Diriwayatkan bahwa Imam Husain a.s. saat masih kecil di usia 7 tahun telah menjalankan puasa di bulan suci Ramadhan tanpa makan sahur dan tidak diberitahukan kepada siapa pun.
Pada hari pertama bulan Ramadhan, udara terasa panas. Kehausan yang luar biasa dirasakan oleh Imam Husain a.s. Karena Imam Husain a.s. saat itu masih kanak-kanak dan lemah, beliau lemas dan tidak bertenaga.
Bunda Fatimah Zahra a.s. menyadari bahwa sang putera tercinta hari ini tidak seperti hari-hari biasanya, wajahnya pucat, duduk lemas bersandar ke dinding, dan lebih memilih untuk berdiam diri. (Baca: Semuanya Tentang Fatimah Zahra a.s. -1)
Sang bunda mendatanginya dan sambil membelainya bertanya, “Wahai puteraku tercinta! Ada apa gerangan denganmu, wajahmu tampak pucat, engkau hanya berdiam diri, tidak berbicara dengan ibumu?!”
Mula-mula Imam Husain a.s. tidak ingin mengatakan yang sebenarnya, namun karena sang Bunda terus bertanya, akhirnya Imam Husain berkata, “Wahai Ibu! Hari ini aku telah berniat dengan tulus karena Allah swt. untuk berpuasa.”
“Puteraku! Udara sangat panas. Engkau tidak akan kuat menahan rasa haus. Mari berbukalah,” jawab Bunda Zahra a.s.
Imam Husain a.s. memohon kepada sang Bunda supaya tidak memaksanya untuk membatalkan puasanya dan membiarkan hari ini melanjutkan puasa. (Baca: Selamat Jalan Ibunda Bidadari Surga)
Bunda Zahra a.s. segera memberitahukan hal ini kepada Imam Ali a.s. Bunda Zahra memohon kepada Imam Ali supaya membujuk Husain kecil untuk berbuka.
Imam Ali a.s. memangku Husain a.s. dan membelainya. Kemudian Imam Ali a.s. membujuk Husain a.s. supaya berbuka. Namun Imam Husain a.s. tetap memohon kepada ayahanda untuk mengizinkannya melanjutkan puasa hingga maghrib.
Lalu Imam Ali a.s. memberitahukan kejadian itu kepada Nabi saw. Saat Nabi saw. masuk ke rumah Fatimah a.s., beliau saw. segera mendekap sang cucu dan berkata, “Wahai cahaya mataku! Engkau masih belum wajib berpuasa. Maghrib masih lama sekali, mungkin saja puasa ini akan berdampak buruk terhadap dirimu. Jika engkau saat ini berbuka, Allah swt. akan memberikan pahala seperti orang yang melakukan puasa hingga maghrib.”
Sang Bunda membawakan segelas air ke hadapan puteranya. Akan tetapi Imam Husain a.s. berkata, “Wahai kakek! Aku wajib mentaatimu dan aku selalu menuruti ucapanmu, namun aku mohon supaya kakek mengizinkanku untuk melanjutkan puasa hingga maghrib.” (Baca: Paman Terhebat di Dunia)
Ketika Imam Husain a.s. mengatakan itu, tiba-tiba beliau terjatuh di pangkuan sang Bunda. Saat itu malaikat Jibril turun dan berkata, “Allah swt. berfirman, “Biarkanlah Husain tetap dalam kondisinya dan jangan memaksanya untuk berbuka. Terkait kekhawatiran Fatimah Zahra yang tidak dapat melihat Husain seperti itu, Aku telah memerintahkan 70 ribu malaikat penjaga matahari untuk menarik matahari lebih cepat ke waktu maghrib pada hari ini supaya rasa lapar, haus, dan panasnya udara tidak menyiksanya.”
Ketika mentari tenggelam dan Bilal mengumandangkan azan maghrib, Nabi saw., Imam Ali a.s., dan Fatimah Zahra a.s. menyiapkan kurma dan air untuk buka Imam Husain a.s.
Imam Husain a.s. menghadap kepada Nabi saw. dan berkata, “Wahai kakek tercintaku! Biasanya seorang anak kecil yang berpuasa untuk pertama kalinya akan diberikan hadiah oleh ayah, ibu, dan orang-orang terdekatnya. Hari ini adalah hari pertamaku berpuasa. Apakah yang akan kakek berikan kepadaku?” (Baca: Makna Azan di Mata Ahlulbait Nabi)
Nabi saw. menjawab, “Wahai puteraku! Allah swt. menjadikanku sebagai pemberi syafaat kepada orang-orang yang berdosa. Pada hari kiamat kelak aku memiliki hak untuk memberikan syafaat. Aku akan berikan kepada para pencintamu dan menuntun mereka dari shirath menuju ke surga.”
Lalu Imam Husain a.s. menghadap kepada Ayahanda dan berkata, “Ayahku sayang! Apa yang akan Ayah hadiahkan kepadaku?”
Imam Ali a.s. menjawab, “Allah swt. menjadikanku sebagai pemberi minum telaga Kautsar. Pada hari kiamat kelak, aku akan memberikan minum kepada orang-orang yang menangis untukmu dari telaga Kautsar.”
Kemudian Imam Husain a.s. menghadap ke arah Bunda Zahra dan berkata, “Wahai Bundaku tercinta! Engkau yang lebih mencintaiku, apa yang Bunda persiapkan untukku?” (Baca: Asyura dan Komitmen Berbangsa)
Fatimah Zahra a.s. berkata, “Wahai cahaya mataku! Pada hari kiamat kelak aku akan berada di sisi tempat hisab amal para hamba. Aku akan memberikan syafaat kepada:
– Setiap orang yang menangisi keterasinganmu,
– Setiap orang yang menziarahimu,
– Seitap orang yang mendirikan majlis-majlis duka untukmu,
– Setiap orang yang memberikan bantuan kepada para penziarahmu.
Aku akan berikan syafaat kepada mereka semua.”
Jibril berkata, “Aku menjadi pelayan Husain a.s.. Terdapat satu bintang di langit yang munculnya hanya sekali dalam 30 ribu tahun. Aku telah menyaksikannya sebanyak 30 ribu kali. Pahala dari ibadah yang aku lakukan selama itu aku persembahkan untuk para pencinta dan orang-orang yang berduka untuk Husain.” (Baca: Komitmen Para Sahabat Imam Husein a.s. di Malam Asyura)
Tiba-tiba satu malaikat datang dan berkata, “Allah swt. berfirman, “Husain, hamba-Ku telah berpuasa untuk keridhaan-Ku. Kalian semua telah memberikan hadiah kepadanya. Hadiah dan anugerah kalian tidak lebih banyak dari-Ku, karena puasa adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan memberikan pahalanya.
Pada hari kiamat kelak, Aku akan memberikan kunci surga kepada Husain. Barangsiapa yang berduka untuk Husain walau seberat sayap nyamuk, Aku akan mengampuninya dan memasukkan surga. Aku akan serahkan surga dengan seluruh bidadari, pelayan, pohon-pohonan, burung-burung, istana-istana kepada Husain.”
Allahumma Shalli Ala Muhammad Wa Ali Muhammad
[*]
Baca: Syafaat Cucunda Nabi Muhammad saw