Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Keharusan Memperhatikan Salat dan Merasakan Kehadiran Allah

“Wahai Ahmad! Aku heran dengan tiga kelompok dari hamba-Ku; Hamba yang melakukan salat dan ia tahu kepada siapa ia mengangkatkan tangannya serta di depan siapa ia berdiri, tetapi ngantuk dalam salatnya, dan Aku heran dengan hamba yang memiliki kemampuan untuk bisa menyiapkan makanan hari ini, tetapi ia hanya memikirkan untuk esok hari, serta Aku heran dengan hamba yang tidak tahu bahwa Aku ridha ataukah marah kepadanya sementara ia tertawa.”

Kutipan dari hadis mikraj ini mengisyaratkan satu poin bahwa semua atau kebanyakan dari kita terkena “penyakit” terebut, yaitu kita belum bisa menjalankan salat yang sebenarnya, kecuali orang-orang yang memiliki kesadaran dan makrifat yang kuat, orang-orang seperti ini akan lebih memiliki perhatian pada salat dan lebih memahami arti pentingnya.

Kita semua tahu bahwa salat kita, dalam keutamaan dan kelayakannya, tidak seperti salat yang dilakukan para wali Ilahi. Juga kita mengetahui bahwa pengaruh dan dampak salat yang telah disebutkan dalam banyak ayat dan Riwayat tidak dimiliki oleh salat kita. Akan tetapi banyak dari kita juga tidak mengetahui dengan benar kadar kekurangan dan kelemahan kita. Maka dari itu, kita mesti berusaha membenahi segala kekurangan dan cacat salat kita.

Baca: Safinah Quote: Salat dan Rahmat Allah

Kita harus benar-benar menyadari bahwa jika kita melakukan salat dengan sempurna dan semestinya, betapa banyak faedah akan kita dapatkan dari menjalankan salat, dan betapa kita akan meraih hasil-hasil yang tinggi darinya. Begitu juga, tanpa kehadiran hati dan kesadaran untuk menjalankan salat, banyak hasil dan manfaat yang akan hilang dari kita.

Hakikat dan Esensi Salat

Salat berarti seorang hamba berdiri di depan Allah Azza wa Jalla, mengakui kehambaannya serta mengadukan seluruh permohonannya kepada-Nya. Orang yang berdiri untuk melakukan salat hendaklah merasakan kehadiran Allah; hendaklah sadar di depan siapakah ia berdiri. Ini akan membuat ia menjalankan tugas kehambaan dengan puncak ketundukan dan kekhusyukan.

Ketika kita berdiri untuk menjalankan salat, sangat sedikit konsentrasi kita pada salat, kalau bukan malah terfokus pada masalah-masalah lain yang kita miliki. Bahkan, terkadang masalah tersebut berhubungan dengan puluhan tahun yang lalu yang masuk ke dalam benak kita. Justru ketika kita hendak mengucapkan salam, baru sadar bahwa kita sedang menjalankan salat.

Betapa buruk hal ini dan benar-benar tidak pantas, karena kita sedang berdiri di hadapan-Nya. Kita sepertinya tidak sadar di depan siapa kita berdiri dan apa yang sedang kita ucapkan. Allah menggolongkan sifat-sifat ini sebagai tanda-tanda orang munafik: “Dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas.” [QS. Al-Taubah: 54]

Bagaimana mungkin seseorang berdiri di depan seseorang pembesar, tetapi ia tidak perhatian padanya dan hatinya di tempat lain. Apalagi ia berdiri di depan Sang Pencipta alam semesta, ia tidak perhatian kepada-Nya, melebihi ketidakperhatiannya kepada manusia biasa.

Apakah ketika seseorang berdiri di depan yang lain dan berbicara dengannya akan memalingkan mukanya? Jika berbuat demikian, apakah secara akal ia tidak disebut gila?

Jika seseorang tidak memiliki keyakinan kepada Allah Swt dan tidak meyakini bahwa ia berada di hadapan-Nya, jelas ia tidak akan perhatian kepada-Nya. Akan tetapi orang yang meyakini Allah dan tahu bahwa dia berdiri di hadapanNya, maka ketidakperhatiannya adalah sebuah keburukan dan sesuatu yang tidak pantas dilakukan. Karenanya, dalam riwayat hadis di atas Allah Swt menggunakan kata “Aku heran.”

Urgensi dan Nilai Salat

Salat memiliki urgensi cukup besar dan memberikan pengaruh sangat berarti bagi manusia. Karena itu, setan pun dengan segenap daya dan upaya berusaha mencegah manusia dari memahami hakikat salat, serta menghalanginya dari menjalankan salat yang merupakan perbuatan baik di sisi Allah. Oleh karenanya, setan berusaha memasukkan ke dalam pikiran manusia, supaya ia mengingat apa-apa yang sudah terlupakan olehnya, sehingga hati manusia tidak lagi konsentrasi pada salat.

Baca: Fikih Quest 120: Syarat dan Waktu Pelaksanaan Salat Tahajud

Jalan terbaik bagi manusia untuk meraih kesempurnaan dan dekat dengan Allah adalah salat. Dalam rangka mencurahkan karunia-Nya kepada manusia, dan agar manusia bisa meraih kesempurnaan, Allah Swt mewajibkan salat lima waktu. Bahkan, sebagian fukaha mengatakan, “Barang siapa yang tenggelam di laut, maka ia tetap harus menjalankan salat sesuai dengan keadaannya dan hendaklah konsentrasi hatinya kepada Allah, walaupun syarat-syarat yang lain seperti: menghadap kiblat baginya gugur.”

Itu semua tidak lain dikarenakan salat memiliki peran sangat mendasar dalam kesempurnaan dan kebahagiaan manusia. Oleh karenanya, Nabi Saw bersabda, “Salat adalah sebaik-baiknya perkara…”

Demikian juga Imam Ridha as berkata, “Salat adalah pengorbanan dari setiap ketakwaan”.

Setan, dengan jiwa permusuhan lamanya terhadap manusia, selalu berusaha menghalangi manusia mendapatkan apa yang paling baik dan paling penting baginya. Ia juga berusaha memperdaya manusia agar lalai dari faktor-faktor yang membuat mereka sempurna dan bahagia.

Jika kita sudah memahami esensi salat dan betul-betul mengambil manfaat darinya, tidak akan tersisa lagi dosa dalam diri kita. Namun sangat disayangkan, kita tidak betul-betul memahami nilai-nilai yang ada dalam salat, kita menjalankannya dengan asal-asalan. Karenanya, kita sama sekali tidak mendapat faedah darinya. Maka, kita harus betul-betul memahami pentingnya serta pengaruh yang sangat berharga dari salat, sehingga kita sadar bahwa salat yang dilakukan tanpa ada

Konsistensi dalam menjalankan salat-salat yang berkualitas dan diterima Allah akan membuat manusia bisa meraih derajat paling tinggi, yaitu qurb ilallah. Dengan memperhatikan poin-poin tersebut, tidak tersisa bagi kita kecuali penyesalan dan kerugian karena kehilangan faedah serta manfaat besar tersebut.

*Disarikan dari buku Menuju Insan Ilahi: Tafsir Hadis-hadis Mikraj karya Ayatullah Taqi Misbah Yazdi

No comments

LEAVE A COMMENT