3- Pembagian Baitul Mal Secara Merata
Suatu hari Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib a.s. memberikan tugas kepada Ammar Yasir, Abdullah bin Abi Rafi’, dan Abu Haitsam Tihan untuk membagikan harta benda yang ada di baitul mal. Imam Ali a.s. berkata kepada mereka, “Bagilah secara adil dan janganlah melebihkan seseorang dari yang lain.”
Mereka mendata kaum muslimin yang berhak memperoleh pembagian dari baitul mal dan menghitung jumlah harta yang ada. Dari penghitungan itu, mereka memutuskan untuk memberikan 3 dinar kepada setiap orang. (Baca sebelumnya: Kisah Keutamaan Imam Ali – Bagian Pertama)
Talhah dan Zubair memprotes hasil pembagian itu sambil berkata, “Apakah pembagian ini atas keputusan kalian sendiri atau kawan-kawan kalian?”
“Amirul Mukminin yang memerintahkan demikian,” jawab mereka.
Kemudian Talhah dan Zubair menghadap Imam Ali a.s. dan memprotes cara pembagian baitul mal.
Imam Ali a.s. bertanya kepada mereka, “Bagaimana Rasulullah memperlakukan kalian?”
Mereka terdiam seribu bahasa dan tidak menjawab pertanyaan Imam Ali a.s.
Amirul Mukminin Ali a.s. berkata, “Bukankah Nabi saw. membagikan baitul mal secara merata?”
“Benar,” jawab mereka berdua.
Imam Ali a.s. bertanya, “Apakah sunnah Nabi saw. lebih layak untuk dijalankan atau sunnah orang lain selain beliau?”
Mereka menjawab, “Sunnah Nabi, namun kami tergolong orang-orang yang pertama masuk Islam, berjasa untuk Islam, dan memiliki kedekatan dengan beliau saw.”
Imam Ali a.s. berkata, “Mana yang lebih dahulu masuk Islam, kalian atau aku? Jasa siapa yang lebih besar untuk Islam, kalian atau aku? Siapa yang lebih dekat dengan Nabi, kalian atau aku?” (Baca: Apakah Imam juga Maksum seperti Nabi?)
“Anda,” jawab mereka.
Imam Ali a.s. berkata, “Demi Allah! Bagian yang aku dapatkan dari baitul mal ini sama dengan bagian pekerja yang bekerja untukku.”
4- Seuntai Kalung Dari Baitul Mal
Ali bin Rafi’, penanggung jawab dan bendahara baitul mal pada pemerintahan Ali a.s. bercerita:
“Di antara harta benda baitul mal terdapat seuntai kalung mutiara yang diperoleh dari Basrah. Suatu hari menjelang hari raya Idul Adha, salah seorang puteri Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib mengirimkan pesan supaya aku berikan kalung tersebut selama tiga hari sebagai amanat dan akan dipakai pada hari raya Idul Adha. Aku pun menyerahkan kalung tersebut dan menjadi penjaminnya.
Pada hari raya Idul Adha, Imam Ali a.s. melihat puterinya mengenakan kalung itu. Beliau bertanya, “Puteriku! Dari mana engkau memperoleh kalung ini?”
“Dari bendahara baitul mal sebagai amanat dengan jaminan. Aku akan mengembalikannya setelah tiga hari. Selain itu, suamiku juga mengetahui hal ini,” jawabnya.”
Ibnu Abi Rafi’ berkata, “Hari itu juga, Amirul Mukminin a.s. memintaku menghadap. Beliau berkata, “Kenapa engkau tidak menjalankan amanat terkait baitul mal?”
Aku menjawab, “Aku berlindung kepada Allah untuk berkhianat dalam amanat.” (Baca: Any Quest 1: Arti Hadis Nabi “Salman dari Ahlul Baitku”)
Imam Ali a.s. berkata, “Lalu kenapa engkau memberikan kalung mutiara itu kepada puteriku?”
“Aku berikan kepadanya sebagai amanat selama 3 hari dan aku sendiri sebagai penjaminnya,” jawabku.
Imam Ali a.s. berkata, “Hari ini juga engkau harus ambil dan kembalikan ke tempatnya. Bila sekali lagi aku melihat engkau melakukan hal yang sama, aku akan memberikan hukuman yang berat kepadamu. Dan sekiranya puteriku mengambilnya bukan sebagai amanat, niscaya aku potong tangannya sebagai hukuman bagi seorang pencuri.”
Saat mendengar ucapan tersebut, puteri Imam Ali a.s. berkata, “Aku bukan orang lain dan aku tidak merugikan orang lain. Apakah seorang puteri Khalifah Muslimin tidak berhak memakai kalung amanat pada hari raya?”
Imam Ali a.s. menjawab, “Puteriku! Hanya karena ingin menuruti hawa nafsu, manusia tidak boleh keluar dari jalur kebenaran. Kaum perempuan Muhajirin memiliki kedudukan yang sama denganmu. Apakah mereka memakai kalung mutiara seperti itu sehingga engkau ingin sama dengan mereka?””
Selamat berbahagia bagi para pencinta Ali bin Abi Thalib atas kelahirannya.[*]
Baca: Amalan Kunci Kebahagiaan