Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Tafsir Surah Al Insyiqaq 6 – 15: Berjuang adalah Sifat Dasar Kehidupan di Dunia

Tafsir Surah Al Insyiqaq 6 – 15: Berjuang adalah Sifat Dasar Kehidupan di Dunia

يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ  .فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ .فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا . وَيَنقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُورًا . وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاء ظَهْرِهِ   .فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُورًا .وَيَصْلَى سَعِيرًا . إِنَّهُ كَانَ فِي أَهْلِهِ مَسْرُورًا . إِنَّهُ ظَنَّ أَن لَّن يَحُورَ .بَلَى إِنَّ رَبَّهُ كَانَ بِهِ بَصِيرًا

  • Hai manusia, sesungguhnya engkau telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu. Maka, pasti engkau akan menemui-Nya.
  • Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya,
  • maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah.
  • Dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira.
  • Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang,
  • maka dia akan berteriak: “Celakalah aku”.
  • Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).
  • Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan kaumnya (yang sama-sama kafir).
  • Sesungguhnya dia menyangka bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali (kepada Tuhannya).
  • Tentulah bukan demikian (karena dia pasti akan kembali). Sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya.

Ada sejumlah poin penting yang bisa kita fahami dari rangkaian ayat ini. Pertama, bagi manusia, hidup berpayah-payah di dunia adalah salah satu sunnatullah. Kita semua tanpa kecuali dipastikan menjalani kehidupan di dunia dengan segala macam dinamikanya yang terkadang membuat kita merasa sangat kepayahan. Jika ada di antara kita yang merasakan sulitnya hidup, situasi seperti itu harus segera disadari sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari nature hidup ini.

Baca: “Bagaimana Keluarga Mempengaruhi Kehidupan Manusia? (Bag 1)

Komunitas Ahlulbait Indonesia, terlebih para ustadz dan aktivisnya, tentulah tidak asing dengan situasi yang menekan dan beratnya perjuangan. Semua itu harus kita terima sebagai bagian tak terpisahkan dari kesempurnaan kehidupan kita.

Poin kedua, di alam akhirat nanti, semua manusia akan mengalami fase hisab, yaitu fase verifikasi amalan-amalan mereka selama hidup di dunia. Nasib akhir manusia, apakah dia akan masuk surga atau masuk neraka, akan terlihat jelas saat dia sedang menjalani fase verifikasi ini. Jika dia dihisab dengan cara yang cepat dan mudah, dia dipastikan akan masuk surga. Sedangkan calon penghuni neraka akan melewati fase ini dalam jangka waktu yang sangat lama.

Baca: “Prinsip Penting Memilih Pasangan Hidup (1)

Terkait dengan ini, Imam Ali a.s. bersabda bahwa ada manusia yang akan melewati fase ini dengan sangat cepat dan mudah. Jika Anda ingin mudah dan cepat dihisab, Anda harus memiliki tiga sifat berikut ini: tetap memberi kepada mereka yang memboikot-mu; tetap menyambungkan tali silaturrahim dengan mereka yang memutuskannya; serta memaafkan mereka yang telah menzhalimimu.

Perhatikanlah, betapa ketiga hal di atas sangat sering terjadi pada kita. Banyak pihak yang memboikot kita, yang memutuskan silaturahmi dengan kita, dan yang tiada henti menzalimi kita. Jika kita ingin dihisab secara cepat, balaslah semua keburukan itu dengan kebaikan.

Poin ketiga, para penghuni surga berkesempatan untuk tinggal bersama sanak saudaranya, dengan syarat kerabatnya itu juga orang-orang saleh. Saat ditanya makna dari ayat ke 9 surah ini (wa yanqalibu ila ahlihi masrura), Imam Ali a.s. bersabda, “Siapapun yang selama di dunianya memiliki keluarga yang saleh, dia akan masuk surga bersama keluarganya itu.”

Baca: “Peran Kepemimpinan dalam Kehidupan Manusia

Masalah ini memberikan kepada kita satu perspektif lain terkait dengan pentingnya memiliki keluarga yang baik, yang bisa diajak bersama-sama berjuang menjalani kesalehan dalam beragama. Pada dasarnya, kesalehan seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Di sisi lain, keluarga adalah lingkungan pertama dan paling utama bagi seorang manusia.

Karena itulah, nilai kesalehan seorang manusia seringkali ditentukan oleh lingkungan keluarganya, meskipun tentu saja hal ini tidak berlaku secara mutlak. Paling tidak, hal inilah yang kita yakini terjadi pada keluarga Nabi. Dari rumah yang menjadi tempat persinggahan para malaikat bisa muncul pribadi-pribadi agung dan mulia.  

Poin keempat, jangan pernah tertipu dengan kenikmatan duniawi yang bersifat sesaat dan cepat berlalu. Berkonsentrasilah untuk memperoleh kenikmatan abadi dan jauh lebih menyenangkan, yaitu kenikmatan ukhrawi. Caranya adalah dengan menjalankan berbagai perintah agama. Karena itu, ketika kita di saat ini dihadapkan kepada tugas-tugas agama yang menyebabkan terenggutnya kenikmatan duniawiah (seperti tugas berjihad, mencari ilmu, berperjalanan jauh dalam rangka mencari nafkah, dll), tentu seharusnya kita memilih pelaksanaan tugas agama yang kelak akan memberikan kenikmatan ukhrawi tersebut, ketimbang menghindari tugas tersebut hanya demi memperoleh kesenangan duniawiah sesaat.

(Dikutip dari rubrik Tafsir, Buletin Al-Wilayah, edisi 22, April 2018, Rajab 1439H)

Baca: “Mayat Mempelai Wanita Yang Hidup Kembali

Written by
No comments

LEAVE A COMMENT