Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Dewan Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Hari Arafah: Ketika Langit Terbuka untuk Para Pencari Ampunan

Setiap tanggal 9 Dzulhijjah, umat Islam diundang menuju puncak spiritualitas: Hari Arafah. Ini bukan sekadar hari dalam kalender Islam, melainkan salah satu momentum paling agung bagi jiwa untuk kembali kepada Tuhan. Arafah adalah hari doa, hari taubat, dan hari kedekatan dengan Allah. Di tengah sepuluh hari pertama Dzulhijjah yang dimuliakan dalam Al-Qur’an, Hari Arafah berdiri sebagai mahkota dari hari-hari itu.

Hari Doa dan Taubat

Ayatullah Sayyid Ali Khamenei mengingatkan kita untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan besar ini. Dalam salah satu pesannya, beliau menegaskan, “Hari Arafah adalah hari untuk berdoa, bertobat, dan mempersembahkan diri sepenuhnya kepada Allah.” Lebih dari sekadar ritual, Arafah adalah waktu di mana langit seolah terbuka, dan hati manusia dapat bersimpuh langsung di hadapan Sang Pencipta.

Salah satu warisan paling berharga dari Ahlulbait a.s. pada hari ini adalah Doa Arafah Imam Husain a.s. Sebuah doa panjang yang bukan hanya berisi permohonan, tetapi juga luapan cinta, kerinduan, dan pengakuan yang mendalam. Doa ini menjadi cerminan semangat cinta dan kerinduan yang seharusnya hidup di hati para pengikut Rasulullah saw dan keluarganya di hari-hari mulia seperti ini. Ayatullah Khamenei menyatakan, “Doa Arafah Imam Husain penuh dengan semangat dan gairah cinta kepada Allah.”

Permintaan yang Tak Tercetus oleh Akal

Kita sering kali tidak tahu apa yang patut diminta dari Allah. Pikiran kita terbatas, dan hati kita kerap tertutup oleh urusan dunia. Namun doa-doa yang diajarkan oleh para Imam Ma’shum a.s.—seperti Doa Abu Hamzah ats-Tsumali, Doa Iftitah, dan Doa Arafah—memberi kita tuntunan. Di dalamnya terkandung permohonan-permohonan yang sangat tinggi nilainya, yang bahkan tidak pernah terlintas dalam benak kita.

“Permintaan terbaik yang bisa diajukan kepada Allah terdapat dalam doa-doa ma’tsur,” ujar Ayatullah Khamenei. Doa-doa ini tak hanya menyampaikan keperluan lahiriah, tetapi juga membuka ruang bagi manusia untuk meminta kedekatan, ampunan, dan pencerahan ruhani.

Lebih dari itu, doa-doa tersebut menyentuh hati dengan cara yang tak biasa. Kata-katanya penuh kelembutan, nadanya merendahkan jiwa, dan susunan kalimatnya membuat hati luluh. “Cinta, gairah, dan kerinduan mengalir dalam doa-doa ini melalui bahasa yang fasih dan menyentuh,” lanjut beliau. Itulah mengapa membaca Doa Arafah bukan sekadar kegiatan, tetapi pengalaman ruhani yang dapat mengubah hati manusia.

Ajaran Ilahi dalam Wujud Doa

Ayatullah Khamenei juga menyoroti keistimewaan lain dari doa-doa ma’tsur: di dalamnya terkandung pelajaran mendalam yang tidak ditemukan di tempat lain. Beberapa ajaran spiritual paling halus dan tinggi dari Islam hanya dapat disampaikan melalui doa. Kitab Sahifah Sajjadiyah adalah contoh terbaik dari hal ini. Ia bukan sekadar kumpulan doa, tetapi ensiklopedia ma’rifat dan akhlak yang tersusun dalam bentuk munajat kepada Allah.

“Sebagian ajaran penting dalam Islam hanya dapat disampaikan melalui doa, karena sifatnya memang tidak bisa dijelaskan dalam bentuk lain,” jelas beliau. Inilah yang juga terlihat dalam Doa Arafah Imam Husain, Doa Arafah Imam Sajjad, dan doa-doa lainnya. Dalam doa-doa ini, terdapat pengakuan mendalam tentang kehambaan, kebergantungan total kepada Allah, serta tauhid yang tidak hanya dibahas, tetapi dirasakan dan dihayati.

Karena itulah, ajaran-ajaran semacam ini sulit ditemukan dalam hadis atau pidato seperti yang terdapat di Nahjul Balaghah. Hanya melalui bahasa doa—dengan keheningan, ketulusan, dan suasana batin yang khusus—ajaran itu dapat meresap dalam jiwa manusia.

Saat untuk Pulang dan Memulai Kembali

Hari Arafah bukan milik orang-orang yang berada di tanah suci saja. Ia juga milik setiap jiwa yang ingin kembali kepada Tuhan. Tak ada yang terlalu berdosa untuk memohon ampunan-Nya. Tak ada yang terlalu jauh untuk kembali pulang. Selama tangan masih bisa diangkat dan hati masih bisa menangis, pintu rahmat masih terbuka.

Rasulullah saw bersabda, “Tiada hari di mana Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari neraka selain Hari Arafah.” Maka, jangan abaikan. Gunakan kesempatan ini untuk berdiri di hadapan-Nya, membawa seluruh luka, dosa, dan harapan kita.

Jika tak mampu membaca seluruh doa Arafah, bacalah sebagian dengan khusyuk. Jika tak memahami seluruh maknanya, cukup hayati untaian katanya. Ketulusan lebih utama dari kefasihan. Keikhlasan lebih bernilai dari panjangnya doa.

Arafah Adalah Kesempatan Emas

Ayatullah Khamenei berpesan, “Hargailah hari-hari ini. Kesempatan ini adalah milik kalian.” Tidak semua orang diberi usia untuk bertemu kembali dengan Hari Arafah. Maka jika tahun ini kita masih diberi napas, itu berarti Allah masih memberi kita peluang untuk berubah, untuk memperbaiki diri, dan untuk kembali kepada-Nya dengan hati yang bersih.

Hari Arafah adalah undangan terbuka dari Allah. Ia menunggu kita, bukan dengan murka, tetapi dengan cinta. Ia bukan hari perhitungan, tetapi hari pelukan. Pelukan Tuhan untuk para hamba yang bersedia kembali.


Disarikan dari berbagai nasihat Ayatullah al-‘Uzhma Sayyid Ali Khamenei tentang Hari Arafah di website Khamenei.ir

Share Post
No comments

LEAVE A COMMENT