Adik-adik masih ingat bagaimana kita merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia tercinta ini? Apakah hal yang sama diadakan di negara revolusioner, yaitu Republik Islam Iran? Penasaran? Yuk kita baca dengan seksama tulisan di bawah ini:
Beberapa hari yang lalu tepatnya tanggal 11 Februari atau menurut penanggalan Iran 22 Bahman, rakyat Iran baru saja merayakan hari kemerdekaan mereka dari diktator bangsanya sendiri, penguasa zalim, Reza Pahlevi. Mereka merayakan dengan cara sederhana, tetapi memukau dan membuat mata dunia terbelalak melihatnya. Rakyat Iran merayakannya dengan cara mereka sendiri yang penuh makna dan meresap dalam setiap jiwa masyarakat, tidak hanya sekedar formalitas saja.
Seluruh lapisan bangsa Iran serempak merayakan hari agung ini. Kakak akan menceritakan kondisi di Ibu Kota Iran, yaitu Tehran:
Pada malam kemerdekaan tepatnya tanggal 10 Februari atau 21 Bahman, mereka berkumpul di Menara Azadi (Azadi artinya Kebebasan). Menara ini sebagai simbol kebebasan dan pintu gerbang Tehran sejak 40 tahun yang lalu. Tingginya mencapai 148 kaki dan berada di area komplek Azadi seluas 50.000 m².
Selain di Menara Azadi, mereka juga berkumpul di Milad Tower (Menara tertinggi keenam di dunia dengan ketinggian 435 meter atau 1.427 kaki yang baru selesai pembangunannya di awal tahun 2010.
Kembang api dan petasan serta teriakan ‘Allahu Akbar’ saling bersahut-sahutan menyambut malam kemenangan Revolusi Islam. Televisi menyiarkan secara langsung acara tersebut. Seandainya kita bisa menyaksikan langsung di sana pasti seru sekali.
Biasanya, 10 hari sebelum hari kemerdekaan tiba, televisi menyiarkan acara-acara yang bernuansa “perjuangan”, baik itu film dokumenter tentang bagaimana Imam Khomeini dan rakyat Iran dahulu berjuang, bagaimana Reza Pahlevi terusir secara tidak terhormat, juga film-film yang bernuansa sejarah dan perjuangan zaman dahulu, termasuk pidato Imam Khomeini semasa beliau hidup, terus diputar. Kenapa 10 hari, karena persis setelah sepuluh hari kedatangan Imam Khomeini dari pengasingan di Paris, rakyat Iran berhasil mencapai kemenangan Revolusi Islam.
Pada malam itu diumumkan pula supaya besok tanggal 11 Februari mengikuti acara “turun ke jalan”, juga disebutkan jalur mana saja yang harus dilewati sampai akhirnya berkumpul di lapangan Azadi Tower.
Para ulama juga menyerukan agar rakyat Iran semuanya turun ke jalan raya. Kalau kita perhatikan dengan seksama, rakyat Iran sering kali merayakan dan memperingati acara mereka dengan turun ke jalan. Mereka menunjukkan kekompakan dan kebersamaannya. Ini dilakukan tidak hanya sekarang tetapi dilakukan sejak dahulu dan semuanya menghasilkan sesuatu.
Acara duka Asyura (peringatan syahidnya Imam Husein, cucu tercinta baginda Rasulullah saw.) sejak dahulu dijadikan sebagai ajang perlawanan terhadap Syah Reza Pahlevi dan berhasil. Juga acara kebahagiaan seperti peringatan hari kemerdekaan kemarin.
Rakyat tanpa diimingi apa-apa serentak turun ke jalan; tua muda, laki-laki perempuan, normal cacat, semua turun ke jalan dan meneriakkan yel-yel yang tidak pernah berubah dari dahulu hingga sekarang: Margh bar Amrika (Mampus Amerika), Margh bar Israel (Mampus Israel), Down With USA, Down With Israel.
Selain berteriak dengan membawa poster Imam Khomeini dan Rahbar Ayatullah Khamenei, di pinggir-pinggir jalan itu terdapat berbagai stand unik, diantaranya stand konsumsi yang menyediakan kue, air mineral, juga Osh (sejenis sup khas Iran terbuat dari bahan-bahan mie, kacang kacangan dan daging) yang diberikan secara gratis.
Ada juga stand buku yang menjual buku-buku dengan harga miring, diskon hingga 60 %. Beberapa stand televisi dari berbagai saluran juga tampak terlihat berada di sana. Saluran-saluran televisi itu menayangkan acara-acara yang membuat peserta pawai banyak yang tertarik dan mengikuti acara yang ditayangkan secara “live”.
Ada pula stand kebudayaan dari berbagai daerah di Iran, stand lukisan dan foto yang berisi tentang foto-foto pahlawan atau “syahid” Iran. Tujuannya, supaya rakyat Iran senantiasa mengenal, mengenang, dan menteladani pahlawan mereka.
Tampak juga lukisan tentang Revolusi Islam Iran. Semuanya dilukis langsung di tempat tersebut.
Ada juga stand lomba mewarnai dan melukis. Acara ini khusus untuk anak-anak. Para orang tua menggiring anak-anak mereka untuk mengikuti acara ini.
Ketika waktu shalat Zuhur tiba, sekitar pukul 12 lebih sedikit, azan dikumandangkan dan suasana menjadi hening sejenak, kemudian berlanjut dengan shalat berjamaah. Masyarakat Iran dapat melaksanakan ibadah shalat di mana saja. Jadi tidak perlu heran, jika suatu hari traveling ke Iran melewati taman atau tempat umum lainnya, melihat orang yang sedang melaksanakan shalat.
Luar biasa bukan? Begitulah masyarakat Iran merayakan kemerdekaan mereka. Semoga semangat dari peringatan tersebut dapat kita contoh dan sisi-sisi baiknya dapat diterapkan pada peringatan kemerdekaan atau peringatan-peringatan lain di negeri kita, Republik Indonesia yang tercinta ini. Dengan demikian, kita dapat menghargai pengorbanan dan perjuangan para pahlawan dan memahami arti kemerdekaan yang sesungguhnya serta mengisinya dengan berbagai hal yang dapat bermanfaat untuk seluruh rakyat Indonesia.