Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Dewan Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Wasiat dan Petunjuk Imam Hasan Askari as untuk Syiahnya

Imam Hasan Askari as adalah Imam kesebelas dari Ahlulbait Nabi saw. Beliau hidup pada masa yang penuh tekanan politik, khususnya dari rezim Abbasiyah yang sangat mencurigai keberadaan beliau dan para pengikutnya. Imam Askari as dipenjara berulang kali, dikepung oleh mata-mata penguasa, dan ruang geraknya dibatasi. Namun, meski dalam kondisi sulit, beliau tetap memberikan bimbingan kepada pengikutnya melalui surat-surat, nasihat, dan wasiat-wasiat penting.

Wasiat-wasiat ini bukan hanya sekadar pesan moral, melainkan sebuah sistem kehidupan yang menyeluruh. Ia mencakup hukum syar’i, akhlak sosial, serta strategi bertahan dalam kondisi penindasan. Melalui pesan-pesan beliau, kita dapat melihat bagaimana Ahlulbait as mendidik umat agar tetap lurus dalam agama, bermartabat di tengah masyarakat, dan setia menanti janji Allah berupa kemunculan al-Mahdi as.

Dalam salah satu pesan pentingnya, Imam Hasan Askari as menekankan beberapa prinsip utama: takwa, kejujuran, amanah, sujud yang panjang, silaturahmi, serta akhlak yang baik terhadap tetangga. Beliau bersabda:

“Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, wara’ dalam agama kalian, jujur dalam bicara, menunaikan amanat kepada siapa pun—baik orang baik maupun jahat. Panjangkanlah sujud dalam salat, berbuat baiklah kepada tetangga, sambunglah silaturahmi, hadirilah jenazah mereka, jenguklah yang sakit, dan tunaikanlah hak-hak mereka.”

Beliau melanjutkan, “Jika ada seorang Syiah yang wara’ dalam agamanya, jujur dalam ucapannya, menunaikan amanah, dan memperindah akhlaknya, lalu orang berkata: ‘Ini Syiah!’ maka hal itu membahagiakanku.”

Ukuran sejati seorang Syiah bukan sekadar klaim cinta kepada Ahlulbait as, melainkan amal nyata yang memancarkan kebaikan hingga dirasakan oleh orang lain. Seorang Syiah sejati adalah hiasan bagi para Imamnya, bukan noda yang mencoreng nama mereka. (Syaikh al-Mufid, al-Irsyad, jilid 2, hlm. 336–338)


Wasiat Khusus untuk Ali bin Husain bin Babawaih al-Qummi

Salah satu sahabat terkemuka, Ali bin Husain bin Babawaih al-Qummi—ayah dari Syaikh Shaduq—pernah menerima surat wasiat dari Imam Askari as. Wasiat ini menjadi pedoman spiritual dan sosial yang sangat luas:

“Aku wasiatkan kepadamu agar bertakwa kepada Allah, mendirikan salat, mengeluarkan zakat. Sesungguhnya salat tidak diterima tanpa zakat. Maafkanlah kesalahan orang, tahanlah amarahmu, sambunglah silaturahmi, bahagiakanlah saudara seiman, bantulah mereka dalam kesulitan maupun kemudahan, bersabarlah terhadap kebodohan orang, pahamilah agama, berhati-hatilah dalam segala urusan, berpeganglah pada Al-Qur’an, berakhlaklah dengan akhlak mulia, dan tegakkan amar makruf nahi munkar.”

Imam juga menekankan pentingnya salat malam. Beliau menegaskan bahwa Rasulullah saw berulang kali berpesan kepada Imam Ali as: “Barang siapa meremehkan salat malam, ia bukan dari golongan kami.”

Lebih jauh, Imam mengingatkan tentang kesabaran dan penantian al-faraj, yaitu kemunculan Imam Mahdi as. Bagi beliau, penantian bukan sikap pasif, melainkan amal terbaik yang memerlukan kesabaran, pengharapan, dan perjuangan.
(al-Tabrisi, al-Ihtijaj, jilid 2, hlm. 283–285)


Pedoman Hidup Menyeluruh

Dari wasiat-wasiat di atas, tampak jelas bahwa Imam Askari as menyusun sebuah metode hidup yang komprehensif:

  • Menjalankan hukum-hukum syar’i dengan benar.
  • Menjaga akhlak luhur dalam kehidupan sosial.
  • Menjadi teladan moral, meski hidup di tengah masyarakat yang berbeda keyakinan.
  • Tetap setia pada Ahlulbait as dan menanti kemunculan al-Mahdi as.

Dengan demikian, Syiah bukan hanya identitas teologis, melainkan jalan hidup yang menyatukan agama, akhlak, dan strategi sosial.
(Syaikh al-Kulaini, al-Kafi, jilid 2, hlm. 234)


Menyingkap Realitas Umat

Dalam salah satu suratnya, Imam Askari as menjawab permintaan sebagian pecinta Ahlulbait yang ingin memahami dalil-dalil kebenaran. Beliau menggambarkan bahwa meski Rasulullah saw membawa mukjizat terbesar, musuh tetap menuduh beliau sebagai penyihir, dukun, atau pendusta. Inilah sunnah sejarah: kebenaran selalu ditentang oleh kebatilan.

Imam kemudian membagi manusia menjadi tiga golongan:

  1. Orang arif: teguh berpegang pada kebenaran tanpa keraguan.
  2. Orang bimbang: labil seperti ombak laut, tenang hanya ketika situasi damai.
  3. Orang yang dikuasai setan: menolak kebenaran karena dengki dan kesombongan.

Beliau menasihati agar para pengikut menjauhi ambisi kekuasaan dan popularitas, karena keduanya hanya membawa kehancuran. Pesan ini menunjukkan kebijaksanaan Imam dalam membimbing umat agar fokus pada spiritualitas dan perjuangan moral, bukan pada perebutan kekuasaan duniawi.
(al-Majlisi, Bihar al-Anwar, jilid 78, hlm. 373–375)


Relevansi Wasiat Imam Askari as di Masa Kini

Wasiat-wasiat Imam Askari as tidak hanya berlaku untuk pengikut beliau di abad ke-3 Hijriah, tetapi juga sangat relevan bagi kita di zaman modern.

  • Tentang akhlak sosial: Hari ini, umat Syiah tersebar di berbagai belahan dunia. Banyak yang hidup sebagai minoritas. Wasiat Imam agar berbuat baik kepada tetangga, menjaga amanah, dan bersikap jujur menjadi kunci menjaga martabat Syiah di mata masyarakat luas.
  • Tentang salat malam dan penantian al-faraj: Di tengah dunia modern yang penuh kesibukan, salat malam adalah cara menjaga ruhani agar tetap hidup. Penantian al-Mahdi bukan pasrah, tetapi berarti menyiapkan diri, memperbaiki masyarakat, dan melawan kezaliman.
  • Tentang perbedaan manusia: Imam menegaskan bahwa umat selalu beragam: ada yang kokoh, ada yang ragu, dan ada yang menolak. Tugas seorang Syiah adalah tetap teguh pada jalan kebenaran, tanpa hanyut oleh kebimbangan atau terpengaruh kebatilan.

Dengan demikian, wasiat-wasiat ini menjadi panduan abadi: membangun pribadi yang bertakwa, masyarakat yang harmonis, serta peradaban yang siap menyambut kehadiran Imam Mahdi as.


Imam Hasan Askari as wafat pada tahun 260 H dalam usia muda, namun meninggalkan warisan berharga berupa wasiat dan nasihat. Melalui pesan-pesan itu, beliau meneguhkan identitas Syiah, menyusun pedoman hidup yang menyeluruh, dan mempersiapkan umat menghadapi masa kegaiban Imam Mahdi as.

Setiap kalimat wasiatnya adalah cahaya yang membimbing umat agar tidak tersesat. Ia mengajarkan bahwa Syiah sejati adalah mereka yang bertakwa, jujur, amanah, berakhlak mulia, setia pada Ahlulbait, dan senantiasa menanti janji Allah dengan penuh kesabaran.

Semoga kita termasuk di antara orang-orang yang menghidupkan wasiat-wasiat ini dalam kehidupan sehari-hari, menjadi hiasan bagi para Imam, dan siap menyambut al-Faraj.


Disarikan dari buku Teladan Abadi Imam Hasan Askari – The AhlUI-Bayt World Assembly

Share Post
No comments

LEAVE A COMMENT