Bulan Syakban adalah momen penuh berkah yang telah dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk diisi dengan doa-doa khusus. Salah satu doa yang disarankan untuk dibaca setiap hari di bulan ini adalah doa yang diajarkan oleh Amirul Mukminin Ali as, sebagaimana disebutkan dalam riwayat Ibn Khaluwih. Doa ini bukan sekadar bacaan rutin, tetapi merupakan sarana spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mempersiapkan diri menghadapi bulan Ramadhan dengan kesadaran penuh.
Dalam berbagai riwayat, para ulama dan pecinta Ahlul Bait senantiasa membaca doa ini dengan tujuan khusus. Mereka melantunkannya dengan penuh kekhusyukan, sehingga memperoleh kedudukan mulia di sisi Allah SWT. Doa ini sejatinya menjadi pendorong bagi umat Islam untuk bangkit dan mempersiapkan diri menghadapi bulan Ramadhan yang penuh berkah.
Makna dan Tujuan Doa Syakban
Doa Syakban memiliki inti yang mendalam, yakni sebagai persiapan agar dapat meraih manfaat besar dari ibadah puasa. Para ulama Ahlul Bait. telah menjelaskan berbagai aspek terkait doa ini, termasuk metode berdoa, hukum-hukum yang berlaku, serta nilai-nilai keimanan yang terkandung di dalamnya. Dengan memahami doa ini, seseorang dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memperdalam kesadaran spiritualnya.
Namun, amat disayangkan jika doa ini hanya dibaca tanpa memahami maknanya. Oleh karena itu, marilah kita renungkan salah satu petikan dari doa Syakban berikut:
“Tuhanku, karuniakanlah kepadaku kesempurnaan dalam memutuskan hubungan dengan selain Engkau, dan pancarkanlah cahaya penglihatan hati kami yang mengarah kepada-Mu, sehingga penglihatan kami dapat mencapai perbendaharaan yang agung. Kembalikanlah ruh-ruh kami yang bergantung kepada kebesaran dan kesucian-Mu.”
Doa ini mengajarkan bahwa seorang mukmin yang sadar harus menyambut bulan Ramadhan dengan menjauhkan diri dari ketergantungan duniawi. Upaya ini menuntut latihan ruhani dan istiqamah dalam meninggalkan segala sesuatu yang menghalangi hubungan dengan Allah SWT. Tanpa usaha sungguh-sungguh, mustahil bagi seseorang untuk benar-benar mencapai ketakwaan yang murni.
Seorang mukmin harus memahami bahwa dunia hanyalah sarana, bukan tujuan akhir. Oleh karena itu, seseorang perlu melatih dirinya untuk tidak terlalu terikat dengan kenikmatan duniawi yang bersifat sementara. Hanya dengan cara ini seseorang dapat mempersiapkan jiwanya untuk menyambut bulan Ramadhan dengan penuh kesadaran spiritual.
Doa Syakban: Menyingkap Tabir Kegelapan
Kecenderungan hati kepada selain Allah akan menciptakan tabir yang menghalangi cahaya hidayah. Ketamakan terhadap dunia sering kali melalaikan manusia dari akhirat, menjerumuskan mereka ke dalam kegelapan. Namun, jika dunia digunakan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah, ia akan menjadi jalan menuju cahaya hidayah.
Doa Syakban mengajarkan kita untuk membersihkan diri dari segala bentuk ketergantungan selain kepada Allah SWT. Dengan demikian, hati akan memperoleh cahaya petunjuk yang mampu menyingkap kebenaran. Mata hati yang telah diterangi hidayah akan mampu membakar tabir yang menutupi realitas spiritual, sehingga seseorang dapat mencapai perbendaharaan Ilahi yang agung.
Sebaliknya, mereka yang membiarkan hatinya tertutup oleh kegelapan duniawi akan semakin jauh dari Allah. Mereka hanya melihat kehidupan dunia tanpa menyadari hakikat yang lebih tinggi. Allah SWT berfirman:
“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).” (QS. At-Tin, 95:5)
Padahal, manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin, 95:4)
Namun, mereka yang mengikuti hawa nafsu dan mengutamakan dunia akan terjerumus ke dalam kejahilan, tanpa pernah merenungkan hakikat penciptaan. Allah SWT menggambarkan keadaan ini:
“Dia cenderung kepada dunia dan menurunkan hawa nafsunya yang rendah…” (QS. Al-A’raf, 7:176)
Hati yang dikuasai oleh dosa dan kecintaan dunia akan sulit menerima hidayah. Akal dan mata mereka tertutup dari kebenaran, membuat mereka semakin jauh dari Allah. Dalam kondisi ini, seseorang bahkan bisa sampai menolak eksistensi para wali Allah, shirat, hari kiamat, dan bahkan menganggap surga serta neraka sebagai sekadar mitos.
Jika manusia terus menutup hatinya dari cahaya hidayah, maka ia akan semakin terjerumus ke dalam kegelapan. Kehidupannya hanya berkutat pada kesenangan duniawi yang semu dan fana. Ia akan menjadi tawanan hawa nafsunya sendiri, kehilangan arah, dan tidak mampu memahami tujuan penciptaannya.
Kesimpulan
Doa Syakban bukan sekadar rangkaian kata, tetapi merupakan bimbingan spiritual yang mendalam. Ia mengajarkan kita untuk membersihkan hati, memutuskan ketergantungan pada dunia, dan membuka diri terhadap cahaya hidayah. Dengan mempersiapkan diri sejak bulan Syakban, seorang mukmin akan lebih siap menyambut keagungan bulan Ramadhan dan memperoleh rahmat Allah SWT yang melimpah.
Persiapan menyambut bulan Ramadhan bukan hanya dengan menahan lapar dan haus, tetapi juga dengan memperkuat hubungan spiritual dengan Allah. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan kualitas doa, menghayati makna setiap ibadah, serta menjadikan bulan Ramadhan sebagai momentum penyucian diri. Doa Syakban hadir sebagai sarana untuk menata hati dan meneguhkan tekad agar setiap ibadah yang dilakukan benar-benar menjadi jalan menuju ridha Allah SWT. Dengan demikian, seorang mukmin akan lebih siap menjalani bulan Ramadhan dengan penuh kesadaran, keimanan, dan ketakwaan yang tinggi.
Sumber: Pesan Sang Imam – Sayyid Ruhullah Khomeini