Sore itu langit terlihat gelap. Aku lihat jam tangannku, waktu menunjukkan pukul 14:30. Tidak seperti biasanya murid-murid Darul Qur’an belum terlihat satupun. Sempat terbesit di benak karena mendung mungkin mereka tak akan datang. Tak lama kemudian tiba-tiba terdengar suara pintu gerbang dibuka dan ucapan “Assalamu’alaikum” dari adik-adik yang baru tiba. Alhamdulillah cuaca mendung tidak membuat semangat mereka surut.
Seperti biasanya, kami mulai belajar dengan muraja’ah atau mengulangi hafalan. Di tengah-tengah kegiatan belajar, salah satu murid mengatakan bahwa ayah dan ibunya sedang pergi ke Karbala, salah satu kota di Iraq. Teman-temannya pun menyahuti bahwa keluarga mereka juga sedang berziarah ke Karbala.
“Alhamdulillah, ayah, ibu dan keluarga kalian telah menjadi tamu Aba Abdillah Imam Husein as, semoga mereka dan kita semua kelak mendapat syafaat (petolongan) Imam yang mulia”, ucapku setelah mendengar cerita mereka.
“Kak, syafaat itu apa?”, tanya salah satu dari mereka, untuk memahamkan mereka kulanjutkan dengan bercerita sedikit tentang syafaat Imam Husein yang Mulia.
Suatu hari, seorang lelaki berdiri di tepi gang. Ia takut dan juga malu untuk mendatangi rumah Nabi saw. Perlahan-lahan ia bersandar ke dinding, mengeluh dan berkata dalam diri sendiri, “Ya Allah, aku tahu aku tidak menjalankan perintah Nabi, akan tetapi aku menyesal. Ya Allah, tolonglah aku, aku khawatir pergi menghadap Nabi dan beliau tidak memaafkanku.”
Matanya berkaca-kaca dan menangis. Ia mengusap airmatanya dengan ujung jubah dan kembali berpikir. Tiba-tiba ia melihat dua bayangan anak kecil di hadapannya. Bayangan Hasan dan Husain. Langsung terlintas sesuatu di benaknya dan berkata dalam hati, “Nabi saw sangat menyayangi kedua anak kecil ini, mungkin demi mereka, beliau saw memaafkan kesalahanku.”
Lelaki itu melihat ke sana-sini. Tidak seorang pun yang berada di gang. Ia melangkah ke depan dan mengucapkan, “Assalamu’alaikum.”
Anak-anak menjawab salamnya.
Lelaki itu berkata, “Aku tahu kalian akan pergi kepada kakek kalian. Mari aku antar kalian ke rumah beliau.” Kemudian lelaki itu duduk di samping keduanya dan berkata, “Mari, naiklah ke atas pundakku.”
Hasan dan Husain saling bertatapan mata. Lelaki itu berkata, “Aku mohon supaya kalian mau naik. Aku tahu kalian hanya menaiki pundak Nabi saw, namun apabila kalian berdua naik untuk aku antar ke rumah Nabi, kalian berarti telah memberikan bantuan yang besar kepadaku. Kalian berdua pasti tidak ingin menyakiti hati seseorang.”
Lelaki itu lalu menceritakan keadaannya, “Begini, aku telah melakukan sebuah kesalahan. Saat ini aku malu menemui Nabi. Aku ingin menghadap Nabi bersama kalian dan aku berharap demi kalian berdua, Nabi memaafkanku dari kesalahan dan ketidaktaatan. Apakah kalian berdua bersedia membantuku?”
Hasan dan Husain tersenyum dan naik ke pundaknya. Lelaki itu berjalan, namun masih ada perasaan takut. Beberapa saat setelahnya, ia telah sampai di hadapan Nabi saw. Ia mengucapkan salam.
Nabi saw terkejut melihat kedua cucunya berada di atas pundak lelaki itu. Ia menurunkan keduanya. Nabi saw memeluk dan mencium mereka.
Lelaki itu menarik nafas dan dengan penuh rasa malu berkata, “Wahai Rasulullah, aku berlindung kepada Allah swt dan kedua putera Anda yang mulia ini. Aku menyesali perbuatan salahku. Aku ingin Anda memaafkanku demi dua anak ini.”
Hasan dan Husain memandang Nabi. Mereka memohon kepada sang kakek dengan pandangan tanpa dosa supaya memaafkannya.
Nabi saw tertawa mendengar ucapan lelaki itu dan menutupi mulutnya dengan tangan. Beliau saw tertawa sebentar dan berkata, “Aku menerima syafaat kedua anak ini. Aku memaafkan kesalahanmu. Kamu bebas sekarang.”
Karena gembira, lelaki itu tidak mengetahui harus berbuat apa. Ia menjatuhkan diri di kaki Nabi dan menangis.
Bagaimana adik-adik ceritanya seru kan? Sudah mengerti maksud dari Syafaat? Syafaat adalah pertolongan. Syafaat hanya diberikan orang-orang mulia, seperti Nabi Muhammad dan keluarganya.
Maka jika suatu hari melakukan kesalahan dan ingin meminta maaf kepada seseorang hendaknya melalui orang yang disayangi mereka atau sesuatu yang mereka sukai sehingga orang tersebut dengan mudah memaafkan kita.
Begitu juga ketika kita melakukan dosa (naudzu billah). Ketika ingin memohon ampun, hendaknya melalui perantara kekasih Allah swt, seperti Nabi Muhammad saw sehingga dengan syafaat beliau kita mendapat ampunan dari Allah swt.
Semoga kita semua memperoleh syafaat mereka.
Sampai jumpa di kids corner selanjutnya.