Cuaca mendung, langit terlihat gelap namun kulihat adik-adik di musholla tidak ada yang bergegas pulang. Mereka tetap sibuk menyiapkan sesuatu. Karena penasaran aku mendekati mereka dan berkata, “Assalamualaikum… Adik-adik, sepertinya akan turun hujan, kalian tidak ingin pulang?” Nanggung kak, jawab salah satu dari mereka.
Kalian sedang menyiapkan apa?, tanyaku. Bantuan untuk korban bencana banjir bandang di Garut kak, hari ini harus kita kumpulkan di sekolah untuk segera dikirim ke lokasi bencana, jawab mereka.
Tak terasa air mata membasahi pipiku. Sungguh mulia hati kalian, kataku.
Sambil membantu mereka, aku berkata, “Adik-adikku sayang… peliharalah rasa peduli dan kasih sayang kalian. Rasa peduli, empati, kasih sayang dan cinta adalah anugrah Ilahi. Cinta sesama sebenarnya manifestasi cinta Ilahi.
Adik-adik mau mendengar cerita?
Asyik, mau kak, jawab mereka serempak.
Ini adalah sebuah kisah inspiratif dari seekor tikus yang mengutarakan keluh kesahnya kepada teman-temannya.
“Pada suatu hari sepasang suami isteri petani pulang ke rumah dengan membawa sebungkus kantong kresek. Ketika akan membuka kantong kresek itu seekor tikus memperhatikan sambil berkata dalam hati, “Hmmmmm… makanan apa ya yang dibawa?” Namun ketika yang di keluarkan dari kresek tadi adalah sebuah perangkap tikus, alangkah kaget bercampur takut si tikus tadi.
Tanpa berpikir panjang dia pun langsung kabur dan berlari ke kandang ayam sambil berteriak-teriak, Ada perangkap tikus… ada perangkap tikus.” Lalu ayam pun berkata, “Tikus, aku turut bersedih, tapi perangkap tikus tidak berpengaruh buat saya.”
Lalu tikus kembali berlari dengan perasaan yang takut dan menemui seekor kambing dan berkata, “Ada perangkap tikus.” Kambingpun menjawab, Saya turut bersimpati tikus, tapi tak ada yang bisa saya lakukan.”
Tikus lalu meninggalkan kambing dan kemudian menemui sapi dan sapi pun berkata, “Maafkan aku, tapi perangkap tikus tidak mendatangkan bahaya sedikitpun bagiku.”
Lalu dengan tertunduk lesu tikus pergi ke hutan dan bertemu seekor ular dan tikus pun mengatakan hal tadi kepada ular. Ular berkata, “Sebuah perangkap tikus tidak akan bisa mencelakaiku…”
Akhirnya sang tikus kembali pulang dengan perasaan yang bercampur aduk antara takut, sedih dan sadar akan bahaya yang harus dihadapi seorang diri.
Pada suatu malam, pemilik rumah terbangun karena menyadari ada suara dari perangkap tikusnya dan mengira ada tikus yang terperangkap. Namun mereka kaget ketika menyaksikan ada seekor ular yang ekornya terjepit. Karena ekornya terjepit ular menjadi beringas dan berhasil menggigit isteri dari petani itu.
Walaupun ular itu berhasil dibunuh, akan tetapi bisa ular membuat isteri petani teracuni dan harus di bawa ke rumah sakit. Selang beberapa hari, isterinya diizinkan untuk dibawa pulang.
Beberapa hari, sang isteri menderita demam tinggi. Atas saran kerabat, untuk menurunkan demam maka harus diberi “sop ayam”.
Selang beberapa hari, demam isterinya tidak juga turun dan atas saran sahabatnya dia harus memakan hati kambing. Maka disembelihlah kambing untuk diambil hatinya. Dan ternyata hati kambing juga tidak berkhasiat dan tidak juga sembuh.
Akhirnya sang isteri meninggal dunia. Dalam prosesi pemakaman banyak sekali orang yang datang melayat sehingga harus menyembelih sapi untuk memberi makan pelayat.
Dari kejauhan sang tikus menatap dengan kesedihan dan dia melihat perangkap tikus sudah tidak digunakan lagi di rumah itu.
Bagaimana adik-adik bisa memahami hikmah dari cerita ini?
Kalau kita tidak bisa meringankan beban orang lain hendaknya kita bisa memberi ketenangan dan menghiburnya. Dan jangan berpikir masalahnya bukan masalah kita. Karena siapa tahu masalah atau musibah yang sama bisa menimpa diri kita sendiri.
Imam Husein as dan Syimr
Berbicara tentang cinta dan peduli terhadap sesama, mengingatkan kakak tentang kisah-kisah teladan para Imam maksum as. Tidak seorangpun memiliki kepedulian dan cinta seperti mereka, bahkan musuh-musuh mereka pun tak luput dari kasih sayang mereka.
Dalam sejarah diceritakan, setelah perang Nahrawan, pasukan Amirul Mukminin membawa Syimr bin Jausyan sebagai tawanan. Suatu hari Imam Husein as melewati penjara dan Syimr berkata, “Wahai putra Rasulullah, kasihanilah aku dan pintalah ayahmu untuk membebaskanku, aku tidak dapat menanggung derita ini.”
Imam Husein as segera menemui Amirul Mukminin dan memohon kepada ayahnya untuk membebaskan Syimr. Imam Ali as marah dan berkata, “Anakku, kamu tidak mengetahui siapa sebenarnya orang ini. Dialah pembunuhmu kelak. Dia akan menyembelihmu dalam keadaan kelaparan.
Imam Husein as berkata, “Semua itu benar, tapi aku telah berjanji untuk membantunya, jangan biarkan aku dipermalukan dihadapannya.
Demi putra tercintanya, akhirnya Amirul Mukminin as membebaskan Syimr bin Jausyan.
Itulah kasih sayang dan kepedulian para Imam maksum as terhadap umat kakeknya Rasulullah saw.
Adik-adikku, hidup kita adalah cermin dari perbuatan kita dan pantulan dari pikiran kita. Jika kita ingin disayangi, maka sayangilah sesama. Jika kita ingin dibantu, maka bantulah sesama, walaupun kadang kala kebaikan tidak selalu dibalas sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Satu hal yang harus kita ketahui, tidak ada satu perbuatan yang sia-sia. Allah swt adalah Dzat Yang Maha Adil. Ketika kita menyayangi dan peduli kepada sesama, selain mendapat kasih sayang yang sama dari sesama, sudah jelas ada pahala berlimpah yang akan di berikan Allah swt kepada kita.
Alhamdulillah, adik-adik hebat, pekerjaan kita sudah selesai, yuk kita cepat pulang keburu hujan.
Kakak pamit dulu ya.
Sampai jumpa di Kids Corner berikutnya.
Wassalamu’alaikum.