Situs Resmi Komisi Bimbingan dan Dakwah Syura Ahlulbait Indonesia (ABI)
 

Jejak Kehidupan Imam Musa Kazhim: Memperjuangkan Keadilan di Bawah Bayang-bayang Rezim Khilafah

Imam Khamenei, Pemimpin Agung Revolusi Islam, menemukan sumber inspirasi yang memukau dalam kehidupan Imam Musa bin Jakfar as, atau yang lebih dikenal sebagai Imam Musa Kazhim as. Kehidupan Imam Musa bin Jakfar tidak hanya mencerminkan kekuatan, tetapi juga makna yang melampaui batas. Dalam kediamannya yang tersembunyi, di tempat-tempat yang hanya dapat diakses oleh sahabat terdekatnya, terdapat tiga objek yang sarat dengan simbolisme mendalam.

Pertama, terdapat sepotong pakaian kasar sebagai lambang tekad perjuangan tanpa henti. Pedang yang tergantung di dinding menjadi pengingat akan keberanian dan ketegasan. Sementara itu, salinan Al-Qur’an mengilustrasikan kebijaksanaan spiritual dan intelektual yang menjadi landasan kehidupan Imam Musa. Setiap objek menceritakan kisah perjuangan dan kesetiaan pada prinsip-prinsipnya.

Di balik tirai ruang pribadinya, terungkap esensi seorang pemimpin yang gigih dan teguh dalam keyakinannya. Imam Khamenei melihat lebih dari sekadar pakaian, pedang, dan Al-Qur’an; ia melihat cerminan dari tekad dan keberanian yang terus menyala dalam hati seorang pemimpin. Dengan simbolisme yang mendalam, kehidupan Imam Musa bin Jakfar menginspirasi kita untuk tetap gigih menghadapi tantangan dan setia pada nilai-nilai yang kita anut.

Imamah Musa bin Jakfar as dimulai di tengah badai masa-masa yang dipenuhi tantangan. Khalifah licik telah meracuni ayahnya, Imam ash-Shadiq as. Pasca meninggalnya Imam Sajjad as, tidak ada waktu yang lebih sulit daripada saat Musa bin Jakfar as diangkat menjadi pemimpin umat. Dalam atmosfer politik yang penuh ketidakpastian, Imam Musa bin Jakfar as muncul sebagai sumber cahaya dan kebijaksanaan.

Dalam bayang-bayang pengawasan ketat pemerintah, ia menegaskan keberadaannya dengan bijaksana. Nasihatnya yang hati-hati menggambarkan situasi berbahaya yang mengancam mereka yang terlibat dengannya. Namun, di tengah tekanan ini, Imam Musa bin Jakfar memulai perjuangannya dengan keberanian dan kebijaksanaan yang luar biasa. Ia tidak hanya berdiri teguh di hadapan kesulitan, tetapi juga membimbing umatnya dengan penuh kearifan melalui waktu yang sulit tersebut.

Selama 35 tahun masa Imamah Musa bin Jakfar as, empat khalifah zalim memegang kendali kekuasaan. Dari total 35 tahun tersebut, Imam mengabdikan 34 tahun untuk menjalankan tugas-tugas imamahnya dan berjuang tanpa henti. Sepanjang perjalanan hidupnya, ia senantiasa dipenuhi dengan gangguan dan ancaman pembunuhan dari pihak khalifah.

Mahdi Abbasi, putra Manshur, memerintahkan Rabi’, penasihatnya, untuk menghilangkan Imam Musa karena dianggap sebagai ancaman utama. Bahkan Hadi Abbasi mengambil keputusan serupa pada awal masa kekhalifahannya, mengekspresikan niatnya melalui puisi yang menyiratkan keputusannya untuk memusnahkan Imam Musa. Selanjutnya, Harun al-Rasyid mengikuti jejak mereka, merancang rencana pembunuhan terhadap Imam. Semua ini mencerminkan betapa vitalnya perjuangan hidup Imam Musa bin Jakfar.

Imam Musa bin Jakfar pun terpaksa menghabiskan banyak waktu dalam persembunyian dari rezim yang selalu mengintainya. Terkadang, ia bahkan harus tinggal di dalam persembunyian yang gelap tanpa ada seorang pun yang mengetahui keberadaannya. Situasi ini tidak hanya mengungkapkan keberaniannya, tetapi juga menyoroti ketekunan yang luar biasa dalam menghadapi tekanan yang terus-menerus.

Ada riwayat menarik bahwa Imam Musa pernah bersembunyi di sebuah desa di Syam. Di tengah persembunyiannya, ia bertemu dengan seorang Kristen di sebuah gua. Imam memanfaatkan kesempatan ini untuk berdiskusi dengannya tentang kebenaran Islam, dan dengan penuh kebijaksanaan, orang Kristen itu akhirnya memeluk Islam. Kisah-kisah seperti ini menggambarkan kehidupan yang penuh warna dan mendebarkan dari seorang pemimpin spiritual yang teguh dalam keyakinannya.

Pandangan kita terhadap Imam Musa bin Jakfar sering kali terbatas pada gambaran seorang yang teraniaya, dipenjara, dan akhirnya diracuni oleh pemerintah Abbasi. Namun, kenyataannya jauh lebih kompleks. Kehidupannya adalah sebuah perjuangan yang panjang, di mana ia terlibat dalam pertempuran yang terorganisir dan mendapat dukungan dari berbagai kalangan Islam. Tak hanya dari satu denominasi, tetapi orang-orang dari semua latar belakang beragama dalam Islam terhubung dengan beliau.

Imam Musa bin Jakfar merupakan ancaman nyata bagi keberlangsungan kekhalifahan, karena beliau adalah seorang pemimpin ulung yang dikenal akan pengetahuannya yang luas, ketakwaan yang teguh, dan integritas spiritual yang tinggi. Sifat-sifat ini sangat jelas bagi siapa pun yang mengenalnya. Dikelilingi oleh para sahabat dan pengagum dari berbagai belahan dunia Islam, beliau tidak pernah gentar di hadapan kekuatan apa pun, termasuk kebesaran yang dangkal dari kerajaan Harun al-Rasyid.

Imam Musa bin Jakfar, seorang pejuang sejati yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip keimanan, merupakan ancaman yang sangat nyata bagi rezim Harun. Keberaniannya, kekuatan spiritualnya, membuatnya menjadi target utama bagi Harun. Oleh karena itu, Harun al-Rasyid memutuskan untuk menghilangkan ancaman tersebut dengan cara membunuh Imam Musa bin Jakfar as.

Sumber: Khamenei.ir

Share Post
No comments

LEAVE A COMMENT