Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Peran Puasa Dalam Tazkiyah Nafs (2)

Puasa Bagian Dari Rukun Islam

Dalam berbagai hadis yang termuat dalam literatur umat Islam puasa tercatat sebagai salah satu rukun Islam. Di kalangan Ahlussunnah diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda;

بَنَى الْإِسْلَامَ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَ أَنَّ مُحَمَّداً (ص) عَبْدُهُ وَ رَسُولُهُ وَ إِقَامِ الصَّلَاةِ وَ إِیتَاءِ الزَّکَاةِ وَ حِجِّ الْبَیْتِ وَ صِیَامِ شَهْرِ رَمَضَان.

“Islam berdiri di atas lima perkara (rukun/pilar), yaitu; kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad SAW adalah hamba dan utusanNya, pendirian shalat, penunaian zakat, pelaksanaan haji ke Baitullah, dan puasa di bulan Ramadhan.”[1]

Sedangkan di kalangan Syiah juga terdapat riwayat yang mirip dengan riwayat ini, yaitu bahwa Imam Muhammad al-Baqir as berkata;

بنی الاسلام علی خمسة اشیاء، علی الصلوة و الزکاة و الحج و الصوم و الولایة.

“Islam dibangun di atas lima sesuatu; shalat, zakat, haji, puasa dan wilayat (kepemimpinan).”[2]

Sedemikian tingginya kedudukan puasa sehingga para bijakawan arif mementingkan ibadah ini bukan hanya di bulan suci Ramadhan, melainkan di sepanjang tahun dan di banyak bagian usianya. Bahkan ada sebagian di antara mereka berpuasa di hampir seluruh harinya, kecuali hari-hari diharamkannya puasa, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Menurut beberapa hadis sahih, Rasulullah saw juga mengutamakan berpuasa pada hari-hari tertentu.

Kewajiban Berpuasa Dalam al-Quran Dan Hadis

Ibadah puasa disyariatkan bukan pada syariat Islam yang diajarkan oleh Rasulullah saw, melainkan juga pada syariat-syariat sebelumnya, sebagaimana disebutkan secara gamblang dalam al-Quran al-Karim;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”[3]

Dalam berbagai hadis Nabi saw, baik di kalangan Ahlussunnah maupun Syiah, puasa sedemikian agung kedudukannya sehingga disebutkan bahwa jika ibadah ini ditunaikan secara hakiki dan benar maka akan membasuh penunainya dari segala dosa yang bersimbah dalam dirinya masa lalu. Di kalangan Ahlussunnah diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda;

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِیمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَ مَنْ قَامَ لَیْلَةَ الْقَدْرِ إِیمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala maka dosanya di masa lalu pasti diampuni, dan barangsiapa menegakkan Lailatul Qadar (mengisinya dengan ibadah) karena iman dan mengharapkan pahala maka dosanya di masa lalu pasti diampuni.”[4]

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ، فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ ,وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ، وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ، وَلَايَصْخَبْ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ. وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ.  لِلصَّائِمِ فْرحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا: إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ، وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ صَوْمِهِ.

“Semua amal perbuatan anak Adam untuk dirinya kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku-lah yang akan membalasnya’. Puasa adalah perisai. Apabila seseorang di antara kamu berpuasa, janganlah berkata kotor atau keji dan berteriak-teriak. Apabila ada orang yang mencaci makinya atau mengajak bertengkar, katakanlah, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’ Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada aroma minyak kesturi. Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, yaitu kegembiraan ketika berbuka puasa dan kegembiraan ketika bertemu dengan Rabb-nya’.”[5]

Dalam Nahjul Balaghah khutbah 192 disebutkan bahwa mengenai hikmah berbagai ibadah dalam Islam Imam Ali bin Abi Thalib as berkata;

… مَا حَرَسَ اَللَّهُ عِبَادَهُ اَلْمُؤْمِنِینَ بِالصَّلَوَاتِ وَ اَلزَّکَوَاتِ وَ مُجَاهَدَهِ اَلصِّیَامِ فِی اَلْأَیَّامِ اَلْمَفْرُوضَاتِ تَسْکِیناً لِأَطْرَافِهِمْ وَ تَخْشِیعاً لِأَبْصَارِهِمْ وَ تَذْلِیلاً لِنُفُوسِهِمْ وَ تَخْفِیضاً لِقُلُوبِهِمْ وَ إِذْهَاباً لِلْخُیَلاَءِ عَنْهُمْ وَ لِمَا فِی ذَلِکَ مِنْ تَعْفِیرِ عِتَاقِ اَلْوُجُوهِ بِالتُّرَابِ تَوَاضُعاً وَ اِلْتِصَاقِ کَرَائِمِ اَلْجَوَارِحِ بِالْأَرْضِ تَصَاغُراً وَ لُحُوقِ اَلْبُطُونِ بِالْمُتُونِ مِنَ اَلصِّیَامِ تَذَلُّلاً مَعَ مَا فِی اَلزَّکَاهِ مِنْ صَرْفِ ثَمَرَاتِ اَلْأَرْضِ وَ غَیْرِ ذَلِکَ إِلَى أَهْلِ اَلْمَسْکَنَهِ وَ اَلْفَقْرِ.

“Allah SWT menjaga menjaga hamba-hambaNya dengan shalat, zakat, dan upaya dalam puasa agar organ dan anggota tubuhnya tentram, pandangannya khusyuk, jiwanya merendah, hatinya merunduk, kesombongan dan egonya tertanggal dari mereka, karena sujud di mana bagian terbaik kepala menyatu dengan tanah merupakan kerendahan, dan peletakan anggota tubuh yang paling berharga di tanah merupakan ungkapan akan kekerdilan, sedangkan puasa dan pelekatan perut dengan kulit merupakan kesadaran akan kehinaan, dan pembayaran zakat dari pemanfaatan hasil-hasil bumi dan lain-lain adalah demi para fakir miskin.”

Dalam Nahjul Balaghah Hikmah 353 disebutkan bahwa Imam Ali as berkata;

فرض الله. .. الصیام ابتلاء لاخلاص الخلق.

“Allah mewajibkan puasa untuk menguji keikhlasan makhlukNya.”

(Bersambung)

[1] Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, diriwayatkan dari Ibnu Umar.

[2] Furu’ al-Kafi, jilid 4, hal. 62, hadis 1.

[3] QS. Al-Baqarah [2]: 183 – 185.

[4]Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, diriwayatkan dari Abu Hurairah.

[5] Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.

Baca: “Peran Puasa Dalam Tazkiyah Nafs (3)

 

No comments

LEAVE A COMMENT