Assalamu’alaikum, adik-adik yang dirahmati Allah swt…
Semoga semakin hari adik-adik semakin semangat, dengan semangat Husaini…
Sebagai pecinta Imam Husain as, tentunya di bulan Muharram dan Safar ini kita masih berkabung serta berduka, karena bulan Muharram merupakan bulan duka bagi keluarga Rasulullah saw dan para pencintanya. Ketika memasuki bulan Muharram, mereka akan mengenakan pakaian duka dan mata mereka sembab dengan air mata. Mereka menangisi Imam Husain as yang telah dibantai oleh Yazid dan antek-anteknya di padang tandus Karbala.
Bagi Imam Husain as, apapun tidak berharga nilainya jika dibandingkan dengan ajaran kakeknya, Rasulullah saw. Karena itu, beliau as rela mengorbankan dirinya, keluarganya dan para sahabat setianya.
Imam Husain as berkata, “Jika agama kakekku tidak akan tegak kecuali dengan terbunuhnya aku, wahai pedang, ambillah nyawaku”. (Baca Infografis: Perjalanan Kafilah Al-Husain dari Madinah Hingga Kembali ke Madinah)
Di hadapan Hurr bin Yazid Ar-Riyahi beliau juga berkata, “Wahai kaumku, Rasulullah bersabda, Barang siapa melihat penguasa zalim yang mengharamkan apa yang dihalalkan Allah, menghalalkan apa yang diharamkan-Nya, melanggar apa yang diperintahkan-Nya, menentang sunnah rasul-Nya dan berbuat maksiat di tengah-tengah hamba-Nya, akan tetapi ia tidak menentang mereka, baik dengan perilaku ataupun perkataan, maka demi Allah, ia sama seperti mereka.
Imam Husain menambahkan, Ketahuilah, mereka ini mentaati setan dan meninggalkan ketaatan kepada Allah swt, menampakkan kemaksiatan dan kerusakan, meliburkan hukum-hukum-Nya, menghalalkan yang diharamkan-Nya. Ketahuilah bahwa akulah yang paling layak untuk memperbaiki urusan umat muslim.”
Kakak yakin adik-adik yang mengaku sebagai pencinta beliau as dalam kondisi seperti itu pasti akan bangkit untuk membela Agama Allah swt juga. Benarkan?
Betapa dahsyat dan agungnya revolusi Karbala. Revolusi tersebut membawa dampak yang sangat luar biasa bagi kelanggengan agama Islam. Tanpa kebangkitan Imam Husain as saat itu, mungkin saat ini kita tidak lagi mengenal Islam Muhammadi, malah mungkin akan menjadi pengikut Yazid. (Baca: Keutamaan Abul Fadhl Abbas, Putra Ali)
Namun adik- adik Apakah dengan meratap dan menangis sudah cukup membuktikan cinta dan terima kasih kita kepada Imam Husein as?
Menangis adalah hal yang sangat mudah. Semua orang bisa melakukannya. Yang memerlukan usaha dan kerja keras adalah menteladani setiap langkah dari perjuangan dan kebangkitan Imam as.
Imam Husain as mengajarkan kepada kita bagaimana menghadapi kezaliman, mengajarkan kita untuk amar ma’ruf (memerintah kepada kebaikan) dan nahi munkar (mencegah kemungkaran), mengajarkan bagaimana seharusnya memposisikan diri dan mengambil sikap terhadap penguasa zalim.
Asyura adalah peristiwa yang tidak pernah usang dan akan terkenang sepanjang zaman, dari masa lalu, masa kini dan masa mendatang. Sampai kapanpun, kebenaran akan selalu berhadapan dengan kebatilan. Yazid dan anteknya adalah wujud kebatilan, sedangkan Imam Husain as, keluarganya dan para sahabatnya merupakan wujud kebenaran. (Baca: Dari Manakah Informasi Tragedi Asyura?)
Jika mendengar kisah terbunuhnya Imam Husain as lalu tidak mengucurkan air mata, maka kitapun tidak akan peka terhadap tragedi-tragedi kemanusiaan lainnya. Karenanya wajar, jika hati masyarakat tidak tersentuh ketika mendengar berita seorang ayah menyikasa anaknya, seorang ibu membuang bayinya,atau seorang ayah membunuh dan memutilasi anaknya sendiri.
Tangisan untuk Imam Husain as bukanlah tangisan cengeng, namun merupakan sebuah protes keras atas segala bentuk kebatilan dan kezaliman sepanjang masa. Kesyahidan Imam Husain akan terus bergelora di setiap hati orang-orang mukmin
Bahkan Mahatma Gandhi, mungkin adik- adik sering mendengar nama beliau, “ benar, beliau adalah seorang hindu pembebas bangsa India dari kolonial Inggris berkali-kali mengatakan semangat perjuangannya terinspirasi oleh revolusi Imam Husain as dan menegaskan, “Aku tidak membawa hal baru untuk rakyat India, kecuali hasil telaah dan penilitianku tentang manusia agung Karbala”. (Baca Syekh Behjat: Maksud Merindu Kematian)
Meskipun ada usaha-usaha untuk memadamkan gelora perlawanan akan ketertindasan dan kezaliman, tetapi Allah Maha Kuasa tetap menyempurnakan cahaya-Nya. Allah tetap menjaga gelora spiritual itu tetap menyala di hati-hati orang mukmin dan tidak akan pernah padam sampai akhir masa.
Asyura bukan semata-mata peristiwa sejarah. Sebagai seorang muslim, apalagi yang mengaku sebagai pengikut Imam Husain as, tidak sepantasnya berdiam diri melihat adanya kedzaliman. Jangan jadikan ratapan dan tangisan yang kita lakukan hanya merupakan seremonial tahunan yang tidak membekas dalam diri kita.
Marilah kita renungkan bersama…Tanpa disadari, terkadang kita seringkali berlaku zalim terhadap orang lain. Ibadah yang kita lakukan hanya sekedar ritual rutin, tidak mempunyai kekuatan memperbaiki diri. Sering kita tidak peduli akan kesusahan orang lain. Bahkan terkadang kita dengan mudah mendekati dosa.
Jika seperti ini, apakah kita layak mengaku sebagai pencinta dan pengikut Imam Husain as??![*]
Baca: Sedih Karena Allah (1)