Apa kelemahan muslimin di dalam perang besar Badar? Kaum musyrik sedang memikirkan tentang cara untuk mendapatkan babak (peperangan) berikutnya. Seorang dari mereka berkata: “Kita perdaya mereka pada hal yang besar sampai kita takkan menyisakan seorang pun dari mereka.”
Yang lain mengatakan, “Kita tugaskan terhadap mereka seorang yang menampakkan Islam guna menaburkan apa yang bisa memecah belah mereka?”
Ada yang berpendapat lain. Terjadi perdebatan di antara mereka kaum musyrikin, sampai seorang berpengalaman dalam perang bernama Umair bin Wahab, bangkit dan berkata: “Aku yang akan pergi ke Madinah. Akan kubuat Muhammad dan para sahabatnya terpedaya..”
Semua sepakat atas usulan Umair. Lalu mereka memutuskan untuk menugaskan dia untuk misi (perang) yang besar. Sampai di Madinah, Umair menuju Masjid. Seketika dia ditanya, “Apa yang kau inginkan hai musyrik? Bukankah kau adalah Umair bin Wahab?” (Baca: Tafwidh, Tsiqah, dan Taslim)
“Ya.. betul”, jawabnya. “Aku ingin berjumpa Muhammad untuk menebus seorang tawanan dari kami. Sampai jumpa besok.”
Esoknya Umair diantarkan ke hadapan Rasulullah saw. Dia berkata, “Selamat pagi hai Muhammad..”
Nabi saw membalas sapanya dan berkata, “Allah memuliakan kami dengan tahiyat (ungkapan penghormatan) yang lebih baik dari tahiyat kalian. Yaitu, tahiyat para penghuni surga. Kami mengucapkan, “As-Salamu ‘alakum..”
Umair berkata, “Apa urusannya bagiku.. Aku hanya ingin menebus seorang tawanan untuk membawanya (pulang), dan urusan ini bagiku dengan Anda saja”
Di sini, berbinarlah kedua mata Rasulullah saw. Setelah diam sesaat, beliau berkata, “Kau berdusta hai musuh Allah! Kau telah duduk bersama musyrikin dalam membicarakan tentang perang Badar, lalu kau berencana untuk membunuhku. Tetapi Allah tidak akan membiarkan hal itu terjadi padaku. “ Beliau mengatakan demikian dengan nada kemarahan. (Baca: Tebarkan Cinta dan Kedamaian dengan Salam)
Hal itu membuat Umair gemetar dan dalam keguncangan. Lalu dia teriak mengatakan: “Demi Allah hai kaum, tak seorangpun di Madinah ini yang tahu (rencana ini) selain aku, dan tidak dikabarkan kepada Muhammad kecuali oleh Allah. Sungguh dia benar seorang nabi sebagaimana ucapannya, dan telah diwahyukan (dari sisi Allah) kepadanya. Aku bersaksi, tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah..”
Umair dalam masih berbicara dihampiri oleh Rasulullah saw, dan mengelus punggungnya seraya bersabda: “Ajari dia ilmu agama, dan bacakan Alquran untuknya. Lepaskanlah seorang tawanan darinya. Sesungguhnya dia telah beriman dari dalam hatinya.” [*]
Baca: “Koneksi Antara al-Quran dan Shalat“