“Dan tunggulah, sesungguhnya kami pun termasuk para penanti.” (QS. Hud [11]: 122)
Raja tanpa Kerajaan
Kala itu, seorang anak kecil usianya tidak lebih dari 5 tahun
Hidup di bawah asuhan kedua orang tuanya memperoleh kasih sayang sekadarnya untuk menghadapi masa depannya.
Dia tidak lama lagi akan menjadi seorang raja, namun tanpa kerajaan!
Pada 8 Rabiul Awal (260 H), ayahnya telah terbunuh oleh Al-Mu’tamid, salah satu penguasa Bani Abbasiyah.
Dalam kehidupan yang penuh malapetaka, dia hadir di sisi ayahnya.
Agar menggantikannya untuk berkuasa di muka bumi sebagaimana; “Dia telah menjadikan orang-orang sebelumnya berkuasa. Dan Dia akan meneguhkan baginya dengan agama yang Dia ridai” (baca QS. An-Nur [24]: 55)
Sang ayah meninggal dunia, dan meninggalkan seorang raja berusia 5 tahun.
Pada 9 Rabiul Awal dimulailah penobatannya di atas singgasana kerajaannya.
Sang Raja telah dewasa, namun ia masih tanpa kerajaan!
Dia digaibkan dari pandangan mata atas perintah Ilahi.
Dia diangkat dari umatnya.
Namun lintasan lomba senantiasa terbuka dalam “mempersiapkan jiwa”.
Kerajaan ini memerlukan umat yang:
Berkarya
Bersungguh-sungguh
Pencinta
Berkesadaran
Berakhlak mulia
Bahu membahu
Agar kita menjadi orang yang laik dalam kerajaan ini, sambutlah seruannya…
Berkaryalah,.. bersungguh-sungguhlah,.. bahu membahulah,..
Agar kita dapat mewujudkannya dengan cepat, membangun kerajaan kita bersama raja kita yang dijanjikan.
Kerajaan Keadilan Ilahi
Kerajaan yang dia sebagai rajanya
Al-Hujjah Al-Qaim dari Keluarga Nabi Muhammad (af)
9 Rabiul Awal adalah peringatan penobatan Imam Mahdi sebagai Imam.
Olehnya, kita merayakannya dan menjadikannya sebagai hari agung hingga datangnya pemilik hari mulia ini.
Semoga kita termasuk sebagai para penantinya.[*]
Baca: “Isa Al-Masih akan Turun dan Shalat di Belakang Imam Mahdi (af)“