Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Mengapa Manusia Terkadang Tidak Melihat Kebenaran?

Saat biji gandum atau buah almond jatuh ke tanah untuk tumbuh menjadi pohon gandum dan pohon almond yang subur, bijinya masuk ke dalam tanah dan membelah diri. Embrio tanaman muncul dan akarnya berjalan menembus kedalaman tanah, sampai ia mencapai puncak pertumbuhannya. Di sini suatu jaringan sistem yang luas telah terlibat hingga mempesonakan akal manusia.

Matahari dan bintang-bintang yang bersinar, bumi dan bulan yang kemilau, dengan berbagai gerakan dan kekuatannya yang tersembunyi, kekuatan misterius yang terdapat di dalam biji   tersebut, empat musim yang bergiliran, kondisi-kondisi cuaca, angin dan hujan, siang dan malam, semuanya memainkan peran dalam pertumbuhan biji tersebut. Mereka bertindak bersama-sama sebagai juru rawat bagi makhluk baru yang lahir dalam buaian mereka hingga mencapai titik puncak perkembangannya.

Seorang bayi manusia, suatu fenomena yang lebih rumit diri sebuah tanaman, merupakan produk   dari berjuta-juta atau bermilyar-milyar tahun kerja penciptaan yang teratur dan rumit. Terlepas dari hubungannya dengan dunia luar, kehidupan sehari-hari seorang manusia bersumber dari suatu sistem yang sangat menakjubkan di dalam dirinya, yang telah ada selama berabad-abad. Para ilmuwan di dunia telah mengabdikan diri mereka untuk menyelidiki rahasia fenomena ini, namun hingga kini pemahaman mereka masih saja jauh dari jelas.

Baca: Akidah, Pembebas Akal Manusia

Kebenaran seperti di atas sebenarnya tampak sangat jelas, bahkan di mata seorang yang berpikiran paling sederhana sekali pun. Hanya saja, terkadang orang begitu terlibat dengan perjuangan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dia tidak punya waktu untuk memikirkan gagasan-gagasan seperti ini, dan karenanya lalu melalaikannya. Atau karena mereka sangat terpesona oleh daya tarik alam yang superfisial dan terlalu mencintai kesenangan hingga tidak bersedia memikirkannya dan lalu hidup sesuai dengan kebenaran versi ini.

Oleh karena itu, Al-Quran memberikan perhatian yang sangat besar dalam menerangkan dengan berbagai cara mengenai bagaimana makhluk-makhluk diciptakan dan sistem yang mengaturnya. la menunjukkan bahwa kebanyakan manusia tidak mengembangkan kemampuan mentalnya untuk bisa memikirkan masalah-masalah intelektual, dan ini khususnya berlaku untuk orang-orang yang terpesona oleh daya pikat alam yang superfisial dan menyenangi kesenangan-kesenangan hidup.

Manusia adalah bagian dari ciptaan dan tidak pernah terpisah dari alam dan sistem khusus maupun umum yang mengaturnya. Setiap saat, dia bisa merenungkan ciptaan dan sistemnya, serta memahami adanya Sang Pencipta dan Pemelihara.

Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptaan kamu semua dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran di muka bumi) terdapat tanda-tanda untuk kaum yang meyakini. Dan pada pergantian siang dan malam, dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkannya bumi dengan air hujan itu sesudah matinya, dan pada perkisaran angi terdapat pula tanda-tanda bagi kaum yang berakal.” [QS. Al-Jatsiyah: 3-5]

Baca: Tuhan, Manusia, Agama dan Budaya

Al-Quran mengandung banyak ayat yang mengajak kita untuk memikirkan fenomena-fenomena alam semesta, seperti langit, matahari, bulan, bintang-bintang, bumi, gunung-gunung, lautan, tetumbuhan, binatang, dan manusia. Ia menunjukkan sistem mengagumkan yang mengatur semua fenomena tersebut, yang dalam kenyataannya merupakan sistem yang menggerakkan berbagai bagian alam semesta ke arah tujuan dan alasan penciptaan mereka.

*Dikutip dari buku Inilah Islam karya Alamah Sayyid Husain Thabataha’i


No comments

LEAVE A COMMENT