Assalamualaikum adik-adik pemberani penerus misi Husaini…
Alhamdulillah, adik-adik sudah belajar dan memetik beberapa hikmah dari perjuangan Imam Husein as di padang Karbala sehingga bisa dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Saat nama Imam Husain as terdengar, maka tragedi Asyura, keberanian dan perjuangan beliau di Karbala akan terlintas di benak kita. Sebagaimana kakek dan ayah beliau, Imam Husein as juga dikenal sebagai seorang yang amat pemberani. Keberanian yang beliau miliki bukan sembarang keberanian. Tapi ditopang oleh ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas, serta iman yang kuat.
Tragedi Karbala, dari awal hingga akhir, membuktikan dengan sangat jelas sifat keberanian Imam Husein as yang tiada banding, baik dari segi kehebatannya maupun dari segi ketinggian nilainya. Dengan demikian, Imam Husein as, terutama dalam peristiwa Karbala ini, telah memberikan satu lagi teladan kepada kita, yaitu sifat keberanian. Bukan keberanian yang membabi buta, tapi keberanian yang berlandaskan kepada ilmu, iman dan tawakkal kepada Allah swt. (Baca: Tawakal -1)
Keberanian seseorang, jika telah mencapai kehebatan dan kemuliaan yang sedemikian tinggi, maka akan terpancar kewibawaan yang sangat kuat dari setiap gerak gerik dan tutur katanya, sehingga musuh-musuh pun akan mengakui dan memujinya, bahkan ada yang berbalik dari Yazid menuju baiat Imam Husein as.
Hurr bin Yazid Riyahi, komandan pasukan Ubaidillah bin Ziyad salah satu contohnya. Dengan sekitar seribu orang yang dipimpinnya, Hurr mendapat perintah untuk menghadang gerak Imam Husein dan rombongannya yang sedang menuju Kufah dan menggiring mereka menghadap Ibnu Ziyad.
Namun sikap, tutur kata dan kewibawaan Imam Husain as telah membuat dia terbangun dari tidur yang hampir membuatnya celaka. Hurr sadar bahwa dia berada di tengah pasukan yang berniat membantai Al-Husein dan keluarganya. Jika tetap bersama pasukan ini berarti dia akan mencatatkan namanya dalam daftar orang-orang terlaknat sepanjang masa.
Hurr melihat dirinya berada di persimpangan jalan. Dia harus memilih, mati tercincang-cincang dengan imbalan surga atau selamat dan kembali ke keluarga dengan membawa cela dan janji akan siksa neraka. (Baca: Paman Terhebat di Dunia)
Hurr lebih memilih surga meski harus melewati pembantaian sadis pasukan Ibnu Ziyad. Dengan langkah mantap Hurr memacu kudanya ke arah perkemahan Imam Husein as. Semua mata memandang mungkinkah Hurr komandan yang pemberani itu akan menjadi orang pertama yang menyerang Imam Husein?
Namun semua tercengang saat menyaksikan Hurr bersimpuh di hadapan putra Fatimah dan meminta maaf atas kesalahannya. Sebagai penebus kesalahannya, Hurr bangkit dan dengan gagah berani mencabik-cabik barisan musuh. Hurr gugur sebagai syahid dengan menghadiahkan darahnya untuk Islam.
Imam Husein memuji kepahlawanan Hurr dan mengatakan, “Engkau benar-benar orang yang hurr (artinya bebas), seperti nama yang diberikan ibumu kepadamu. Engkau bebas di dunia dan akhirat.”
Kakak yakin jika adik-adik berada di posisi Hurr akan melakukan hal yang sama… pantang hina…
Keberanian Imam Husein as membuat musuh gentar. Ketika Imam as terluka terkena anak panah dan tusukan tombak yang dilemparkan oleh musuh-musuh dari jarak jauh, atau sabetan pedang musuh-musuh yang mengeroyoknya, hingga Imam Husein tersungkur dan bersimpuh di atas tanah, masih belum ada satu pun dari musuh yang berani mendekati beliau. Mereka masih takut jika mendekat maka Imam Husein as akan mendadak menyerang mereka. (Baca Infografis: Mengapa Al-Hasan Berdamai dan Al-Husain Bangkit?)
Dalam buku-buku sejarah yang mengisahkan peristiwa Karbala disebutkan bahwa ketika pihak musuh dalam ketakutan dan keraguan seperti itu, sebagian mereka berpikir untuk menyerang tenda-tenda Imam Husein as tempat keberadaan kaum perempuan dan anak-anak. Mumpung Imam Husein sudah berada dalam keadaan payah seperti itu sehingga tidak mungkin mampu melindungi keluarganya yang berada di dalam tenda. Ketika mereka melaksanakan niat jahat dan pengecut tersebut, Imam Husein yang menyadari hal itu bangkit dan berdiri di atas kedua kakinya dan berteriak ke arah musuh, “Akulah lawan kalian, bukan anak-anak dan kaum perempuan itu.”
Salah seorang anggota pasukan musuh, tertegun melihat kekuatan dan semangat Imam Husein as. Ia mengatakan, “Demi Allah, aku tidak pernah melihat seseorang yang telah kehilangan anak-anak dan sahabat-sahabatnya, akan tetapi masih memiliki semangat tempur dan keberanian sedemikian hebat, sebagaimana orang ini.”
Mata siapa yang tak menangis? Hati siapa yang tak kan sakit? Oh Imamku…
Tentu saja keberanian Imam Husein as bukan hanya dapat disaksikan di medan perang, karena keberanian ini sudah tertanam di dalam jiwanya sejak kecil, mewarisi keberanian kakek dan ayah beliau. (Baca: Pesan Damai dalam Kebangkitan Imam Husein AS)
Keberanian beliau yang memancarkan kewibawaan ini, dapat kita bayangkan dalam riwayat yang mengatakan bahwa Imam Hasan as, kakak Imam Husein as juga menghormati adiknya ini. Ketika Ibnu Abbas bertanya tentang sebab sikap hormat beliau kepada adiknya, Imam Hasan as menjawab, “Saya melihat kehebatan dan kewibawaan ayah kami, Ali Amirul Mukminin as pada diri adikku.”
Adik- adikku sayang… Imam Husein as adalah figur sepanjang masa, semoga kita mampu meneladani setiap sisi dari kehidupan beliau as.
Sampai jumpa di Kids corner selanjutnya…
Wassalamualaikum…
[*]