Tanggal 15 bulan Ramadhan merupakan hari bahagia bagi para pencinta keluarga Nabi Muhammad saw. Mereka semua berbahagia karena Nabi Muhammad saw. pada hari ini berbahagia menyambut kelahiran cucunda tercintanya yang diberi nama “Hasan”.
Rasulullah saw. sangat mencintai cucundanya ini. Abu Hurairah berkata, “Aku tidak pernah melihat Hasan bin Ali kecuali air mataku bercucuran. Ini karena aku melihat Rasulullah saw. memasukkan mulut beliau ke mulutnya, kemudian bersabda, “Ya Allah aku mencintainya, maka cintailah ia dan cintailah orang yang mencintainya.” Beliau mengulangi hal itu sebanyak 3 kali.”
Kita yang mengaku sebagai pencinta Nabi Muhammad saw. sudah sepatutnya mencintai Hasan putera Fatimah binti Muhammad.
Nah… untuk mengenal kepribadian Imam Hasan Mujtaba a.s. yuk kita simak kisah di bawah ini supaya kecintaan kita kepada beliau semakin bertambah dan bisa meneladani akhlak mulia beliau:
Dikisahkan bahwasanya di antara kebiasaan Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib a.s. di Madinah adalah membuka lebar pintu rumahnya layaknya dapur umum bagi siapa saja yang ingin singgah. Layaknya dapur umum, pagi, siang, dan malam, rumah itu menghidangkan makanan untuk semua orang yang datang.
Di zaman itu di Madinah belum ada tempat penginapan atau hotel. Tiap hari, Imam Hasan a.s. menyembelih unta untuk dihidangkan kepada para peziarah Madinah atau orang-orang miskin pada umumnya.
Suatu hari, ada orang Arab Badui (Arab pedesaan) yang datang dan makan di rumah beliau. Setelah menyelesaikan makannya, ia tidak langsung beranjak pulang, melainkan duduk dan membungkus beberapa makanan lalu dimasukkan ke dalam tasnya.
Melihat keanehan itu, Imam Hasan a.s. datang menyapa, “Kenapa engkau harus membungkusnya? Lebih baik engkau datang makan tiap pagi, siang, dan malam ke sini supaya makananmu lebih segar.”
“Oh, ini bukan untukku pribadi, tapi aku mengambilnya untuk aku berikan kepada orang tua yang kutemui di pinggir kota tadi. Orang itu duduk di pinggir kebun kurma dengan wajah lesuh dan memakan roti keras. Dia hanya membasahi roti itu dengan sedikit air bergaram dan memakannya. Aku membungkus makanan ini untuknya, biar dia senang.”
Mendengar itu, Imam Hasan a.s. kemudian menangis tersedu-sedu.
Badui itu heran dan bertanya, “Kenapa Tuan menangis? Bukankah tidak ada salahnya jika aku kasihan dengan lelaki miskin yang aku lihat di pinggiran kota itu?”
Sembari tersedu, Imam Hasan a.s. menjawab, “Ketahuilah, saudaraku! Lelaki miskin yang engkau jumpai itu, yang makan roti keras dengan sedikit air bergaram itu, dia adalah ayahku, Ali bin Abi Thalib a.s. Kerja kerasnya di ladang kurma itulah yang membuatku bisa menjamu semua orang setiap hari di rumah ini.”
“Ditekankan atas hamba untuk bersikap dermawan
Terbaca dalam Alquran yang jelas
Para hamba dermawan dijanjikan surga-Nya
Dan para hamba yang bakhil dijanjikan neraka-Nya
Barang siapa yang tidak mengulurkan tangannya kepada yang meminta
Maka ia bukan seorang muslim.”
(Mutiara hikmah Imam Hasan Mujtaba a.s.)