Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Upaya Para Penguasa Menghalangi Kelahiran Imam Mahdi afs

Berbagai upaya yang dilakukan Makmun Abbasi untuk menghancurkan kepribadian Imam Ridha as. gagal, karena Imam Ridha memiliki kecerdasan yang luar biasa dan pengaruh yang besar di kalangan umum. Kepribadian ilmiah Imam Ridha begitu gemilang dan dihormati oleh orang-orang dekat dan jauh. Makmun tahu bahwa satu-satunya peluangnya adalah dengan merencanakan pembunuhan Imam untuk menghilangkan kehadirannya di tengah masyarakat Islam.

Masalah kedua yang dihadapi Dinasti Abbasiyah secara umum, dan yang menjadi perhatian khusus Makmun, adalah kegelisahan mereka terkait Imam Mahdi yang dijanjikan dan ditunggu-tunggu. Imam Mahdi adalah sosok yang dijanjikan oleh Allah kepada umat manusia untuk memperbaiki dan menyatukan mereka, serta menghapuskan kezaliman. Kabar buruk bagi para penguasa yang zalim dan kabar baik bagi orang-orang beriman dan yang tertindas semakin mendekat.

Sejak zaman Nabi Saw, nasab Imam Mahdi dan peranannya sebagai pemimpin telah dijelaskan dengan jelas. Dia adalah keturunan kesembilan dari Imam Husain dan Nabi Saw bahkan menyebutkan namanya, nama ayahnya, serta ciri-ciri dan tanda-tandanya. Hadis semacam itu membuat para penguasa zalim tidak merasa aman dan gelisah. Mereka mencoba menyelidiki bagaimana hadis itu bisa sampai kepada mereka dari seorang nabi yang mereka akui. Mereka melakukan penelitian apa pun yang bisa memperkuat kerajaan mereka dan menghadapi setiap ancaman yang mungkin menggoyangnya. Mereka tidak mungkin tidak bersiap menghadapi bahaya yang akan datang.

Baca: Kelahiran Imam Mahdi afs yang Dirahasiakan

Jumlah Ahlul Bait yang disebutkan dalam hadis, yaitu dua belas khalifah yang bertugas menyebarkan risalah, adalah jumlah yang akurat dan terbatas. Mereka semua berasal dari Quraisy dan Bani Hasyim. Ali bin Abi Thalib dan sebelas keturunannya adalah yang terbaik dan suci. Imam Ridha as. adalah yang kedelapan dari dua belas yang dijanjikan oleh Rasulullah Saw. Imam Ridha adalah keturunan kelima dari Imam Husain as., dan tentu saja dia juga telah dijanjikan oleh semua imam sebelumnya.

Tidak bisa dihindari bahwa ada unsur-unsur penguasa yang berusaha menyusup ke dalam kelompok saleh yang menjaga warisan Ahlul Bait dan ilmu-ilmu agung mereka. Mereka mencoba mengetahui rahasia-rahasia mereka yang hanya dipahami oleh orang-orang beriman yang diuji keimanannya oleh Allah. Para penguasa Abbasiyah tidak dapat menembus kelompok saleh tersebut dan tidak mendapatkan informasi yang dapat membantu mereka mengenali musuh. Dengan kesadaran akan kelahiran Imam Mahdi as. yang semakin dekat, mereka berusaha mencegah Ahlulbait melahirkan Imam Mahdi. Mereka melakukan seperti yang dialami Firaun dengan Nabi Musa as.

Untuk mencegah kelahiran orang yang nama dan keberadaannya mengkhawatirkan mereka, para penguasa memperketat pengawasan terhadap Ahlul Bait. Mereka masuk ke dalam kehidupan pribadi Ahlul Bait dan menempatkan mata-mata khusus untuk mengawasi aktivitas mereka. Contohnya adalah desakan Makmun untuk menikahkan putrinya, Ummul Fadhl, dengan Imam Jawad as. Ahlulbait dibatasi dalam urusan pernikahan dan reproduksi. Jumlah anak dan istri Imam setelah Imam Ridha jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan sebelumnya.

Para penguasa bahkan mencoba menggantikan Imam Mahdi yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam dengan memberi nama anak-anak mereka “al-Mahdi” dan “al-Muhtadi”. Tujuannya adalah untuk membingungkan umat dan membuat mereka tersesat. Namun, kebohongan tersebut tidak akan bertahan lama. Kepalsuan tidak bisa berpura-pura menjadi kebenaran dalam jangka waktu yang lama. Kebenaran sejati hanya bisa lahir dari lingkungan suci yang menghargai nilai-nilai ilahi. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa upaya pengaburan ini tidak akan berhasil mencapai tujuannya, yaitu menutupi hakikat Imam Mahdi al-Muntazhar as.

Baca: Penjelasan Ilmiah tentang Panjangnya Umur Imam Mahdi afs

Satu-satunya langkah terakhir yang mungkin bagi para penguasa jika mereka tidak bisa lagi menghalangi Ahlul Bait dan kelahiran Imam Mahdi adalah menemukan Imam Mahdi tersebut. Mereka harus menunggu kelahirannya agar dapat menghabisinya dan melepaskan diri dari mimpi buruk yang mereka alami. Mereka tahu bahwa Imam Mahdi al-Muntaqim (yang menuntut balas) akan mengguncang kedudukan mereka yang zalim. Meskipun tidak semua khalifah mempercayai hakikat ini, mereka menyadari kemungkinan adanya ancaman yang harus segera ditangani.

Di sisi politik yang lain, umat Muslim merindukan kehadiran Imam al-Qaim dari Ahlul Bait Nabi. Mereka berharap kegelapan dan kezaliman akan berakhir dengan pedang Imam al-Qaim yang suci. Imam ini telah diberitakan oleh Rasulullah Saw dan Ahlul Baitnya yang suci.

Dalam kesimpulannya, situasi politik saat itu sangat kompleks. Para penguasa berusaha menghalangi kelahiran Imam Mahdi dan membatasi pengaruh Ahlulbait. Namun, kebenaran dan janji Allah tidak bisa ditutupi. Umat Muslim menantikan kedatangan Imam Mahdi dengan harapan akan datangnya keadilan dan kebenaran yang akan menggulingkan penguasa zalim.

Kesinambungan bara harapan ini harus dijaga dengan sungguh-sungguh untuk mencegah padamnya. Hal ini akan mengguncang kursi kekuasaan penguasa zalim dan menghilangkan rasa aman serta kenyamanan mereka. Keharusan ini merupakan kebutuhan yang hakiki bagi umat. Ini adalah hal yang penting dalam misi Ahlulbait, meski kehadirannya selalu dihalangi oleh berbagai kondisi, namun mereka hanya dapat memberikan awalan bagi kelahirannya. Dengan keberadaan Imam ini, beliau akan mengatur urusan umat Islam di balik layar. Hingga terwujudlah kondisi-kondisi revolusi suci yang diberitakan dalam Al-Qur’an dan diperkuat oleh hadis-hadis Nabi Muhammad Saw.

Dalam menghadapi kebutuhan umum ini, kita menyaksikan upaya Abbasiyah untuk mencegah kelahiran al-Qa’im al-Mahdi dari keluarga Muhammad Saw. Upaya mereka menjadi semakin tajam, kuat, dan cepat, karena ancaman semakin dekat. Imam Jawad dan para Imam setelahnya berada dalam posisi yang penting: pertama, menjaga harapan besar dan kelangsungan bara harapan itu; kedua, mencegah kekuasaan yang menentang kelahiran Imam Mahdi. Mereka berusaha mencegah hubungan antara penguasa dan Imam Mahdi, sehingga tangan mereka yang kotor tidak dapat menyentuhnya. Hal ini dilakukan agar mereka tidak dapat merampas kepemimpinan ilahi yang diberikan oleh Allah, yang membawa panji kebenaran dan Islam, serta mewujudkan harapan para nabi sepanjang masa. Seperti halnya penguasa sebelumnya yang telah merampas kepemimpinan ayah-ayah mereka, dan memblokade Imam yang hidup di masa mereka.

Imam-imam Ahlul Bait telah mampu mengungkap penguasa yang menyimpang melalui perilaku suci mereka yang menjadi tantangan nyata dalam amal, ilmu, dan akhlak. Dengan demikian, terlihat dengan jelas bahwa terdapat dinding yang kokoh antara garis penguasa dan garis yang memiliki hak untuk mengatur urusan pemerintahan dan kepemimpinan Islam.

Baca: Kepastian Akan Munculnya Imam Mahdi

Umat masih perlu memahami lebih dalam mengenai dinding-dinding spiritual di antara kedua garis tersebut. Mereka juga perlu memahami hakikat di balik tindakan palsu yang dilakukan oleh penguasa zalim. Makmun berhasil mendekati Imam Jawad dengan menikahkannya dengan putrinya, sehingga dapat mengawasi gerak-gerik Imam. Tujuannya adalah mencegah Imam Jawad dari memiliki keturunan melalui putrinya dan perempuan lainnya.

*Disarikan dari buku Biografi Imam Jawad – Tim Alhuda

No comments

LEAVE A COMMENT