Adik-adik yang dirahmati Allah swt masih ingatkan bagaimana akhlak mulia para ksatria Karbala?
Alhamdulillah adik-adik memang hebat…
Semoga selain diingat, adik- adik sudah mempraktekkannya di rumah dan menunjukkan kepada ayah bunda bahwa adik- adik adalah putra putri yang berbakti dan berakhlak mulia sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah saw, keluarga dan sahabatnya.
Kali ini kakak akan menceritakan sosok ksatria-ksatria Karbala lainnya, sahabat-sahabat mulia Imam Husain as. Adik-adik sudah mulai penasaran?
Yuk kita simak ceritanya:
Akhlak Mulia Hurr bin Yazid Riyahi
Diantara ksatria Karbala yang patut kita contoh dan teladani adalah sosok Hur bin Yazid Riyahi. Ia adalah panglima tentara Kufah pertama yang berhadap-hadapan dengan Imam Husain as. Ia memaksa Imam Husain as merubah arah perjalanan beliau dari Kufah ke arah Karbala.
Pada akhirnya ia berhasil menyelamatkan diri dari tipu daya Bani Umayyah dengan sebuah pilihan yang benar antara pilihan dunia dan akhirat. Ia tidak hanya menyelamatkan diri, bahkan ia menjadi panutan yang layak untuk taubat dalam setiap masa.
Imam Husain as bertanya kepada Hur, Apakah engkau datang dengan tujuan menolong atau berperang?
Meskipun Hur adalah panglima tentara Kufah dan datang untuk berhadapan dengan Imam Husain as, akan tetapi ia tetap menjaga akhlak dan berkata, Aku tidak diperintahkan untuk memerangi Anda, namun aku diperintahkan untuk mencegah kepergian Anda menuju Kufah, silahkan Anda pilih untuk tidak melanjutkan menuju Kufah dan juga tidak kembali ke Madinah. (Baca: Anak-anak Kecil Pun Menyambut Seruan Imam Husain a.s. – Bag. 1)
Di satu tempat, ketika Imam Husain as berkata kepada Hur: Semoga ibumu duduk meratapimu, apa yang ingin engkau perbuat?
Berdasarkan adat orang Arab dikarenakan hubungan yang sangat kuat dengan ibu, mereka biasanya menunjukkan reaksi yang dahsyat saat mendengar kata-kata tersebut. Namun Hur menjaga akhlaknya dan berkata: Demi Allah! Bila orang Arab selain Anda menyebut nama ibuku, apapun yang terjadi pasti aku akan menjawabnya, akan tetapi aku tidak mampu menyebut ibu Anda selain dengan kebaikan (karena keagungan beliau, yaitu Fatimah Az Zahra yang luar biasa).
Ketika tiba waktu shalat dhuhur, Imam Husain as berkata kepada muadzdzin Hajjaj bin Masruq, Kumandangkanlah adzan dan iqamah, semoga Allah swt merahmatimu. Kita akan mendirikan shalat.
Kemudian berkata kepada Hur, Apakah engkau dan tentaramu ingin melaksanakan shalat? Hur menjawab dengan sangat sopan, Iya, kita akan bermakmum kepada Anda. Setelah selesai shalat, Hur dan kawan-kawannya mendengarkan taushiah Imam Husain as dan menjaga ketenangan sepenuhnya.
Pada hari Asyura setelah Hur mengambil keputusan dan pilihan yang benar dengan kesadaran untuk bertaubat, Imam Husain as menerima taubatnya. Dengan santun Hur memohon izin dari Imam Husain untuk maju ke medan perang dan berkata, Kini tiba saatnya untuk berjuang di jalan Anda.
Imam Husain as memberikan izin kepada Hur. Setelah berperang mati-matian dan berhasil membinasakan banyak musuh, Hur mencapai syahadah. Badan sucinya dibawa ke hadapan Imam Husain as. Beliau as membersihkan pasir dan debu dari wajah Hur dengan tangan suci beliau dan berkata: Engkau Hur (orang merdeka) sebagaimana ibumu menamaimu. (Baca: Bagaimana AlQuran Menjelaskan Ciri-ciri Seorang Ibu? – 1)
Kenapa Hur mendapat taufik untuk bertaubat dan bergabung dengan kafilah Imam Husein as? Mungkin di antara hal yang berpengaruh dalam hidayat, taubat dan bergabungnya Hur dengan Imam Husain as adalah penghormatan dan akhlak yang ditunjukkannya kepada Imam Husein as.
Akhlak Mulia Habib bin Madhahir
Teladan mulia lainnya adalah Habib bin Madhahir yang menampilkan puncak kecintaannya kepada Imam Husein as. Sebelum berangkat ke Kufah, ia membeli henna dan menyemir jenggot/janggutnya supaya pasukan musuh tidak mengolok-oloknya karena kerentaannya. Disamping itu agar mereka tidak mengatakan bahwa pasukan Imam Husain as berisi tentara tua.
Ketika Habib tiba di Karbala dan disambut oleh sekelompok sahabat dan pemuda Bani Hasyim, ia menangis. Dalam hati ia berkata, Ya Allah, apa yang sudah dilakukan oleh Imam Husain as. Untuk menyambut orang renta, Imam as mengutus sahabat dan keluarga beliau.
Saat sedang menuju perkemahan Imam Husain as bersama sahabat-sahabat beliau, Zainab mengetahui kabar kedatangan dan bergabungnya Habib. Zainab langsung mengirimkan salam. Ketika salam Zainab disampaikan kepada Habib, ia mengambil segenggam tanah dan menaburkan di atas kepalanya dan berkata, Siapakah aku ini hingga puteri agung pemimpin Arab menyampaikan salamnya kepadaku.
Akhlak Mulia Nafi’ bin Hilal
Teladan mulia lainnya adalah Nafi’ bin Hilal, sahabat dan didikan Imam Ali bin Abi Thalib as. Ia berperang bersama Amirul Mukminin Ali as dalam perang Jamal, Shiffin dan Nahrawan. Ia adalah seorang qari terbaik dan rekan Abul Fadl Abbas untuk mengambil air di sungai Furat.
Malam Asyura, secara tidak sengaja Nafi’ lewat di samping kemah Imam Husain as. Ia mendengar bahwa Zainab bertanya kepada kakak tercintanya dengan penuh kekhawatiran, Apakah Imam telah menguji para sabahat yang ikut serta? Apakah besok mereka tidak membiarkanmu seorang diri?
Imam Husain as menjawab, Aku telah menguji mereka.
Saat Nafi’ mendengar kekhawatiran Zainab tersebut, ia langsung berubah dan segera mendatangi Habib bin Madhahir. Ia melihat Habib sedang duduk di depan kemah dan memegang pedang yang terhunus. Ia menceritakan kekhawatiran Zainab dan mengusulkan agar mengumpulkan para sahabat dan menenangkan kekhawatiran Ahlul Bait dan Zainab. (Baca: Ujian dan Pertolongan dari Allah bagi Para Kekasih-Nya – 2)
Maka Nafi’ dan Habib mengumpulkan para sahabat Imam as dan menyampaikan kejadian yang baru dialaminya kepada mereka. Mereka semua mendatangi tenda Ahlul Bait dan berdiri di depannya.
Habib berteriak lantang, Wahai puteri-puteri Ahlul Bait Nabi , inilah pedang-pedang para hamba kalian. Kami bersumpah untuk tidak menghunuskan kecuali ke leher setiap orang yang hendak berbuat jahat kepada kalian. Inilah tombak-tombak budak kalian. Kami bersumpah untuk menghunjamkannya ke dada musuh kalian.
Imam Husain as mendengar teriakan para sahabat dan berkata kepada keluarganya, Datanglah keluar. Imam Husain as memberikan motivasi kepada mereka, Wahai orang-orang yang sholeh, lindungilah puteri-puteri Fatimah.
Demikianlah akhlak mulia para ksatria Karbala, semoga kita bisa meneladani mereka dengan menjaga akhlak dalam segala hal dan kondisi, baik di hadapan kawan maupun lawan. [*]
Baca: “Imam Husein Simbol Perdamaian dan Anti Kekerasan“