Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

14 Faktor Penyebab Terjadinya Penyimpangan Seksual (3)

  1. Kebebasan Semu

Mengutip pernyataan Syahid Muthahari: “Tuhan menciptakan manusia memiliki kebebasan dan memberinya kekuasaan menentukan pilihan. Setiap kebebasan akan bernilai selama ia tidak melanggar hak orang lain. Kebebasan dalam Islam memiliki batasan yang ditentukan oleh syariat. Islam memberi perhatian besar terhadap kesucian pola hubungan seksual antara perempuan dan laki-laki. Hubungan tersebut juga diharuskan melalui jalan yang sah dan terjadi dalam lingkungan keluarga. Namun, dunia hari ini meremehkan nilai tersebut. Atas nama kemerdekaan perempuan, jiwa para pemuda telah dirusak hinga sedemikian parah. Kemampuan dan potensi kemanusiaan yang dimiliki menjadi sia-sia dan terbuang percuma. Pengabaian norma kemanusiaan ini berpengaruh pada menjauhnya pemuda dari kegiatan produktif menimba ilmu. Mereka lebih memuja artis dibanding ilmuwan dan penggiat kemanusiaan (Muthahari, 1389 HS)

Dalam kisah Nabi Yusuf as, al-Quran menyebutkan ancaman penjara yang diberikan kepada Beliau as ketika menolak ajakan yang melanggar syariat.

قَالَتْ فَذَٰلِكُنَّ الَّذِي لُمْتُنَّنِي فِيهِ ۖ وَلَقَدْ رَاوَدْتُهُ عَنْ نَفْسِهِ فَاسْتَعْصَمَ ۖ وَلَئِنْ لَمْ يَفْعَلْ مَا آمُرُهُ لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُونًا مِنَ الصَّاغِرِينَ

Wanita itu berkata: “Itulah dia orang yang kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina”. (Qs: Yusuf : 32)

Nabi Yusuf as memahami bahwa tidak setiap kebebasan itu berharga. Beliau mengetahui kebebasan yang diberikan kepadanya pendukung kepada kesesatan dan memasungnya dalam langkah syaitan. Beliau as menjawab perkataan Zulaikha dengan penuh makna sebagai berikut:

قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ

Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku (Surah Yusuf: 33).

 

  1. Pornografi

Menyaksikan pornografi termasuk salah satu penyebab perilaku penyimpangan seksual terutama pada remaja. Ajaran Islam telah menyatakan pengaruh negatif hal tersebut dalam merusak moral individu dan masyarakat. Rasulullah sallahu alaihi wa alihi memperkenalkannya sebagai salah satu dari senjata syaitan:

النظره سهم من سهام ابليس مسموم[1]

Pandangan meruapakan salah satu dari panah syaitan yang beracun

Menjadi catatan, pandangan yang dimaksud dalam hadis ini bukanlah setiap pandangan. Tetapi melihat kepada pemandangan yang tidak layak dan mengandung unsur merusak. Peneliti meyakini bahwa gambar serta film yang mengandung pornografi dan kekerasan sangat merusakan dan membangkitkan dorongan seksual remaja. Rangsangan ini membawa mereka pada tindakan kekerasan, kriminal, mengejar pemuasan nafsu dan cinta sesaat. Tanpa landasan iman dan spiritualitas, cinta dan kenikmatan seksual dalam bentuk ini akan menghantarkan mereka pada tindakan bunuh diri. Sementara itu, menyaksikan pornogragi juga menyebabkan terjadinya kematangan seksual secara prematur pada anak. Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun terpaksa menjalani therapy akibat tindakan tak layak yang dilakukan anak perempuan usia 9 tahun kepadanya (Wahid, 1382 HS).

  1. Musik dan Ghina

Alunan musik berpengaruh banyak terhadap otak. Orang yang mendengar musik akan berusaha membuat fantasi dalam dirinya. Gambaran tersebut akan menjadi langkah awal terjadinya penyimpangan. Diriwayatkan dari salah satu murid Imam Shadiq as yang bernama Hisam tentang tafsir ayat 30 surah al- Hajj:

فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ

maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan sia-sia.

Imam as berkata: “Maksud dari perkataan yang sia-sia adalah ghina dan nyanyian”.

Syahid Muthahari dalam salah satu bukunya menukil peristiwa yang terjadi pada masa salah satu khalifah Bani Umayah. Ketika itu, mendengarkan nyanyian dan lagu menjadi budaya seluruh masyarakat. Kepada khalifah disampaikan berita tentang sebuah keluarga yang memiliki pelayan cantik. Pelayan itu seorang biduan yang telah menyebabkan kerusakan seluruh pemuda kota Madinah. Jika hal itu dibiarkan, perempuan tadi dikhawatirkan akan merusak seluruh kota. Khalifah memerintahkan untuk merantai lelaki pemilik biduan tersebut dan menggiringnya ke Syam. Sesampainya di hadapan khalifah, lelaki itu berkata: “Belum tentu biduan itu melantunkan lagu yang termasuk ghina”. Orang tersebut meminta khalifah sendiri yang mengujinya. Setelah diperintah khalifah, mulailah biduan itu menyanyi. Baru saja ia mulai berdendang, terlihat kepala khalifah bergoyang hingga kedua tangan dan kakinya turut bergerak. Khalifahpun berkata: “Kemarilah sayangku, naiklah ke puncak milikmu”(Muthahari, 1382 HS). Demikian musik yang melenakan dapat membawa seseorang pada fantasi sensual.

Dr. Wolf Adler, professor dari Columbia University menyatakan: “Karena menyedot perhatian yang sangat tinggi, musik dapat melemahkan susunan syaraf melebihi normal. Getaran suara menimbulkan sekresi berlebihan pada kulit. Keringat ini berdampak buruk dan menjadi sumber beberapa penyakit. Semakin baik kualitas musik tersebut, semakin buruk pula pengaruhnya terhadap susunan syaraf. Pengaruh tersebut akan sangat buruk terutama pada suhu udara yang tinggi (Sahrab Pur, 1387 HS).

  1. Pernikahan yang didasari harta dan syahwat

Pernikahan yang dilandasi hawa nafsu, mencari kedudukan dan harta tidak akan berakhir kecuali pada penyesalan. Karena, perkawinan seperti ini tidak berlandaskan alasan rasional dan tujuan asli dari perkawinan itu sendiri. Riwayat yang dinukil dari Imam Shadiq as berbunyi:

من تزوج امرأة لمالها وكله الله اليه ، ومن تزوجها لجمالها رأى فيها ما يكره ، ومن تزوجها لدينها جمع الله له ذلك[2]

Siapa yang menikahi perempuan karena hartanya, Allah akan mewakilkannya kepada harta tersebut. Siapa yang menikahi perempuan karena kecantikannya, kelak ia akan menyesal. Namun, siapa yang mempertimbangkan agama dan takwa seseorang untuk dinikahinya, Allah akan memberikan kepadanya semua yang telah disebutkan.

Seorang perempuan kaya yang tidak beriman akan membanggakan hartanya di hadapan suami. Hal ini akan mengganggu suami secara psikologis dan menyebabkan perselisihan bahkan perceraian. Perempuan cantik namun tidak bertakwa akan masuk dalam lingkaran kelompok hedonis dan pelaku maksiat yang akan menyebabkan kecemasan sang suami. Sedangkan menikah dengan orang yang taat beragama dan memiliki akhlak yang baik akan memberikan kebahagiaan dan ketenangan. Pasangan seperti akan menyesuaikan diri dan membantu suaminya. Ia mampu mendidik anak-anaknya dengan baik dan dapat mengatur pengeluaran sehari-hari sesuai dengan kemampuan suami. Sehingga jika terdapat kekurangan dalam penampilan, akan tergantikan dengan akhak dan agama yang baik.

Bersambung ….

[1] Allamah Majlisi, Biharul Anwar, jil. 101, hal. 38

[2] Hurr Amili, Wasail Syiaj, jil.20, hal.51

No comments

LEAVE A COMMENT