Tak dapat disangkal bahwa keutamaan-keutamaan yang dimiliki oleh para Imam dua belas as, termasuk Imam Jawad as, sungguhlah tak terhitung banyaknya. Allah Swt dengan sepenuh hak-Nya memilih mereka sebagai pemegang tanggung jawab imamah dan kepemimpinan bagi umat Islam. Pemilihan ini membuka tabir keistimewaan mereka yang memancarkan kesempurnaan dan keutamaan yang luar biasa. Hanya merekalah yang memiliki keistimewaan ini, yang membedakan mereka dari manusia lainnya. Karena itu, Allah menjadikan mereka sebagai hujah yang kuat atas keberadaan-Nya di antara seluruh ciptaan dan sebagai pembawa wahyu yang dapat dipercaya.
Sayangnya, sangat disayangkan bahwa informasi mengenai keagungan masing-masing Imam tersebut sangatlah minim yang sampai kepada kita. Hal ini disebabkan oleh situasi sulit yang dihadapi oleh Ahlulbait as dan para pengikut setia mereka dalam upaya menyampaikan warisan Islam. Teror pemikiran dan tindakan pembunuhan yang dilakukan oleh penguasa zalim yang anti-Ahlulbait as menjadi faktor utama dalam hilangnya warisan agung tersebut.
Pada bagian ini, kami akan menyampaikan sebagian riwayat tentang kehidupan Imam Jawad, manaqib, dan akhlaknya yang mulia:
Berbicara di Saat Bayi
1. Imam Jawad as mengucapkan dua kalimat syahadat saat lahir. Pada usia tiga hari, beliau sudah memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi Saw serta para Imam as. Hakimah, putri Musa bin Jakfar al-Kazhim, menceritakan, “Ketika ibu Imam Jawad as hamil, aku menulis surat kepada Imam Ridha as memberitahu bahwa ‘Sabikah telah mengandung.’ Imam Ridha as merespons suratku dengan menyebutkan, ‘Ia mulai hamil pada jam sekian, sejak hari tertentu, dan pada bulan tertentu. Jika ia melahirkan, temanilah ia selama tujuh hari.’
Ketika Sabikah melahirkan Jawad, bayi itu mengucapkan: ‘Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.’ Saat mencapai usia tiga hari, ia bersin dan membaca: ‘Segala puji bagi Allah. Shalawat kepada Muhammad dan para Imam yang lurus.'” [Mustadrak ‘Awalim al-‘Ulum 23/151-152]
2. Saat ibu Imam Jawad melahirkan, Imam Ridha memanggil Hakimah untuk menjadi bidan. Meskipun lentera padam, mereka melaksanakan perintah Ridha. Bayi Abu Jakfar lahir dengan cahaya memancar dari tubuhnya. Hakimah mengambil dan menempatkannya di tempat tidur. Pada hari ketiga, bayi itu mengucapkan dua kalimat syahadat. Hakimah memberi tahu Imam Ridha tentang keajaiban yang terjadi. Imam berkata, “Keajaiban-keajaiban yang dimilikinya lebih banyak daripada yang kalian lihat.” [Mustadrak ‘Awalim al-‘Ulm 23/151-152]
Dikaruniai Hikmah Sewaktu Kecil
1. Imam Jawad as menjadi khalifah Allah dan imam sejak masih kanak-kanak, sesuai kehendak Allah. Seperti Nabi Isa as dan Sulaiman as, usianya yang muda menimbulkan pertanyaan. Imam Jawad menjelaskan bahwa kebijaksanaan Allah telah ditunjukkan pada Daud as dan Sulaiman as. Allah mewahyukan kepada Daud as untuk mengangkat Sulaiman sebagai khalifah penggantinya, meskipun Sulaiman masih belia. Dengan mengambil tongkat mutakallimin dan tongkat Sulaiman, mereka diberi tanda. Jika tongkat tumbuh berdaun dan berbuah, orang itu akan menjadi khalifah. Daud as memberitahu mereka, dan mereka bersedia dan patuh. [Ushul al-Kafi 1/314]
2. Seorang perawi berkata kepada Abu Jakfar As, “Tuanku! Orang-orang mengingkari Anda karena usia Anda yang masih belia.” Beliau menjawab, “Mereka tidak mengingkari firman Allah karena Allah telah berfirman kepada Nabi-Nya saw: ‘Katakanlah, “Ini adalah jalan (agama)-ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata.'” [QS. Yusuf: 108]
Ilmu Imam
Seorang imam harus memiliki ilmu dan makrifat yang luas. Ia paling alim pada masanya dan paling memahami urusan syariat selain menguasai politik, manajemen, dan lain-lain yang diperlukan umat manusia. Imam Jawad as telah membuktikan bahwa dirinya menguasai semua itu pada usia yang masih belia. Banyak ulama dan fukaha bertanya kepadanya tentang masalah-masalah syariat dan ilmiah. Semua itu dijawab Imam secara paripurna dan akurat. Kehebatan tersebut membuat ulama dan fukaha semakin memperhatikan Imam dan banyak di antaranya yang kemudian mengakui kebenaran imamahnya. [Hayatu al-Imam Jawad, hal. 66]
Berbicara soal ilmu Imam Jawad as, kami perlu menyampaikan terlebih dahulu sumber-sumber ilmu rabbaninya yang hanya dimiliki Ahlulbait as:
1. Mas’udi meriwayatkan dari Abdurrahman bin Muhammad bin Kultsum bin ‘Imran, yang mengatakan, “Aku berkata kepada Imam Ridha as, ‘Anda mencintai anak-anak. Berdoalah kepada Allah semoga Dia mengaruniakan Anda seorang anak.’ Beliau berkata, ‘Sesungguhnya aku akan dikaruniai seorang anak yang akan mewarisiku.’
Ketika Jawad lahir, sepanjang malam Imam Ridha berbicara lemah-lembut dengannya di tempat tidur. Setelah beberapa malam, aku berkata, ‘Tuanku! Telah lahir anak-anak Adam sebelumnya. Apakah yang Anda lakukan ini adalah membacakan mantra untuknya?’ Beliau dengan tegas berkata, ‘Celaka kamu! Ini bukan mantra tetapi mengajarinya ilmu.'” [Isbat al-Washiyah, hal. 210]
Kutipan ini menunjukkan bahwa Imam Jawad As memiliki kebijaksanaan dan ilmu sejak usia dini.
2. Diriwayatkan dari Imam Abudafar ats Tsani Muhammad Jawad as, “Abu Jakfar Baqir as berkata, ‘Para washi adalah yang diajak bicara oleh Ruh Qudus,’ sementara mereka masih di rahim ibu mereka.” [31/2]
3. Imam Jawad dihadirkan ke masjid Rasulullah Saw setelah ayahnya syahid, pada saat Jawad masih kanak-kanak. Dengan langkah yakin, ia naik ke mimbar, lalu berbicara, “Aku adalah Muhammad bin Ali Ridha, dikenal sebagai Jawad. Aku mengetahui nasab-nasab manusia hingga ke sulbi-sulbi. Aku memiliki pemahaman yang mendalam terhadap rahasia-rahasia dan hal-hal yang tidak terlihat oleh kalian, yang tidak dapat kalian capai. Ilmu yang kami terima sudah dimiliki sebelum Allah menciptakan seluruh makhluk, bahkan setelah langit dan bumi lenyap. Seandainya tidak ada ahli kebatilan yang muncul, ahli kesesatan yang memerintah, dan ahli keraguan yang bertingkah, niscaya aku akan mengungkapkan perkataan yang akan mengherankan generasi terdahulu dan generasi akhir zaman.” [Mustadrak ‘Alim al-‘Ulum, 23/159]
*Disarikan dari buku Biografi Imam Jawad as – Tim al-Huda