Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Swt memandang ke arah bumi dengan sekali pandang, lalu Dia memilihku di antara penduduk bumi dan menjadikanku sebagai nabi. Kemudian Dia memandang untuk kedua kalinya lalu memilih Ali dan menjadikannya sebagai imam. Kemudian Dia memerintahkanku untuk menjadikannya sebagai saudara, washi, khalifah, dan wazir. Maka Ali bagian dariku dan aku bagian darinya. Dia adalah suami putriku dan ayah kedua cucuku, Hasan dan Husain.
Ketahuilah, sesungguhnya Allah Swt telah menjadikan aku dan mereka sebagai hujjah-Nya bagi hamba-hamba-Nya. Dan Allah Swt menjadikan dari tulang sulbi Husain para imam yang akan melaksanakan urusanku dan menjaga wasiatku. Yang kesembilan dari mereka adalah al-Qaim Ahlulbait dan al-Mahdi umat ini. Dia manusia yang paling mirip denganku dalam watak, ucapan, dan perbuatan. Dia akan muncul setelah kegaiban yang panjang dan kebingungan yang menyesatkan. Kemudian ia meninggikan urusan Allah dan memenangkan agama Allah, dan ia dibantu dengan pertolongan dari Allah dan para malaikatNya, lalu ia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana telah dipenuhi dengan kezaliman.” (Syaikh ash-Shaduq, Ikmal ad-Din, hal. 149)
Hadis-hadis Nabi Saw telah menguatkan kelanggengan risalah Islam dan keunggulannya atas risalahrisalah lainnya. Hal ini tidak akan terlaksana melainkan dengan kehadiran dua belas khalifah sebagaimana jumlah para pemuka Bani Israil. Mereka semua dari bangsa Quraisy. Hadis-hadis Nabi Saw tersebut menekankan bahwa imamah ada pada Ahlulbaitnya. Mereka adalah bahtera Nuh dan pintu persinggahan. Mereka adalah penyelamat umat dari kehanyutan dan kesesatan.
Baca: Bagaimana Kebangkitan Imam Mahdi Akan Terjadi?
Usaha-usaha pemisahan politis bagi Ahlul Bait dari posisi yang menjadi hak mereka, menuai hasil. Rezim punya kebijakan melarang penulisan hadis agar tidak beredar hadis-hadis Nabi Saw tentang Ahlulbait a.s. dan posisi mereka yang fundamental setelah Rasulullah Saw. Lebih jauh lagi ialah upaya-upaya pencegahan kepemimpinan dalam agama dan pemikiran dari mereka.
Namun kelayakan, keistimewaan, dan perlawanan Ahlulbait terhadap perampas dan penjarah kekuasaan, setelah ujian yang panjang menghadapi semua upaya pemisahan politis dan penurunan kepemimpinan dalam agama, yang telah dinashkan dalam Alquran melalui Rasulullah Saw, akhirnya otoritas mereka dalam pemikiran dan agama kembali pada lahan Islam.
Kepemimpinan prematur bagi dua Imam, Muhammad Jawad a.s. dan Ali Hadi a.s. merupakan bukti nyata, pasti dan kuat atas kelayakan Ahlulbait a.s. dalam keilmuan untuk memimpin umat menuju pelabuhan keselamatan. Sebagaimana yang dikabarkan oleh Alquran dan dikukuhkan hadis-hadis Nabi Saw, ketika menjelaskan bahwa Imam Mahdi a.s. adalah dari Ahlulbait keluarga Rasulullah Saw dan dia akan memenuhi bumi dengan keadilan setelah dipenuhi dengan kezaliman.
Semua upaya Umawiyin dan Abbasiyin dalam menjatuhkan para imam Ahlulbait a.s. gagal. Bahkan tabir kepribadian mereka yang bercahaya telah tersingkap. Hal ini mendorong Makmun Abbasi untuk mengubah politik para pendahulunya, dengan mengawasi Ahlulbait dari dekat dan menampakkan (pura-pura) hormat. Padahal dia menyimpan kedengkian yang terselubung kepada mereka. Kemudian politiknya ini diikuti oleh generasi berikutnya seperti Mu’tasham, Mutawakkil, sampai Mu’tamad.
Politik berupa penghormatan kepada Imam Askari di luarnya, pengawasan ketat terhadap diri dan aktivitas-aktivitas beliau, penahanan di pusat kekhilafahan, pelarangan bepergian jauh dan membuntuti para pengikut beliau, punya indikasi yang dalam yang diekspresikan oleh Makmun, Mutawakkil dan lainnya. Mutawakkil pernah mengatakan: “Celaka kalian! Urusan Ibn Ridha sangat melelahkanku.” Ucapan ini terungkap ketika gagal semua upaya menjatuhkan Imam Hadi a.s. Usaha-usaha Makmun berlalu dengan sia-sia ketika ia tidak mampu membelenggu kepribadian Imam yang bercahaya itu. Bahkan semakin menjauhkan ia dari tujuan-tujuan buruknya.
Usaha-usaha Mu’tasham dan Mutawakkil pun sia-sia. Bukti atas itu ialah tipu daya Mu’tasham terhadap Imam Jawad yang saat itu dalam usia remaja, tidak lebih 25 tahun. Demikian pula tipu daya Mu’taz terhadap Imam Hadi a.s., ketika Mutawakkil tidak pernah berhasil dalam memperdaya beliau meski dilakukannya berulang-ulang. Giliran masa putra beliau, Imam Hasan Askari a.s. yang dalam usia 28 tahun. tidak ada perubahan sedikit pun bagi politik Abbasiyin juga bagi kondisikondisi yang meliputi Imam.
Di masa para khalifah setelah kesyahidan Imam Husain a.s., tidak pernah muncul upaya langsung untuk bangkit dari pihak Ahlulbait a.s. melawan mereka. Mengapa para khalifah itu merasa takut? Kenapa mereka terburu-buru melakukan pembunuhan? Rahasia bagi perkara ini diungkap oleh Imam Askari a.s. dalam hadisnya: “Bani Umayah dan Bani Abbas mengarahkan pedangpedang mereka kepada kami, karena dua hal: pertama, mereka tahu kalau mereka tidak memiliki hak dalam khilafah. Mereka takut dengan klaim kami akannya dan khilafah berada di tempatnya. Kedua, mereka mengetahui hadishadis mutawatir yang menerangkan bahwa al-Qaim (Mahdi a.s.) dari kami akan melenyapkan kekuasaan para penguasa zalim, dan mereka tidak ragu kalau mereka termasuk para penguasa zalim. Mereka berusaha membunuh Ahlulbait Rasulullah Saw dan membersihkan keturunan Nabi karena ambisi dalam pencapaian dapat mencegah kelahiran alQaim a.s. Namun Allah tidak menghendaki seorang pun dari mereka yang menyingkap perkara-Nya, melainkan Dia akan menyempurnakan cahaya-Nya walaupun orang-orang musyrik membencinya.”
Pendahuluan yang disampaikan Rasulullah Saw, dengan mengikuti Alquran, sehubungan dengan perkara sang pembaharu universal dan penjelasan bahwa dia akan lahir dari anak keturunan Nabi Saw, dari Sayidah Fathimah a.s. dan keturunan Imam Husain a.s. yang kesembilan, merupakan kelaziman dan konsekuensi yang harus diyakini dalam Islam. Karena, ia adalah sumber penyinaran dan tumpuan harapan besar bagi muslimin di saat mereka akan menghadapi kondisi yang paling hitam dan gelap. Kondisi-kondisi yang dialami muslimin sepeninggal Rasulullah Saw, menguatkan hadis-hadis tersebut.
Pendahuluan yang luas ini, teks-teksnya dari Nabi Saw, yang terdapat pada dua jalur (Syiah dan Sunnah), mencapai lebih 500 nash tentang kepastian munculnya Mahdi afs., kelahiran, kegaiban, tanda-tanda kemunculan, keadilan, dan pemerintahan Islaminya.
Dua abad lamanya para imam Ahlulbait a.s. berjalan di atas jalan Rasulullah Saw. Mereka melakukan penekanan akan dasar ini dan pengakarannya dalam jiwa-jiwa, menjadikannya sebuah rambu akidah muslimin, terutama bagi para pecinta dan pengikut Ahlulbait a.s. Dasar ini menanam ranjauranjau yang mengancam kaum zalim, memperingatkan akan kebinasaan mereka dan langkah mereka yang menyimpang. Dasar ini adalah sumber penyinaran bagi segenap muslimin dan menjadi faktor takutnya kaum zalim yang memerintah wilayah muslimin.
Sekiranya apa yang disampaikan oleh Ahlulbait adalah cuma penekanan bagi dasar ini dan tidak melakukan aktivitas politis yang lazim, itu sudah cukup bagi para penguasa untuk menghabisi mereka selama dasar ini mengganggu tidur mereka. Namun dengan melihat pandangan umum, kecemasan mereka menghalangi antara mereka dan apa yang mereka inginkan dan rencanakan dalam anti Ahlulbait. Karena kehendak Allah mengalahkan kehendak mereka, hanya saja mereka tidak meninggalkan rencana menghabisi Ahlulbait Rasulullah Saw.
Mereka menyebar isu tentang Imam Husain a.s. bahwa beliau telah keluar dari agama kakeknya, dialah yang menuntut reformasi dalam umat kakeknya. Imam Kazhim, dan para pendahulunya, dituduh bahwa pajak dikumpulkan untuknya dan dialah yang merencanakan kebangkitan melawan sultan. Demikian juga pembunuhan terhadap Imam Ridha dan Imam Jawad dengan tipu daya dan secara keji, walaupun Makmun tersangka dalam pembunuhan atas Imam Ridha dan Mu’tasham telah menugaskan putri Makmun untuk melakukan kejahatan ini.
Baca: Apa yang Mesti Dilakukan untuk Menunggu Kemunculan Imam Mahdi?
Jadi, pendahuluan dari Nabi Saw dalam perkara Imam Mahdi, membentuk sebuah poin fundamental dan petunjuk yang tak mungkin terlewatkan. Optimis akan masa depan umat Islam yang ditakdirkan menjadi umat yang bersaksi dan adil, yang radikal dan yang lunak akan kembali padanya hingga berkibar bendera Lailaha illallah Muhammadur Rasalullah di atas bumi dan agama kebenaran (Islam) mengungguli semua agama, walau kaum kafir membencinya.
Ahlulbait a.s. telah berkorban untuk dasar Qurani ini, yang Rasulullah Saw jelaskan dan diikuti oleh Ahlulbait seperti garis umum. Mereka menanamkannya ke dalam jiwa-jiwa muslimin. Buktinya ialah kitab-kitab kepahlawanan yang ditulis ulama, yang menekankan masalah Imam Mahdi pada abad pertama dan kedua Hijriah dalam bentuk yang layak diperhatikan. Nama Imam Mahdi telah bersinar jauh dua abad sebelum kelahirannya. Para perawi menukil dan meriwayatkan tujuan tujuan, sifat-sifat dan nasabnya serta semua yang berhubungan dengan kebangkitan Islamiahnya. Penyampaian hal demikian itu berlangsung hingga dua setengah abad lamanya, dan kaum muslimin mendengar semua itu. Generasi demi generasi menukil dan menyampaikan nash-nashnya. Bahkan mereka menetapkan keakuratannya dan menuangkan tentangnya ke dalam tulisan.
*Disarikan dari buku Biografi Imam Hasan Askari – Tim Al-Huda