekerjaan yang mengandung unsur ibadah sangatlah dianjurkan. Sebab, muslihat pertama yang diperbuat setan adalah menggoda hati manusia agar membatalkan niatnya untuk berbuat kebajikan. Namun, kalaupun berhasil melakukan kebaikan, setan tetap akan mengupayakan agar amal tersebut rusak, sehingga pelakunya tidak memperoleh apa pun selain kesia-siaan dan keputusasaan. Dalam hal ini, setan telah menghempaskan pelaku kebaikan ke lembah ‘ujub (merasa bangga atas perbuatannya) atau riya’ (mencari perhatian orang lain).
Contoh sederhananya, sewaktu hendak berwudhu, mohonlah terlebih dahulu perlindungan Allah dari keburukan setan. Kemudian, lihat dan rasakanlah apa yang terjadi ketika Anda berwudhu. Ini penting mengingat proses berwudhu merupakan ajang godaan dan permainan setan. Kalau sampai terperangkap ‘rayuan maut’-nya yang begitu menggoda, niscaya amal ibadah Anda akan berujung pada kehampaan dan kesia-siaan.
Membaca istiadzah ketika hendak melakukan amal ibadah dimaksudkan agar amal ibadah yang kita lakukan diterima oleh Allah Swt.
Istiadzah dalam Pekerjaan Sehari-hari
Praktik istiadzah sebaiknya dilakukan dalam berbagai pekerjaan yang diperbolehkan dalam ajaran Islam. Contohnya, saat akan makan, berpakaian, dan lainnya. Dalam amalan Ahlulbait as, terdapat doa-doa terkait dengan aktivitas sehari-hari. Sebagai contoh, doa ketika berpakaian: “Allahummastur ‘aurati wala taj’alisysyaithana lahu nashiba” (Ya Allah, lindungilah auratku, jangan biarkan setan menguasainya).
Disarankan juga untuk selalu membaca istiadzah ketika berada di tempat-tempat yang tidak diinginkan atau tempat-tempat yang disucikan oleh Allah, seperti pergi ke masjid. Selalu memohon kepada Allah agar dijauhkan dari musuh yang sangat menyulitkan, yaitu setan, bahkan hanya untuk pergi ke kamar mandi. Ucapkanlah selalu: “Allahumma inni a’udzu bika minal khabatsil mukhbits ar-rijsin najis asy-syaithanirrajim” (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari yang kotor dan menjijikkan, kenistaan dan najis, yaitu setan yang terkutuk). (Wasa’il, 4/216).
Istiadzah ketika Bepergian
Ketika hendak keluar rumah, kita juga disarankan untuk beristiadzah dengan membaca: “Bismillah wa billah ‘awwalu wa akhiru wa zhahiru wa bathinu wa tawakkaltu ‘alallah wa la hawla wa la quwwata illa billahil ‘aliyyil azhim.” Hal ini penting karena di luar sana setan sedang menunggu dan akan menggoda Anda di jalanan. Meskipun Anda tidak dapat melihatnya, namun ia dapat melihat Anda. Oleh karena itu, jadikanlah setan sebagai musuh.
Satu-satunya cara untuk menghindari kejaran setan adalah dengan istiadzah. Tidak ada jalan lain selain ‘memohon perlindungan kepada Sang Maha Pencipta’. Dengan ini, kita berada di bawah perlindungan yang besar dan terhormat. Bahkan ‘orang jahat’ atau anjing liar sekalipun akan enggan mendekat. Kita seperti berkata kepada pemilik rumah yang terhormat, “Wahai pemilik rumah! Aku datang untuk berlindung di bawah penguasaanmu. Usirlah para pengganggu itu!” Sejak itu, Anda akan terlindung dari segenap mara bahaya. Meskipun demikian, perumpamaan ini hanyalah untuk memberi gambaran.
Beberapa Keadaan yang Mengharuskan Istiadzah
Salah satu adab yang selalu ditekankan dalam ajaran Ahlulbait as adalah beristiadzah dalam setiap kesempatan dan keadaan. Umpama sewaktu Anda berkuasa atau menjadi hakim. Demi menyelamatkan Anda dalam menyelesaikan segenap urusan yang berkenaan dengan itu, senantiasalah memohon perlindungan-Nya.
Bagi kaum lelaki, waspadalah kalau Anda sedang berduaan (di tempat sepi) dengan wanita yang bukan muhrim. Keadaan ini jelas bisa mencelakakan diri Anda. Tentu saja hati nurani Anda akan menolak ajakan setan (untuk berbuat maksiat). Namun, kalau saja Anda memberi sedikit peluang kepada setan untuk menggoda hati Anda, niscaya Anda akan dibuat binasa olehnya.
Namun, keadaan yang jauh lebih sulit untuk diatasi ketimbang kedua hal di atas adalah marah. Keadaan marah merupakan sasaran paling empuk bagi setan untuk mencelakakan seseorang. Saat emosi bergolak, darah akan menjadi panas dan mengalir naik dengan kencang sehingga membuka peluang bagi setan untuk menguasai jiwa seseorang. Maklum saja, setan memang diciptakan dari api yang teramat halus dan bisa merambat cepat, seperti kilatan petir yang menyambar.
Dalam dialognya dengan Nabi Nuh as, setan pernah mengemukakan sebuah perumpamaan, “Bahwa anak keturunan Adam bagiku (setan) bagaikan bola di tangan seorang anak kecil.” Coba perhatikan bagaimana seorang anak kecil mempermainkan bola; lempar sana lempar sini, tendang sana tendang sini. Begitulah keadaan orang yang sedang marah; ia tak ubahnya bola yang tidak berdaya dan begitu gampang dikuasai setan. Segenap hal yang diharamkan pun menjadi enteng dan sering dilakukan.
Kalau keadaan tersebut terus didiamkan, niscaya dirinya akan menyentuh garis kekufuran, kecuali jika Allah melindunginya (setelah memohon pertolongan-Nya).
*Disadur dari buku karya Ayatullah Abdul Husain Dasteghib – Istiadzah, Kiat-kiat Menghindari Godaan Setan