Bi’tsah dalam Islam mengacu pada pengutusan seorang nabi pilihan Allah Swt kepada umat manusia untuk membawa mereka pada jalan kebenaran, keadilan, dan kedamaian sejati. Istilah ini memiliki makna mendalam yang mencakup kebangkitan spiritual dan sosial umat manusia. Dalam sejarah Islam, Bi’tsah merujuk pada momen bersejarah ketika Nabi Muhammad Saw menerima wahyu pertama dari Allah Swt melalui Malaikat Jibril di Gua Hira, Gunung Nur, di sekitar Mekah.
Peristiwa ini menandai titik awal turunnya Islam sebagai sistem kehidupan yang sempurna dan rahmat bagi seluruh alam. Menurut pendapat mayoritas ulama Ahlul Bait, Bi’tsah Rasulullah saw terjadi pada tanggal 27 Rajab, 13 tahun sebelum hijrah Nabi ke Madinah. Selain itu, peristiwa ini kerap dirangkaikan dengan Isra Mikraj, perjalanan spiritual Rasulullah Saw yang membawa pesan kebangkitan umat manusia kepada tingkat kesadaran tertinggi akan keberadaan Allah Swt.
Bi’tsah bukan sekadar peristiwa historis, melainkan sebuah tonggak monumental yang mengubah arah peradaban manusia. Dengan dimulainya Bi’tsah, risalah Islam membawa misi universal yang menembus batas ruang dan waktu. Nabi Muhammad Saw diutus tidak hanya untuk satu kaum, tetapi untuk seluruh umat manusia sebagai rahmat bagi alam semesta.
Bi’tsah sebagai Cahaya di Tengah Kegelapan
Menurut Imam Khamenei, Bi’tsah membawa cahaya yang menerangi jalan bagi umat manusia untuk keluar dari kegelapan kebodohan dan penghambaan kepada selain Allah. Beliau menjelaskan bahwa inti dari Bi’tsah adalah membangkitkan manusia dari belenggu tirani dan arogansi. Pesan ini tercermin dalam firman Allah Swt yang menyebut Nabi Muhammad saw sebagai rahmat bagi seluruh alam (QS. Al-Anbiya: 107).
Rahbar juga menyoroti bahwa kebodohan (jahl) adalah musuh abadi dari nilai-nilai Bi’tsah. Namun, kebodohan yang dimaksud bukan hanya ketidaktahuan, melainkan kebodohan yang terorganisasi, yang sering kali dimanfaatkan oleh kekuatan arogan untuk menindas dan mengeksploitasi umat manusia. Dalam dunia modern, bentuk kebodohan ini terwujud dalam sistem global yang mendominasi melalui politik imperialisme, ketidakadilan ekonomi, dan penyalahgunaan teknologi.
Kembali kepada Fitrah Ilahi
Rahbar menegaskan bahwa tujuan utama Bi’tsah adalah mengembalikan manusia kepada fitrah ilahi, yaitu kecenderungan alami manusia untuk mencintai kebenaran, keadilan, dan keimanan kepada Allah Swt. Dalam Nahjul Balaghah, Imam Ali bin Abi Thalib as menjelaskan:
“Allah Swt mengutus rasul-Nya di antara manusia agar mereka mengingat janji fitrah mereka kepada Tuhan, mensyukuri karunia-Nya, serta membangkitkan akal dan hati mereka.”
Imam Khamenei menguraikan bahwa Rasulullah Saw hadir untuk menyampaikan pesan kepada umat manusia agar mengingat perjanjian mereka dengan Allah Swt. Secara fitriah, setiap manusia telah berjanji untuk mengabdi hanya kepada Allah dan menjalani kehidupan berdasarkan nilai-nilai keadilan, kebebasan, dan kemuliaan. Rasulullah Saw diutus untuk mengingatkan manusia akan janji ini dan membimbing mereka menuju kehidupan yang penuh berkah.
Pesan Bi’tsah dalam Konteks Modern
Nilai-nilai Bi’tsah memiliki relevansi yang kuat dalam menghadapi tantangan zaman modern. Rahbar menjelaskan bahwa di era ini, umat manusia menghadapi bentuk baru dari kebodohan dan kezaliman yang terorganisasi. Kekuatan arogan dunia, seperti Amerika Serikat dan rezim zionis, terus memaksakan hegemoni mereka atas bangsa-bangsa lain melalui cara-cara yang tidak adil.
Republik Islam Iran, menurut Rahbar, telah menjadi pelopor dalam gerakan melawan dominasi global ini, dengan menjadikan nilai-nilai Bi’tsah sebagai landasan perjuangannya. Beliau menekankan bahwa perjuangan melawan kezaliman dan ketidakadilan adalah kewajiban setiap umat Islam. Melalui tawakal kepada Allah Swt, bangsa Iran dan umat Islam di seluruh dunia dapat bersatu untuk menghadapi kekuatan arogan yang mencoba menindas mereka.
Rahbar menambahkan bahwa salah satu manifestasi nyata dari kebangkitan Bi’tsah di era modern adalah kebangkitan Islam di berbagai penjuru dunia. Gerakan ini bertujuan untuk membangun tatanan dunia yang berdasarkan keadilan dan nilai-nilai ilahi, sekaligus melawan hegemoni yang didasarkan pada kekuatan, penindasan, dan ketidakadilan.
Kebangkitan Umat sebagai Warisan Bi’tsah
Imam Khamenei juga menyoroti pentingnya umat Islam untuk tetap waspada terhadap konspirasi musuh yang mencoba memadamkan semangat kebangkitan ini. Menurut beliau, gerakan zionis yang mendominasi dunia saat ini adalah contoh nyata dari sistem setan yang bertentangan dengan nilai-nilai Bi’tsah. Kebangkitan Islam dan perjuangan bangsa Iran telah menjadi inspirasi bagi bangsa-bangsa lain untuk bangkit melawan kezaliman.
Beliau menegaskan bahwa Bi’tsah bukan sekadar peristiwa historis, tetapi sebuah inspirasi yang terus hidup dalam perjuangan umat Islam untuk menegakkan keadilan, kebebasan, dan kemuliaan. Dengan bertawakal kepada Allah Swt, umat Islam dapat menghadapi segala tantangan dan membangun dunia yang lebih baik.
Bi’tsah sebagai Panggilan Abadi
Bi’tsah adalah tonggak kebangkitan spiritual, sosial, dan politik umat manusia. Nilai-nilai yang dibawa Rasulullah Saw melalui Bi’tsah mengajarkan pentingnya hidup dalam keadilan, kebenaran, dan kebebasan sejati. Imam Sayyid Ali Khamenei menegaskan bahwa tugas umat Islam saat ini adalah menyebarkan pesan Bi’tsah kepada dunia dan menghadapi setiap bentuk kebodohan dan kezaliman dengan keberanian dan tawakal kepada Allah Swt.
Sebagaimana Rasulullah Saw telah menginspirasi umat manusia dengan cahaya wahyu, Bi’tsah terus menjadi panggilan abadi bagi umat manusia untuk kembali kepada fitrah ilahi dan membangun dunia yang lebih adil, damai, dan penuh keberkahan.