Saat tiba bulan suci ini Rasulullah saw menyampaikan kabar gembira:
قَدْ أَقْبَلَ إِلَیْکُمْ شَهْرُ اللَّهِ بِالْبَرَکَةِ وَ الرَّحْمَةِ وَ الْمَغْفِرَةِ
“Sungguh telah datang kepada kamu bulan Allah, yang penuh keberkahan, rahmat dan pengampunan dari-Nya.”
Imam Muhammad Baqir menukilkan ucapan Imam Ali as: Jangan katakan, Ramadhan!, tetapi katakanlah Bulan Ramadhan! Sungguh kamu tidak mengetahui, apa itu Ramadhan. (Bihar al-Anwar, j.96, ms.377)
Hakikat bulan Ramadan hanya diketahui oleh para manusia suci dan mereka mampu menerangkannya. Dari mereka lah kita memperoleh pengetahuan ini, dan sesuai kemampuan kita yang sangat terbatas kita bisa menyampaikan tentangnya kepada orang lain.
Makna “ramadhân” secara bahasa ialah daun yang berjatuhan di musim gugur. Di bulan suci ini, dosa-dosa para hamba Allah berguguran bagai daun yang berjatuhan di musim rontok. (Bihar al-Anwar, j.57, ms.341)
Baca: “Doa Imam Zainal Abidin Untuk Hasil Yang Baik“
Adalah bulan musim pengampunan. Seperti halnya pada hari-hari spesial, berlaku di negara-negara, kepala negara memberi grasi bagi para narapidana. Di bulan suci ini Allah memberi maghfirah bagi hamba-hamba-Nya, dengan berbagai macam bentuk seperti pembelengguan syaitan; melipat gandakan pahala atas amal ibadah yang mereka kerjakan.
Di antara jalan meraih pengampunan-Nya ialah dengan menahan lapar dan dahaga. Hikmah dari dua hal ini ialah mengingatkan kita tentang lapar dan haus yang dialami umat manusia kelak di padang mahsyar. Semua ini dalam rangka pembinaan manusia dan untuk mengangkat derajatnya.
Mengenai dua hal itu Imam Ja’far Shadiq as. berkata: “Lapar dan dahaga itu guna melembutkan hati. Hal merasakan lapar dan dahaga, agar seseorang mengingat rasa lapar dan haus pada hari kiamat nanti.”
Baca: “Kisah-kisah Imam Ali Zainal Abidin a.s.: Roti Kering Dan Mutiara“
Manusia harus dibina agar tidak lalai dari mengingat Allah, yang lalai terkait hal ini menyebabkan kesalahan dan dosa. Berpuasa dengan persyaratan syar’inya- di bulan Ramadan adalah salah satu bentuk pembinaan yang sangat efektif- yang membantu manusia untuk mengingat Allah. Apabila ia mengingat Allah dan bersandar diri kepada-Nya, hal ini membantu dirinya terhindar dari kelalaian dan menjauhi perbuatan dosa.
Kisah Seorang Abid yang Terperdaya
Pembicaraan tentang bulan Ramadan berujung pada bertakwa kepada Allah sebagai kesimpulannya. Karena itu dikatakan, bulan suci ini adalah bulan ketakwaan, untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Di antara semua bulan, tiga di antaranya yang disebut -dalam riwayat-riwayat- sebagai bulan-bulan yang agung; bulan Ramadan, Syakban dan Rajab. Bulan Ramadan dinisbatkan kepada Allah swt, Syakban dinisbatkan kepada Rasulullah saw dan Rajab dinisbatkan kepada Amirul Mukminin Ali as.
Baca: “Mana Yang Lebih Baik, Berbicara Atau Diam?“
Terlontar sebuah soal, mengapa bulan Rajab dan Syakban mendahului bulan Ramadan? Jawabannya ialah bahwa Rasulullah saw bersabda: انا مدینه العلم و علی بابها; “Aku kota ilmu dan Ali pintunya.” Yakni, melalui pintu wilayah Ali lah untuk bisa masuk ke kota kenabian Muhammad saw. Lalu dari kota kenabian menuju rumah ketauhidan. Jadi, bulan Rajab dan Syakban harus menjadi mukadimah bagi setiap hamba untuk memperoleh manfaat yang melimpah di bulan Ramadan.
Syaikh Fasyarki dalam kitabnya Inwanul Kalam menukil sebuah kisah dari kitab Khulasatul Akbar:
Pada zaman dahulu, ada orang-orang menyembah satu pohon. Seorang âbid (ahli ibadah) berniat akan menebang pohon itu. Saat dia hendak menebangnya, muncul lah setan dan berkata kepadanya: “Jangan tebang pohon ini! Jika kau mau harta, aku memberimu dua dirham setiap bulan”
Si abid menolak, dan setan terus menghalanginya. Keduanya lalu bertarung, dan setan kalah olehnya. Saat setan berada di bawah kakinya, berkata kepadanya, Aku akan memberimu dua dinar setiap bulan, jika kau tidak menebang pokok itu!
Baca: “Cinta Kepada Allah (2)“
Si abid tergoda dengan rayuannya itu. Maka ia menerima bayaran dua dinar yang dijanjikan setan setiap bulannya. Namun kemudian, ketika si abid tidak menerima lagi bulanan darinya, ia bangkit lagi untuk menebang pohon itu. Setan pun muncul menghalanginya, dan terjadilah pertarungan lagi antara keduanya.
Kali ini setan mengalahkannya. Dengan angkuhnya ia berkata kepada si abid; “Waktu pertamakali kau ingin menebang pohon itu, aku terhempas karena niatmu menyelamatkan orang-orang dari menyembah pohon. Tetapi kali ini kau yang terhempas karena niatmu ingin memperoleh dinar yang tak kau dapatkan lagi. Tidak lagi mendapatkan dinar dan niat mu karena dinar.”
Kisah tersebut mengisyaratkan pada sebuah hakikat. Orang-orang yang berjuang di jalan Allah, niscaya Allah akan membantunya. Di dalam Alquran, Surah al-Hajj ayat 38, Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يُدَافِعُ عَنِ الَّذِينَ آمَنُوا
“Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang beriman..”
Referensi:
Zheyafate Ilahi (Penerjemah: Ustadz Sayed Hasan Alatas)
Baca: “Doa Imam Zainal Abidin Untuk Menghilangkan Kecemasan“