Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Al-Itsar, Tingkatan Iman Tertinggi

Allah Swt berfirman, “Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).  Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” [QS. Al-Hasyr: 9]

Kata itsar diambil dari kata aatsara-yuutsiru-iitsar yang berarti mendahulukan orang lain. Sebuah akhlaq terpuji, yang dengannya Allah memuliakan seorang muslim. Seperti kisah yang diabadikan Al-Quran di atas, ketika para sahabat Rasulullah yang berada di Makkah mendapatkan intimidasi dari orang-orang kafir Quraisy, Rasulullah memilih berhijrah ke Madinah, dan Kaum Anshar benar-benar menyambut kaum Muhajirin yang datang kepada mereka dengan tangan terbuka. Mereka saling berlomba untuk memberikan segala apa yang mereka bisa berikan kepada sesama. Padahal saat itu mereka sendiri juga membutuhkan. Itulah yang disebut dengan itsar.

Baca: SafinahQuote: Tiga Karakter Iman yang Sejati

Begitu juga apa yang dicontohkan Ahlulbait a.s. mereka lebih mengutamakan orang lain daripada diri mereka sendiri. Diriwayatkan dari Imam Jafar Shadiq a.s: “Suatu ketika, Sayidah Fathimah memiliki gandum. Lalu ia   membuat asidah (makanan yang terbuat dari tepung gandum). Setelah memasak gandum itu, Sayidah Fathimah menghidangkan asidah itu untuk keluarganya. Tiba-tiba datang orang miskin dan berkata, ‘Semoga Allah merahmati kalian. Berilah saya makan.’Imam Ali a.s. langsung berdiri dan memberinya sepertiga (makanan itu).

Tak lama, datanglah anak yatim seraya berkata, ‘Semoga Allah merahmati kalian, berilah saya makan.’ Imam Ali a.s. kembali berdiri dan memberinya sepertiga (makanan itu).

Selanjutnya, seorang tawanan perang (yang baru dibebaskan) datang seraya berkata, ‘Semoga Allah merahmati kalian, berilah saya makan.’ Imam Ali as berdiri lagi dan memberinya sepertiga (makanan itu).

Mereka tidak menyantap makanan itu sedikit pun. Kemudian Allah Yang Mahasuci menurunkan ayat-ayat (surah al-lnsan) berkenaan dengan mereka. Ayat-ayat tersebut berlaku bagi setiap mukmin yang melakukan hal itu semata-mata mengharap keridaan Allah Azza Wajalla.’” [Nur al-Tsaqalain, jil. 5, hal. 480, hadis ke-20]

Baca: Bagaimanakah Cara Menguatkan Visi Keimanan Kita?

Diriwayatkan juga seorang pria datang menemui Nabi Saw seraya mengadukan rasa laparnya. Kemudian Nabi Saw membawa pria itu ke rumah-rumah istri-istri beliau, tetapi mereka mengatakan, “Kami tidak memiliki apa pun kecuali air.”

Rasulullah saw bersabda, “Siapakah yang akan memberi makan kepada pria ini pada malam ini?”

Imam Ali a.s. menjawab, “Saya, wahai Rasulullah.”

Imam Ali a.s. datang menemui Sayidah Fathimah a.s. seraya bertanya kepadanya, “Apa yang engkau miliki, wahai putri Rasulullah?”

Sayidah Fathimah a.s. menjawab, “Kita tidak memiliki apa pun kecuali makan malam (kita), tetapi kita mengutamakan tamu atas diri kita sendiri.”

Kemudian Imam Ali a.s. berkata kepada Sayidah Fathimah a.s, “Wahai putri Rasulullah, tidurkan anak-anak dan matikan lampu.”

Keesokan harinya, Imam Ali a.s. mendatangi Rasulullah saw dan mengabarkan kepada beliau apa yang telah dilakukannya terhadap tamunya itu. Tidak lama berselang, Allah Azza Wajalla menurunkan firman-Nya …dan mereka mengutamakan… [Nur al-Tsaqalain, jil.5, hal. 285, hadis ke-53]

Baca: Tafsir: Pertanda Lemah Iman

Abu Thufail meriwayatkan dari Imam Ali a.s: Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa mengutamakan orang lain atas dirinya sendiri, niscaya Allah akan mengutamakannya atas diri-Nya sendiri dengan (memasukkannya ke dalam) surga).’” [Nur al-Tsaqalain, jil. 5, hal. 285, hadis ke-52]

Imam Ali a.s juga banyak berkata mengenai keutamaan itsar:

“Al-ltsar adalah sebaik-baik kebajikan dan tingkatan iman yang tertinggi.” [Ghurar al-Hikam, hadis ke-1705]

“Al-ltsar adalah ibadah paling utama dan kemuliaan paling luhur.” [Ghurar al-Hikam, hadis ke-1148]

“Kedermawanan paling utama adalah al-itsar.” [Ghurar al-Hikam, hadis ke-2888]

“Perlakukanlah semua manusia dengan keadilan dan perlakukanlah kaum mukmin dengan al-ltsar.” Ghurar al-Hikam, hadis ke-6342]

“Puncak budi pekerti adalah al-ltsar.” Ghurar al-Hikam, hadis ke-6361]

“Dengan al-ltsar, hati orang-orang yang merdeka dapat menjadi tawanan.” Ghurar al-Hikam, hadis ke-4187]

*Disarikan dari kitab Mizanul Hikmah, jilid 1, halaman 3 – 7

No comments

LEAVE A COMMENT