Almarhum Syeikh Behjat: Perselisihan Terjadi dari “Hasbuna Kitaballâh”
Manusia di dunia ini harus berusaha menjadikan semua geraknya; perbuatan dan perkataannya sesuai jalan yang lurus. Jangan menyimpang dari ini. Berada di atas jalan yang lurus, artinya menjadikan Rasulullah saw dan washinya sebagai pemimpin kita untuk kita ikuti keduanya.
Shirat mustaqim (jalan yang lurus) adalah dua jalan yang musti dilewati; di dunia dan di akhirat. Jika hari ini kita berjalan dengan benar di atas jalan itu di dunia, maka esok kita akan bisa melintasi jalan akhirat (dengan selamat) di atas neraka.
Kalimat kitabullah wa Itrati (Alquran dan keluargaku; keluarga suci Nabi saw) yang disebut dalam hadis ats-Tsaqalain, adalah kalimat yang sama dengan kitabullah wa sunnati (Alquran dan Sunnahku). Karena Sunnah Hakiki Nabi ada pada Itrah beliau saw. Oleh karena itu, hendaklah kita:
1-Memandang Itrah sebagai perantara karunia yang melimpah di antara semua karunia; kita berperantarakan mereka.
2-Mengamalkan apa yang kita ketahui, baik pengetahuan (ilmu syariat) kita peroleh melalui ijtihad ataupun taqlid.
Jika tidak demikian, kita pasti akan menyesal. Kita pun akan menyesal apabila berbuat apa yang tidak kita ketahui. Kita musti hati-hati dan tidak bertindak di posisi ragu dan dalam syubhat, sampai kita bertanya kepada ahlinya, dan bertindak hati-hati tidak akan membawa rasa penyesalan.
Alquran dan Itrah tak Mungkin Terpisah
Almarhum Syaikh Abdulkarim Haeri pernah mengatakan:
لقد ترك العامة العترة جانبا بينما ترك الخاصة القران; “(Sebagian) Ahlussunnah meninggalkan ‘itrah dan (sebagian) Syiah meninggalkan Alquran.” Artinya bahwa kedua kelompok ini meninggalkan Alquran dan ‘Itrah sekaligus. Sebab, Alquran dan ‘Itrah adalah saling menyertai.
Jika seseorang mengabaikan yang satu maka telah mengabaikan yang lain. Karena keduanya adalah satu (yang ini adalah yang itu, dan sebaliknya) dan menyatu. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
إني تارك فيكم الثقلين احدهما اكبر من الاخر, كتاب الله حبل ممدود من السماء الى الارض, وعترتي اهل بيتي, وانهما لن يفترقا حتى يرد علي الحوض
“Aku tinggalkan kepada kalian dua pusaka; yang satu lebih besar dari yang lain, yaitu: Kitabullah tali yang menyambung dari langit ke bumi, dan Itrahku keluargaku. Keduanya tidak akan terpisah sampai keduanya datang kepadaku di al-Haudh, telaga surga. (Terdapat di dalam Musnad Ahmad; Majma az-Zawaid, al-Khashaish/an-Nasa`i; al-Mujam ash-Shaghir/Thabarani dan lainnya).
Sesungguhnya hadis (yang menyerukan) berpegangan kepada ats-Tsaqalain, (melaksanakannya) adalah faktor persatuan muslimin dan mengangkat perselisihan di antara mereka. Hal ini didapati apabila kita perhatikan di belakang hadis itu, kalimat lanjutannya yang mengatakan: فإني سألت الله في ذلك فاستجاب لي; “Sesungguhnya aku memohon kepada Allah akan hal itu, lalu Dia mengabulkan permohonanku.”
Oleh karena itu, semua perselisihan yang terjadi di antara muslimin adalah karena belum sampai hal berpegang yang sungguh-sungguh pada ast-Tsaqalain. Sesungguhnya dasar perselisihan itu adalah pernyataan hasbunâ kitaballâh” (Cukuplah bagi kami Alquran saja). Jika perkataan ini terlontar dikatakan dusta, itu karena sebagian ayat Alquran berkaitan dengan Itrah serta (kewajiban) mencintai dan mengikuti mereka. Jauh-jauhlah kita dari menghapus atau menutupi ayat-ayatnya itu agar tak terlihat!.
Selain hadis ats-Tsaqalain yang mutawatir di kalangan Ahlussunnah dan Syiah, terdapat upaya yang menekankan hadis yang berlafaz “Sunnati (Sunnahku), sebagai ganti hadis yang berlafaz “Itrati (Itrahku). Andaipun hadis “Sunnati” yang dipakai dan berpaling dari hadis Itrati”, apakah Anda mengamalkan Sunnah wahai ahlul qiyas? Sekiranya ya, dan berpegangan kepada Alquran dan Sunnah, pastilah lenyap perselisihan di antara kalian sendiri. Lantas, mengapa masih ada perselisihan?
Sebuah hadis yang dinukil Ahlussunnah, bahwa Rasulullah saw bersabda: Umatku akan terpecah menjadi tujuhpuluh tiga kelompok, semuanya di dalam neraka kecuali satu (dari mereka)..
Kelompok yang manakah yang selamat itu?, tanya mereka.
Beliau menjawab, Ialah yang sebagaimana aku dan para sahabatku hari ini.
Dengan demikian maka takkan ada setelah itu perselisihan di antara para tokoh untuk selamanya. Akan tetapi, masalahnya apakah benar-benar seperti itu? Lalu mereka yang menyulutkan perang Shiffin, peperangan yang terjadi antara dua kelompok di sana, apakah mereka itu dari bangsa jin? Tentu bukan!
Oleh karena itu, berpaling dari Itrah tidaklah memiliki Quran Hakiki, melainkan hanya memiliki gambar Alquran saja. Lalu orang-orang kafir dapat mengambilnya (kitab ini) dengan mudah dari tangan kita. Mereka pun telah menulisnya dan bekerjasama untuk merampasnya dari tangan muslimin.
Apa yang orang-orang kafir lakukan itu, mereka ingin menghapus ayat-ayat yang berkenaan dengan pelaknatan kepada Yahudi dan Nasrani, seperti QS: al-Maidah 64: وَ لُعِنُوا بِما قالُوا; “dan merekalah yang dilaknat disebabkan ucapan mereka itu.” Atau untuk membuat quran selain berbahasa Arab, dan hanya terjemahan Alquran, sedangkan terjemahan bukanlah Alquran.
Referensi:
Fi Madrasati asy-Syaikh Behjat