Oleh Husein Alkaff
Dalam literatur sejarah Islam dan sejarah Bangsa Arab, Bangsa Yaman sangat familiar dan terkenal. Dalam buku-buku sejarah Bangsa Arab misalnya, mereka dikenal sebagai asal usul Bangsa Arab dan mereka biasa disebut dengan Arab Aqhaah– اقحاح (Bangsa Arab yang murni).
Dari sejak zaman dahulu, mereka dikenal sebagai petani dan ahli bangunan yang terbuat dari tanah liat. Salah satu karya mereka yang monumental adalah Bendungan Ma’rib. Konon, bendungan besar itu mampu mengairi kebun-kebun kurma di seantero Yaman.
Ketika Islam datang, Bangsa Yaman mengambil bagian yang sangat menentukan bagi kemajuan Islam bersama Nabi Muhammad saw. Misalnya, asal tahu saja, suku Aus dan suku Khazraj yang tinggal di Medinah (baca: Yatsrib) berasal dari Yaman. Islam diterima oleh mereka dengan damai dan sukarela. Mereka lah kaum Muslim yang pertama kali berbay’at (menyatakan sumpah setia) kepada Nabi saw. Kemudian ketika Nabi saw. hijrah ke Medinah, mereka menjadi pembela Nabi Muhammad saw. (Anshar). Kesetiaan mereka dibuktikan dengan memberikan tanah kepada beliau dan menyerahkan sebagian harta mereka untuk kaum Muhajirin. Berkenaan dengan kesetiaan mereka ini, Al Qur’an menjelaskan,
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) Muhajirin, mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada Muhajirin; dan mereka mengutamakan Muhajirin atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan” (Al Hasyr 09).
Baca: Kedudukan Bangsa Persia dan Yaman menurut Tafsir Alquran (2/2)
Kaum Anshar yang berasal dari Yaman itu begitu cinta kepada Nabi saw., dan beliau pun sangat sayang kepada mereka. Hubungan kasih sayang itu tampak jelas dalam peristiwa Fathu Makkah (Pembebasan Kota Mekkah) pada tahun 10 hijriah. Diceritakan bahwa ketika kota Mekah berhasil dibebaskan dari kemusyrikan yang kemudian disusul dengan masuknya beberapa tokoh Quraisy dan kabilah Arab pada agaka Islam dengan berbondong-bondong, kaum Anshar dengan rasa khawatir dan cemas berkata kepada sesama mereka bahwa Nabi saw. akan menetap di kampung halamannya dan tidak akan kembali lagi ke Medinah bersama mereka. Nabi saw. memahami kehkawatiran mereka itu lalu beliau bersabda kepada mereka, “Aku hamba Allah dan utusanNya. Aku berhijrah kepada Allah dan kepada kalian. Tempat hidupku tempat kalian dan tempat matiku tempat kalian juga”.
Setelah mendengarkan ucapan itu, Kaum Anshar menghadap Nabi saw. sambil menangis dan berkata, “ Ya Rasulullah, kami tidak mengatakan apa yang kami katakan itu kecuali kami tidak ingin berpisah dengan Allah dan RasulNya“
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa dalam peristiwa itu Nabi saw. membagi-bagi harta kepada orang-orang Quraisy yang baru masuk Islam, lalu beliau memanggil sejumlah orang Anshar dan bersabda, “ Sesungguhnya kaum Quraisy ini baru meninggalkan jahiliyyah dan aku ingin menarik mereka. Tidakkah kalian suka jika mereka mendapatkan dunia sedangkan kalian kembali bersama Rasulullah saw. ke rumah kalian?”. Lalu beliau melanjutkan, ” Seandainya umat manusia pergi ke sebuah lembah dan kaum Anshar ke lembah yang lain, maka aku akan pergi bersama Anshar”.
Baca: Kedudukan Bangsa Persia dan Yaman menurut Tafsir Alquran (1/2)
Dalam kesempatan lain, Nabi saw. bersabda tentang Kaum Anshar, “Hai Anshar, sesungguhnya Allah swt. telah memasukan iman pada hati kalian dan memuliakan kalian serta menyebut kalian sebagai para pembela Allah (Ansharullah)”.
Banyak lagi pujian Nabi saw. untuk kaum Anshar.
Selain Kaum Anshar yang berasal dari Yaman itu, orang-orang Yaman yang berada di negeri mereka sendiri menerima Islam dengan damai sebagaimana saudara mereka di Medinah. Menurut sebagian riwayat bahwa pada mulanya Nabi saw. mengutus Khalid bin Al Walid ke Yaman untuk mengajak penduduknya ke Islam, namun Khalid gagal meng-islamkan mereka. Lalu Nabi saw. mengutus Imam Ali bin Abi Thalib as. dan akhirnya mereka menerima Islam di tangan Imam Ali bin Abi Thalib as. dengan damai dan sukarela, khususnya Bani Hamdan.
Sejak itu, utusan-utusan dari berbagai kabilah Yaman datang ke Medinah untuk masuk Islam. Dalam menyambut kedatangan mereka, Nabi saw. mengatakan, “Telah datang kepada kalian penduduk Yaman. Mereka adalah orang-orang yang paling lembut hatinya dan halus jiwanya. Iman Yaman dan hikmah Yamaniah”.
Baca: Keistimewaan Bangsa Yaman dalam Pandangan Alquran, Hadis dan Sejarah
Sabda Nabi saw. ini menggambarkan betapa baiknya hati orang-orang Yaman. Sejarah juga membuktikan kebenaran sabda beliau itu. Mereka terkenal sebagai bangsa yang setia, jujur, berempati, berani dan memiliki harga diri yang tinggi. Benar bahwa setelah Nabi saw. wafat ada beberapa kabilah Yaman yang murtad karena terpengaruh oleh ajakan al ‘Ansi yang mengaku sebagai nabi.
Menurut pendapat sebagian kalangan, banyak dari kabilah Yaman yang tidak mengakui otoritas yang berkuasa di Medinah semata-mata karena kecintaan mereka kepada Imam Ali bin Abi Thalib as. yang telah berjasa mengenalkan Islam kepada mereka.