Imam Ali a.s. mengatakan bahwa cinta dunia adalah sesuatu yang tercela dan merupakan sumber penyimpangan serta penyelewengan manusia. Hakikat dunia dan kedudukannya di hadapan akhirat, menjadi salah satu topik utama dalam wasiat dan berbagai ucapan beliau. Beliau berkata:
“Bersabarlah barang sejenak, sebentar lagi suasana akan menjadi terang. Sepertinya ada yang sedang datang; oh, benar, sebuah kafilah telah datang; pelana-pelananya telah terlihat. Bersabarlah, sebentar lagi kegelapan akan berganti terang dan kafilah penghuni dunia akan segera tiba. Lihatlah, siapakah mereka yang datang! Sepertinya ada yang tiba lebih dahulu dan tidak lama akan disusul oleh yang lain. Mereka yang berada di belakang juga akan segera menyusul dan bergabung dengan yang datang lebih dulu.”
Imam Ali a.s. berbicara secara metaforis, bahwa beliau seakan berada di sebuah tempat di akhirat dan sedang menanti bagaimanakah kafilah-kafilah penghuni dunia datang menuju akhirat. Tunggulah sejenak, sebentar lagi suasana akan menjadi terang dan kalian akan menyaksikan kafilah-kafilah penghuni dunia datang, Sebagian akan datang lebih cepat dan sebagian yang lain akan segera menyusul. Dan pada akhirnya, mereka semua akan tiba dan berkumpul di sini.
Baca: Mencintai Nabi Muhammad Saw, Amal Keutamaan Dunia dan Akhirat
Kehidupan dunia tak ubahnya seperti kafilah dan karavan yang akan membawa para musafirnya menuju akhirat. Maka janganlah engkau mengikat hati dengan beberapa hari perjalanan ini, karena dia hanya berlangsung sementara dan hanya sekejap mata, tidak lama lagi kegelapan akan sirna dan ufuk akhirat akan menjadi terang, dan pada saat itulah, kafilah-kafilah ahli dunia akan sampai di akhirat dalam kelompok-kelompok secara bergantian. Percayalah, bahwa tak seorang pun dapat menarik dirinya dari kafilah ini, bahkan mereka yang berada di belakang, cepat atau lambat, pasti akan menyusul dan bergabung.
Imam Ali a.s. melanjutkan: “Ketahuilah, bahwa siapa pun yang kendaraannya adalah siang dan malam, maka dia akan dibawa berjalan, sekalipun dia sedang berhenti, karena Allah tidak menginginkan kecuali kehancuran dunia…”
Ketika manusia berada dalam perjalanan dan sebuah kafilah, dia mengira bahwa dia dapat menarik diri dan mengurungkan niatnya untuk berada dalam kafilah tersebut. Di sinilah kemudian Imam Ali mengingatkan dan berkata: “Meskipun dunia tidak lebih dari sebuah kafilah, namun tak seorang pun dapat mengurungkan niatnya untuk tidak berada dalam kafilah ini. Kafilah ini bukanlah kafilah yang bisa dihapus atau diganti namanya. Dunia adalah sebuah kafilah, yang seandainya engkau tidak mau berada di sana, dia akan tetap membawamu bersamanya. Engkau tidak bisa tidak ikut dalam kafilah ini. Bagaimanapun juga, suka atau tidak suka, dia akan membawamu menuju akhirat.”
Mungkin Anda akan bertanya, apa yang dijadikan kendaraan dalam kafilah ini sehingga manusia tak mempunyai pilihan dan tak berdaya kecuali ikut bersamanya, bahkan tak kuasa untuk mengendalikan cepat lambatnya perjalanan. Dalam kafilah ini, suara dan jeritan manusia tidak akan pernah dihiraukan dan tak bernilai. Jawabannya jelas sekali, bahwa kendaraan perjalanan ini adalah bergeraknya waktu siang dan malam yang berada di luar kendali aku dan engkau. Engkau tidak bisa memperlambat atau mempercepat lajunya. Ini adalah sebuah kendaraan yang membawamu pergi, baik engkau menginginkannya atau tidak, dia akan membawamu menuju rumah akhirat.
Baca: Tuntunan Islam dalam Mencari Harta Dunia
Kendaraan kita adalah siang dan malam. Kita berada di sebuah pesawat atau lebih tepatnya pesawat waktu yang menerbangkan kita mengarungi zaman menuju akhirat tanpa kita bisa menghentikan, mengendalikan, menunda atau berpisah darinya. Ini adalah hukum pasti Allah Swt, bahwa dunia akan berakhir dan akhirat akan berlangsung kekal dan abadi. Seakan manusia berada di hadapan dua rumah, salah satunya adalah rumah yang atapnya akan roboh dan mulai terdengar beberapa material yang mulai berjatuhan darinya, dan yang satu lagi adalah sebuah istana yang berdiri kokoh, kuat dan tak bisa digoyang Manusia dihadapkan pada dua pilihan, apakah dia akan tinggal di rumah yang hampir roboh atau di istana yang kokoh berdiri. Tempat manakah yang akan dipilih oleh manusia yang mempunyai akal sehat? Apakah dunia yang sedang mengalami kehancuran atau akhirat yang kekal abadi? Dan sepenuhnya, hak pilih ada pada diri kalian masing-masing!
*Disarikan dari buku 22 Nasihat Abadi Penghalus Budi – Ayatullah Taqi Misbah Yazdi