Bagaimana Allah Menciptakan Al-Masih?
إِنَّ مَثَلَ عِيسى عِنْدَ اللهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرابٍ ثُمَّ قالَ لَهُ كُنْ فَيَكُون* الحَقُّ مِنْ رَبّكَ فَلا تَكُنْ مِنَ الْمُمْتَرِين
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, Jadilah (seorang manusia) , maka jadilah dia. (Semua yang telah Kami ceritakan itu), itulah kebenaran, yang berasal dari Tuhan-mu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. (QS: Al Imran 59-60)
Di dalam ayat sebelumnya QS: Al Imran 45-47 diceritakan, ketika malaikat membawa kabar gembira dari Tuhan kepada Maryam, bahwa ia akan melahirkan seorang putra yang Dia ciptakan, bernama Isa, dan bahwa putranya kelak menjadi seorang terkemuka di dunia dan di akhirat, tergolong orang-orang yang didekatkan kepada Allah. Ia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa, dan tergolong di antara orang-orang yang saleh.
Maryam dalam munajatnya dengan Tuhan mengungkapkan bahwa mana mungkin ia akan mempunyai anak, sementara dirinya tak tersentuh seorang laki-laki pun. Tetapi malaikat menyampaikan kepadanya bahwa demikianlah Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Jika Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka cukuplah Dia berkata kepadanya: “Jadilah! Maka jadilah ia.”
Demikian itu mengukuhkan bahwa Isa al-Masih adalah makhluk ciptaan Allah swt, melalui atau dalam dilahirkan oleh bunda suci Maryam yang tak tersentuh oleh laki-laki, dan bahwa ia adalah satu di antara tanda-tanda kebesaran Allah swt.
Bagaimana Allah Menciptakan Makhluk?
Adalah soal yang membingungkan akal. Ketika Anda berfikir atau membayangkan sesuatu, dari mana sesuatu itu muncul di benak Anda? Anda menjawab, dari realitas luar tertangkap oleh benak Anda berupa konsep, yang jelas bukan apa yang di luar benak Anda itu. Sesuatu muncul atau terlintas di benak Anda terkadang begitu saja tanpa atas izin Anda. Kehadirannya terkadang melalui sesuatu yang lain, dan terkadang tidak melaluinya karena sesuatu itu adalah diri Anda (sebagai obyek pengetahuan) yang diketahui Anda sendiri (sebagai subyek pengetahuan).
Terlepas itu, jika Anda seorang seniman atau arsitek atau pengkhayal, Anda dapat menghadirkan atau menciptakan sesuatu yang Anda inginkan adanya di benak Anda. Meskipun kiranya Anda tidak mampu mewujudkannya di alam nyata, tetapi Anda mampu mewujudkannya di alam benak Anda. Itulah buatan atau ciptaan Anda. Lalu dari mana Anda ciptakan itu? Kembali lagi, dari realitas luar yang telah Anda tangkap. Dari apa yang pernah Anda lihat atau dengar, dari apa yang pernah Anda baca atau alami. Dengan kata lain, sudah ada contohnya di luar.
Akan tetapi Mahabesar Allah lagi Mahakuasa dari penciptaan semacam itu, melainkan hal tersebut hanya sebagai pendekatan bahwa seperti itu –tapi tidak seperti itu- penciptaan makhluk oleh Tuhan. Dia menciptakan sesuatu atas kehendak-Nya;
إِنَّما أَمْرُهُ إِذا أَرادَ شَيْئاً أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, Jadilah! Maka terjadilah ia. (QS: Yasin 82)
Penciptaan al-Masih mirip penciptaan Adam yang berasal dari tanah tanpa melalui ayah dan ibu. Bahkan ia ada dengan hanya, “kun. Ialah terjadi dengan hanya perintah Sang Khalik.
Patut disampaikan tentang soal, mengapa ayat di atas setelah kata kun tidak mengatakan, “fa kâna, tetapi fa yakûnu”, bahwa perintah-Nya untuk terjadinya sesuatu niscaya terjadi secara langsung?
Ayatullah Syaikh Jafar Subhani menjelaskan bahwa boleh saja penempatan fiil mudhari di tempat fiil madhi. Di dalamnya terdapat penggambaran masa lampau, bahwa kejadian Adam as merupakan perkara yang bertahap, bukan spontan. Dengan kata lain, “kun” jika menunjukkan tiadanya sifat gradual, hal itu berlaku hanya bagi Allah swt. Adapun bagi makhluk terbagi dua macam:
Yang tak bertahap baginya seperti jiwa dan akal universal.
Yang bertahap sebagai sebuah hasil bagi sebab-sebab yang gradual.
Sesuatu bagi Allah tiada gradual dan tiada tempo, karena tiada waktu dan gerak bagi-Nya. Tetapi bagi makhluk atau yang disebut mumkin dan sebab-sebabnya terdapat gradual.
Membantah Penuhanan Al-Masih
Kelahiran al-Masih yang tanpa ayah melalui bunda Maryam tidaklah menunjukkan ketuhanannya atau dia itu Tuhan. Di dalam penciptaan, bagi Allah Yang Mahakuasa tak ada bedanya antara besar dan kecil, susah dan mudah.
Ketika Nashara menuhankan al-Masih, dan bahwa ia satu dari trinitas; Tuhan, putra dan ruh kudus, mereka percaya bahwa ia adalah putra Tuhan. Karena ia anak dari Maryam, tanpa ayah. Dengan dalil ini, Nabi saw lalu membantah bahwa penciptaan Adam dari tanah, tanpa ayah dan ibu. Pada kenyataannya adalah seperti penyerupaan gharib (yang aneh) dengan aghrab (yang lebih aneh).
Argumen Alquran atas kebatilan penuhanan al-Masih, salah satunya ialah penyerupaan kejadian al-Masih dengan Adam. Ayat suci di atas terurai dengan dua hujjah, bahwa:
Al-Masih adalah makhluk Allah.
Kejadiannya tak lebih dari kejadian Adam yang tak mereka tuhan-kan.
Penciptaannya seperti penciptaan Adam, ialah penciptaan natural meskipun di luar sunnah yang berlaku.