Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Momen Historis di Telaga Khum

Oleh: Dr. Muhsin Labib, MA

Setelah membersihkan kota kelahirannya, Mekah, pada 24 atau 25 Zulkaidah, 10 Februari 632 Masehi, Nabi Saw pergi berhaji dari Madinah ke Mekah. Saat itu beliau diiringi ribuan sahabatnya (beberapa periwayat bahkan menyebutkan jumlah ini lebih dari 120 ribu orang). Momen berhaji Nabi Saw ini juga disebut Haji al-Wada‘, Haji al-Islam, dan Haji al-Balagh.

Bulan itu, Imam Ali bin Abi Thalib a.s. berada di Yaman dalam misi mengenalkan Islam. Saat diberitahu bahwa Nabi saw berhaji, ia pun beserta timnya bertolak ke Mekah dan bergabung bersama Nabi Saw sebelum ritual haji dimulai.

Seusai melaksanakan ibadah haji, Nabi Saw meninggalkan Mekah menuju Madinah bersama kafilah umat Islam.

Baca: Peristiwa Ghadir Khum Dalam Hadis Ahlusunnah

Kamis Zulhijah 18, (10/19) atau Maret 632 Masehi, saat melintasi tempat bernama Ghadir, malaikat Jibril menyampaikan “Ayat Tabligh” kepada Nabi saw. Ayat suci itu memuat perintah bagi Nabi Saw agar memperkenalkan Ali bin Abi Thalib a.s. kepada khalayak sebagai wakil beliau dan pemimpin setelahnya.

Selepas ayat itu diwahyukan, Nabi Saw memerintahkan kafilah untuk berhenti. Tak hanya itu. Beliau juga memerintahkan orang-orang yang telah melewati Ghadir Khum untuk kembali dan segera bergabung bersama mereka.

Setelah melaksanakan sAalat, Nabi Saw menaiki mimbar dengan penuh wibawa dan menyampaikan pidato, yang dikenal dengan “Deklarasi Ghadir”. Dalam orasinya, Nabi Saw berkata, “Pujian hanya milik Tuhan dan kami meminta bantuan-Nya dan kami percaya kepada-Nya dan berlindung kepada-Nya dari kejahatan diri dan keburukan kami atas tindakan kami… Tuhan, Yang Mahapenyayang dan Mahatahu memberitahuku bahwa aku akan dipanggil menghadap-Nya (untuk Dia) segera dan aku pasti memenuhi panggilan-Nya… Aku akan datang ke telaga Kautsar sebelum kalian melakukannya dan kalian mendatangiku di sampingnya; maka berhati-hatilah dengan sikap kalian terhadap Tsaqalayn (dua pusaka agung), yaitu Kitab Allah dan keluargaku.”

Baca: Peristiwa Ghadir Khum Dalam Hadis Ahlusunnah (2)

Lalu, Nabi saw mengangkat tangan Ali a.s. agar dapat disaksikan khalayak yang hadir, seraya berkata, “Wahai manusia, bukankah aku lebih pantas untuk perwalian kalian daripada kalian sendiri?”

Khalayak kompak menjawab, “Ya, wahai Nabi!”

Kemudian, Nabi Saw bersabda, “Tuhan adalah waliku dan aku adalah penjaga orang-orang yang beriman dan aku lebih pantas untuk perwalian kalian daripada kalian untuk diri kalian sendiri. Karena itu, siapa pun yang mengimaniku sebagai wali, maka Ali adalah walinya.” Nabi Saw mengulang kalimat ini tiga kali dan berkata, “Ya Tuhan, jadilah wali bagi yang mengimani Ali sebagai wali dan jadilah musuh bagi orang-orang yang memusuhinya. Bantulah siapa pun yang membantunya dan tinggalkanlah orang yang meninggalkannya.”

Beliau mengakhiri pidatonya dengan anjuran, “Orang-orang yang hadir di sini haruslah menyampaikan pesan ini kepada mereka yang tidak hadir!”


No comments

LEAVE A COMMENT