Bulan Ramadan, musim semi Al-Quran. Sepatutnya kita kembali mengisi hari-hari kita dengan perenungan dari ayat-ayat suci Al-Quran.
Tiga ayat berikut ini mengenai suksesnya Nabi Nuh a.s. dalam menghadapi kaumnya. Apakah proses itu telah selesai? Allah Swt berfirman,
فَاِذَا اسۡتَوَيۡتَ اَنۡتَ وَمَنۡ مَّعَكَ عَلَى الۡـفُلۡكِ فَقُلِ الۡحَمۡدُ لِلّٰهِ الَّذِىۡ نَجّٰٮنَا مِنَ الۡقَوۡمِ الظّٰلِمِيۡنَ. وَقُلْ رَّبِّ اَنۡزِلۡنِىۡ مُنۡزَلًا مُّبٰـرَكًا وَّاَنۡتَ خَيۡرُ الۡمُنۡزِلِيۡنَ. اِنَّ فِىۡ ذٰ لِكَ لَاٰيٰتٍ وَّاِنۡ كُنَّا لَمُبۡتَلِيۡنَ.
28. Dan apabila engkau dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas kapal, maka ucapkanlah, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim.”
29. Dan berdoalah, “Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik pemberi tempat.”
30. Sungguh, pada (kejadian) itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah); dan sesungguhnya Kami benar-benar memberikan ujian (kepada kaum Nuh itu). (Q.S. al-Mukminūn [23]: 28-30)
Dalam tiga ayat ini terdapat pelajaran penting bagi kita. Allah Swt saat menghancurkan para tiran, tidaklah memerintahkan yang teraniaya untuk bergembira atas kehancuran kaum tiran.
Baca: Ahlul Baitku Bagaikan Bahtera Nabi Nuh
Tetapi kita diperintahkan agar memuji Allah Swt yang membebaskan manusia dari kejahatan dan keburukan mereka. Selain itu, kita seyogianya memandang kehancuran mereka sebagai media perantara bukan target capaian.
وَقُلْ رَّبِّ اَنۡزِلۡنِىۡ مُنۡزَلًا مُّبٰـرَكًا
Dan berdoalah, “Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi (Q.S. al-Mukminūn [23]: 29)
Janganlah berpikir bahwa kebutuhan Anda kepada Allah Swt telah selesai. Anda senantiasa membutuhkan-Nya di setiap saat.
Bahtera ini telah berlabuh di kawasan kering kerontang yang tidak ada tetumbuhan padanya. Kata berkah menunjuk pada dua hal: proses penyempurnaan dan pertumbuhan, selain pengertian dan indikasi lainnya.
Ketika kita berdoa kepada Allah Swt agar memberikan suatu keberkahan-Nya atas kita untuk menyempurnakan kehidupan kita, maka berdoalah kepada-Nya agar menganugerahkan kita dengan proses penyempurnaan dalam segala dimensi kehidupan kita.
Baca: Kisah Nabi Musa vs Fir’aun: Bukti Kemenangan Ilahi, Saat si Tertindas Tumbangkan Tiran
Sementara permohonan Nabi Nuh a.s. kepada Allah Swt dengan tempat berlabuh yang penuh keberkahan itu sebagai doa agar perhentiannya di sana bukanlah akhir kenikmatan, tetapi justru sebagai permulaan. Karena itulah, saat berlabuh, mereka dituntut untuk membina sebuah peradaban, bukan menghabiskan warisan orang-orang di masa lalu.
Kaum Mukminin saat meraih kemenangan dengan jatuhnya kaum tiran harus memahami bahwa itu bukanlah akhir segalanya tetapi titik awal perubahan. Kala itu, tanggung jawab mereka justru dimulai untuk menghadapi hal-hal yang lebih sulit demi membina peradaban dan proses penyempurnaan.
وَّاِنۡ كُنَّا لَمُبۡتَلِيۡنَ.
dan sesungguhnya Kami benar-benar memberikan ujian. (Q.S. al-Mukminūn [23]: 30)
Dunia tidaklah satu bentuk. Ia penuh dengan tantangan dan persoalan. Tanggung jawab kita ialah mempersiapkan kehidupan ini. Jangan pernah kita kehilangan tekad dan pupus keinginan di hadapan rintangan.
Firman Allah Swt, “dan sesungguhnya Kami benar-benar memberikan ujian” merupakan penegasan atas ujian. Kita mau tidak mau harus menyadari senantiasa mengalami ujian melalui turunnya silih berganti para nabi dan kitab suci untuk menyaring mana yang kotor dan jernih. Sehingga tampaklah perbedaan niat dan perbuatan masing-masing agar diberikan ganjaran atau siksaan sesuai hak mereka.
Rujukan:
1. Tafsīr al-Kāsyif, j. 5, 367
2. Min Huda al-Qur’ān, j. 8, 174